-Contest Fiction- Pick One

Original Fanfiction By : Nurmalia Febrianti/ Cho Neul Rin/ viviviski (@silvervipvivi)

Don’t Forget to leave a comment~

Ur words are precious for us as the author of this story 🙂

***

Title: Pick One

Genre: vampire, romance, brothership.

Rating: PG 13

Main Cast (Tag) : Cho Kyuhyun, Kwan Nara, Zhou Mi, Lee Sungmin, Cho Neul Rin, Lee Hyukjae (Eunhyuk), Lee Jaerin, Hankyung, Heechul, Kangin, Leeteuk.

***

 Kyuhyun menatap nanar ke arah seorang pria yang terbujur kaku di atas ranjang kayu berwarna hitam dengan aksen kuno. Wajah pria itu pucat, tidak, sangat pucat. Sekujur tubuhnya seperti membeku, dingin dan kaku. Mata coklatnya menatap lurus ke langit – langit kamar. Tatapannya kosong.

“Miris.” Kyuhyun mengangguk pelan kemudian menoleh ke sumber suara. Suara itu suara Neul Rin, Cho Neul Rin, sepupunya.

“ Kyu Oppa, kau di tunggu yang lain di ruang makan,” ujar Neul Rin.

“Kau duluan saja, sebentar lagi aku menyusul.” Neul Rin menghela nafas panjang, menepuk bahu Kyuhyun, kemudian pergi meninggalkan kamar.

“Zhou Mi Hyung, sudah 15 tahun kau menderita seperti itu, aku akan mencari wanita itu untukmu.” Kyuhyun berkata tanpa menatap Hyungnya. Tatapannya tertuju ke luar, di balik bingkai jendela hitam yang sudah kusam.

Cukup lama Kyuhun memandang ke arah luar. Bulan purnama yang bulat utuh tidak begitu terang menyinari bumi. Hujan dengan intensitas sedang menyiram pinggiran kota Seoul. Bunyi gemerisik dari rantai pohon yang terkena angin melenyapkan keheningan. Sejak tadi tubuh Kyuhyun mengeluarkan banyak keringat. Suhu tubuhnya tidak stabil. Perasaan takut dan hawa nafsu yang tinggi benar – benar menyelimuti dirinya. Rasanya seperti dalam keadaan sakau.

Kyuhyun mulai beranjak bangun, saat dia benar – benar tidak kuat menahan rasa aneh dalam tubuhnya yang patut di sebut sakau, walaupun ia bukan pemakai narkoba. “Sebaiknya aku turun sebelum aku menyerang orang – orang kota.” Kyuhyun meracau dengan sendirinya.

Continue reading

{KyuNara Scene} Perfection

*****

Nara  duduk sambil melipat lututnya di atas kasur, dia menempelkan headphone buttons berwarna putih miliknya itu ke telinganya.  Jantungnya berdegup kencang, sangat amat kencang malahan.  Tangannya memainkan trackball handphonenya, masih terlihat ragu dan menimbang-nimbang, “apa aku harus mendengarnya?”, desisnya pelan.

Kini jarinya menekan sebuah tombol icon yang tertuju langsung ke twitter di handphonenya.  Dia memeriksa setiap tweet yang muncul disitu.  Semua isinya sama, tentang kebahagiaan para ELF yang tengah menyambut comeback Super Junior-M.

Tapi Nara berbeda.

Dia hanya menatap semua tweet itu tanpa minat.  Nafasnya terhembus dengan berat dan pandangannya masih nanar, tertuju lurus ke layar handphone tanpa ada garis fokus sedikitpun.  Akhirnya dia menarik nafas dalam-dalam dan memindahkan trackball handphonenya ke folder music.  Satu judul lagu yang baru saja ia download itu langsung menarik perhatiannya, “PERFECTION”.

Nara menekan tombol playlist dengan rasa ragu yang tak terkira.

Tapi detik berikutnya, yang terdengar malah suara DJ Radio yang berbicara dengan bahasa Mandarin.  Nara mendecak agak sebal, “Ck, bukan clear version ternyata…”, gumamnya pelan dan kembali berkonsentrasi pada lagu itu.

Intro pertama, terdengar suara gitar listrik yang menggelegar dan memberikan nuansa catchy di dalam lagu itu.  Tak lama kemudian, suara nyanyian Siwon mulai terdengar, mengawali setiap lirik dalam lagu itu.  Nara sedikit terkejut dengan lagu itu dan terlebih dengan suara Siwon yang makin berkembang dari waktu ke waktu.

Tapi saat detik ke 0:25, Nara langsung merinding hebat.  Suara Kyuhyun terngiang jelas, sangat amat jelas biarpun rekaman lagu itu bukanlah clear version dan hanya rekaman cut dari radio.

Nara menggigit bibirnya dan langsung menundukkan kepalanya hingga kini ia menyenderkan kepalanya ke lututnya.  Nara mencoba untuk menahan semua perasaannya yang meluap dan seakan ingin melonjak keluar dari kelopak matanya dalam bentuk air mata.

Jauh di dalam lubuk hatinya, hati Nara merasa sakit saat mendengar alunan lagu itu.  Bukan karena setiap arti dari lirik lagu itu, (lagipula Nara sama sekali tak mengerti dan sama sekali tak berminat mempelajari bahasa Mandarin) tapi ia merasa sakit setiap saat dia mendengar nyanyian Kyuhyun.

Suara kekasihnya itu memang terdengar baik-baik saja, tapi Nara tahu bahwa pria itu pasti merasa lelah.  Sangat lelah.  Dengan semua schedule yang sangat padat, (bahkan terkadang hingga membuatnya tak bisa tidur dengan jatah yang layak)  Kyuhyun pasti merasa muak. Continue reading

Tears Of Polaris {ENDING}

Nara masih bersemangat mengelilingi seluruh penjuru panti ini.  Dia merasa amat senang bisa kembali ke tempat pertama kali dia dibesarkan, terlalu banyak memori untuknya.  Sesekali dia menjerit histeris saat menemukan benda yang dikenalnya hingga membuat Kyuhyun khawatir, “Kau kenapa?  Ada apa?”, tanya Kyuhyun sambil bergegas kearah ruang tengah karena mendengar teriakan Nara.

Nara hanya tersenyum lebar, “Ini…aku menemukan gasing milikku saat berumur 5 tahun.  Aigoo~ternyata masih ada disini!!”, ucapnya semangat sambil memperlihatkan sebuah gasing berwarna coklat yang ada di tangannya dan membuat Kyuhyun melongo parah.  “Hanya karena itu?”

Sedangkan Jiyoo juga masih mengelilingi bangunan, tapi dengan maksud yang berbeda.  Dia sangat lapar, selama 1 hari disekap…perutnya sama sekali belum terisi oleh apapun.  Tangannya membuka setiap rak lemari yang ada di dapur, berharap ada makanan berjenis apapun yang dapat dikonsumsinya.  Tapi…nihil, yang ada di rak hanya debu atau beberapa ekor tikus yang sedang menggerogoti kayu rak lemari itu.

Karena tak berhasil menemukan apapun, akhirnya Jiyoo memutuskan untuk menghampiri Kyuhyun dan Nara yang sedang berbincang seru, mungkin membicarakan masa nostalgia mereka?  Entahlah…Jiyoo tak tahu dan tak ingin tahu mengenai hal itu.  Jiyoo menepuk bahu Kyuhyun pelan, “Kyuhyun-ssi, kau punya makanan?”, tanyanya langsung.

Kyuhyun menoleh dan menunjuk kea rah dapur, “Cobalah periksa ke dapur, mungkin ada sedikit bahan makanan untuk kita makan”, ucapnya ringan dan membuat Jiyoo menggumam, “Ya, sebenarnya ada bahan makanan untuk kita, tapi…kau lebih suka tikus panggang atau tikus rebus?”, ketusnya dan membuat Kyuhyun dan Nara mengernyit heran, “Maksudmu?”.

Jiyoo mendesah kesal, “Di rak lemari dapur itu hanya ada kawanan tikus.  Kau mau kubuatkan tikus panggang?”, jelasnya dan membuat Nara mengangguk paham, “Oh…Kukira kau benar-benar suka makan tikus, Jiyoo-ssi”, gumam Nara polos.

Kemudian Nara menengok kea rah Kyuhyun, “Marcus, bukankah di halaman belakang panti ini ada kebun kentang?”, tanya Nara, Kyuhyun mengangguk singkat.  “Kurasa lebih baik jika kita makan kentang bakar.  Bagaimana, Jiyoo-ssi?  Gwenchana?”, tanyanya pada Jiyoo.  Jiyoo hanya membalas, “Aku akan makan apapun, asalkan bukan tikus panggang atau tikus rebus”, ucapnya ringan.

Nara segera bangkit dari duduknya dan menarik tangan Jiyoo dengan semangat menuju kebun kentang yang ada di belakang panti, “Tunggu apalagi? Kkaja!”, serunya dengan semangat, dan Jiyoo hanya mengikuti langkah Nara dengan lunglai.

Dari belakang, Kyuhyun hanya tersenyum melihat kelakuan kedua gadis itu, “Wajah mereka memang sama persis, tapi kelakuannya…benar-benar seperti dua kutub yang berbeda”.

********************************** Continue reading

Tears Of Polaris {7th Chapter}

“Arghh!!”, Kyuhyun meringis kesakitan saat Nara mengoleskan obat ke luka tusukan di lengannya.  Nara langsung menjauhkan tangannya dari lengan Kyuhyun, “Ah, Mianhae!!”, ucap Nara hati-hati.  Kyuhyun hanya tersenyum miris, “Hanya…sedikit sakit”, ucapnya menenangkan Nara.

Jiyoo melirik pasangan itu dari kaca spion di depannya, ke Kwan Nara lebih tepatnya.  Dia masih memperhatikan wajah Nara dan membandingkannya dengan wajahnya, amat sangat terlalu mirip.  Pantas saja jika Hyukjae salah mengenalinya dan menganggap dirinya adalah Kwan Nara yang dikenal olehnya.

Jiyoo mengalihkan pandangannya dan kembali fokus ke jalanan di depannya, “Ah, Kyuhyun-ssi.  Mana rah yang harus kita ambil?”, tanyanya saat mobilnya kini berada di antara 2 tikungan yang berbeda.  Kyuhyun melirik heran kea rah Jiyoo, “Kau..bisa berbicara bahasa Korea?”, tanyanya tak percaya, karena setahunya keluarga Choi ini sudah berdomisili tetap di Los Angeles.

Jiyoo hanya mengangkat bahunya dengan santai, “Just a little bit”, ucapnya sambil melirik kearah Nara sekilas.  Dia tak ingin mengatakan bahwa dia bisa berbahasa Korea karena ingin lebih dekat dengan Lee Hyukjae, sahabat gadis di belakangnya itu.  Nara memiringkan kepalanya dan tersenyum simpul, “Johta.  Jika begitu, kita tak punya kesulitan untuk berkomunikasi.  Benar bukan, Jiyoo-ssi?”

Jiyoo hanya mengangguk singkat dan kembali menatap Kyuhyun, “Left or Right?”, tanyanya cepat.  Kyuhyun berpikir sejenak, “Lebih baik kita ke…kiri?  Ah, tidak…kanan saja.  Tapi, mungkin lebih baik jika kita ke kiri?  Atau kanan?”, gumamnya bingung.  Nara dan Jiyoo menatap jengah kearah pria ini.

“Ke kanan saja”, ucap Nara dan Jiyoo berbarengan dan sempat membuat mereka berdua tersentak kaget.  Kyuhyun hanya mengangkat bahunya ringan, “Yasudah, jika itu keputusan kalian…kita ke kanan saja, Jiyoo-ssi”, putus Kyuhyun.

Jiyoo kembali menatap ke depan dan mengganti persneling mobil sehingga mobil melaju pelan dan berbelok kea rah kanan menuju ‘Apgeujjong’.  Dia masih merasa heran dengan kejadian barusan, saat dirinya dan Nara mengatakan hal yang sama.  Rasanya itu bukan sekedar kebetulan, tapi seperti…kontak batin?

Entahlah, otak Jiyoo sudah terlalu pusing untuk memikirkan hal seperti itu.

****************** Continue reading

Tears Of Polaris {6th Chapter}

“Wuahh~Apartement’nya besar sekali”, Donghae mendecak kagum saat melihat gedung Apartement yang ditempati oleh keluarga Choi.  Haejin langsung menyenggol lengan Donghae, “Tutup mulutmu, jangan kampungan seperti itu, Donghae-ya”, sela Haejin cepat dan membuat Donghae hanya terkekeh ringan kemudian segera menggenggam tangan Haejin, “Jika kita menikah nanti, aku pastikan jika kita akan tinggal disini, Haejin-ah”, ucapnya semangat dan membuat pipi Haejin bersemu merah.

Hyukjae mendecak kesal karena harus melihat adegan roman picisan yang kacangan di hadapannya, “Sudahlah, hentikan hal itu. Kalian membuatku mual. Jinjja!!”, gerutunya dan membuat Haejin menyentakkan tangan Donghae karena malu.  “Kau selalu saja iri, Hyukjae-ya”, ucap Donghae pada Hyukjae yang terlihat tak peduli.

Hyukjae melihat kertas yang sedang digenggamnya, ‘Sheraton Apartement’. Dia menghela nafas dalam dan menghembuskannya perlahan, dia hanya berharap bahwa Jiyoo ada di sini supaya dia bisa mengetahui keberadaan Nara sekaligus ingin memberitahu tentang perasaannya yang sesungguhnya pada gadis itu.

“Lalu apa yang akan kita lakukan sekarang?  Berdiri mematung seperti ini?’, tanya Haejin dan membuat Hyukjae segera melangkah cepat ke dalam apartement menuju lobby.  Haejin menatap Donghae dengan heran, “Ada apa dengan sepupumu itu?”, tanyanya karena daritadi dia melihat gelagat Hyukjae yang terasa aneh.  Donghae mengangkat bahunya santai, “Sepertinya seorang wanita telah mengubah hidupnya, sama sepertiku yang berubah karenamu”, ucapnya dan membuat Haejin meninju bahunya pelan.  “Kau tak pernah berubah, tetap narsis dan tukang gombal”, gerutu Haejin dan membuat Donghae meringis kesakitan karena tinjuan Haejin.

“Hei~!  Cepat masuk!!”, teriakan Hyukjae membuat mereka berdua menghentikan guyonannya dan beranjak menghampiri Hyukjae yang benar-benar menyesali nasibnya yang harus mencari Nara dan Jiyoo bersama pasangan gila ini.

——*———————-*———————*—– Continue reading