-Contest Fiction- Everlasting

Original Fanfiction By : Tania Sahal (@intanew)

Don’t Forget to leave a comment~

Ur words are precious for us as the author of this story 🙂

***

AUTHOR POV

“cho kyuhyun-ssi?”

“um,” gumam kyuhyun

“Jangan diam saja, katakan sesuatu” Nara meringis dan kembali memperhatikan layar laptopnya yang menampilkan halaman web foto kyuhyun di airport. Terlihat lesu, letih dan pucat.

“Apa yang harus ku katakan Nara-ya? Kau ingin dengar apa dariku?” dia menghembuskan nafasnya lalu melirik jam didinding dormnya. Jam 1 malam dan itu sudah 2 jam semenjak mereka bertelefon. Semenjak 2 jam yang lalu yang mereka lakukan hanya saling memanggil nama lalu diam. Seperti sekarang akhirnya mereka lagi-lagi diam sampai 30 menit kemudian.

“Nara-ya” suara kyuhyun memecah keheningan

“Ya? Apa? Kenapa? Kamu ingin apa? Apa yang ingin kau katakan?”

Kyuhyun tersenyum, “Aku lelah dan aku butuh tidur sekarang”

“Ya, memang itu yang kau butuhkan,” Nara menghela nafasnya, “Baiklah, selamat malam”

“Hanya itu?”

“tidak, masih banyak hal yang harus ku katakan padamu, tapi aku tidak tahu mengapa semua kata itu hilang dalam sekejap ketika aku mendengar suaramu” Nara mati-matian menahan air matanya turun. Setidaknya dia harus kuat sekarang meski hatinya berontak setengah mati.

“Kalau begitu, selamat…”

“Tolonglah, jaga kesehatanmu. Aku mohon, ya” Nara langsung memutuskan sambungan telefonnya setelah memotong ucapan Kyuhyun. Dia benci mendengar ucapan perpisahan dan dia benci dirinya sekarang yang tidak bisa melakukan apa-apa untuknya. Nara menangis pagi itu.         

*** Continue reading

-Contest Fiction- Because Of Mokpo

Original Fiction by : Nurul Ayu Oktaviani (@Nony921021)

Don’t Forget to leave a comment~

Ur words are precious for us as the author of this story 🙂

***

Ting Tong.. Ting Tong..

Hah, untung tepat waktu.

Aku baru saja memasuki gerbong kereta api dengan melompat cepat setelah sukses berlari sprint dari tempat penjualan tiket di depan.

Aku akan menempuh perjalanan selama kurang lebih lima jam menuju Mokpo, entah apa yang akan aku lakukan di sana. Aku jenuh dengan rutinitas harianku sebagai editor di sebuah penerbitan sehingga aku memutuskan untuk mengambil cuti selama tiga hari.

Apa aku merasa cukup? Jelas tidak. Tapi, apa daya karena kantor tidak mengijinkan pekerjanya mengambil cuti lebih dari tiga hari kecuali cuti hamil dan melahirkan.

Aku melewati koridor yang masih dilalui beberapa orang, menoleh ke kanan dan kiri mencari tempat duduk yang dirasa nyaman.

Kulihat seorang gadis duduk sendirian di seat 3-A. entah mengapa aku tertarik untuk duduk bersamanya.

“Annyeong, bolehkah aku duduk di sini?” pintaku sopan pada gadis itu.

Gadis itu mendongakkan kepalanya. Bukannya menjawab pertanyaanku, ia malah terperangah.

Aku tahu jika aku tampan tapi tak perlu seperti itu juga melihatku.

“Hei,” Aku mengibaskan sebelah tanganku di depan wajahnya, “boleh aku duduk di sini?”

Ia sedikit tersentak lalu mengangguk kaku. Aku pun memposisikan diri untuk duduk di depannya lalu mengambil I-Pod dan earphone-ku setelah meletakkan tas besar yang tadi kusangga di dekat kaki.

Aku memasang earphone setelah memilih beberapa lagu favoritku. Beberapa detik kemudian aku sudah memejamkan mata sembari menyilangkan tangan di dada. Ini adalah waktu istirahat yang sangat berarti. Continue reading

-Contest Fiction- Simfoni Hujan

Original Fiction By : A2Kyu

Don’t Forget to leave a comment~

Ur words are precious for us as the author of this story 🙂

***

***Hujan deras kemarin sore, membawa simfoni indah tentangmu, cintaku yang telah berlalu***

Ah, membosankan bukan sore hari dirumah sendiri hanya ditemani hujan yang deras, membuat hatiku yang dingin semakin dingin saja. Teringat kembali tentang kau yang hampir kulupa. “kyuhyun ah, bagaimana keadaanmu sekarang? rindukah padaku? yaa, cho kyuhyun yang tampan, tampakanlah wajahmu”, aku berteriak tak karuan untung saja sekarang sepi.

Aku mengambil ponsel yang tergeletak begitu saja sedari tadi, dan ternyata ada beberapa sms dari Ririn onie, ‘nara ya,, kau kemana saja, aku sudah menelponmu beribu kali, namun kau tak menunjukan kehidupan, apa kau baik-baik saja? Jangan memikirkan si setan itu please!

Aku tak sanggup lagi membaca semua sms yang masuk ke ponselku.

Aku menangis entah untuk keberapa ribu kalinya. Ya aku sangat merindukannya, semua tentangnya,  yang  dia lakukan untuk membuatku tersenyum, semua pertengkaran kita, bertanding game dengannya, dan yang paling kurindukan adalah panggilannya padaku. Cho kyuhyun yang tampan, tolong panggil aku ‘Kwan Nara Sayang’ lagi.

Kutarik lututku untuk didekap dan menggigiti kuku ku. Aku kembali terisak.

Tuhan, berikan aku ingatan yang buruk tentangnya.  Aku berusaha keras membuang semua simfoni indah yang telah kita lewati bersama, namun ternyata tak semudah yang kuinginkan. Dia terlalu indah untukku. Hingga membuat lubang di hatiku, dan kali ini berdenyut keras.

Aku sudah tak tahan.

Oh ya, Victoria. Aku membenci Kyutoria.  Ah, bukan! Aku membenci kau yang nyata dekat dengannya.

Aku membenci ketika kutahu dia pernah memanggilmu Oppa, sedangkan aku saja yang notabene kekasihmu selama 3 tahun tak pernah memanggilmu Oppa, eh tapi kan kau tak pernah memanggilnya ‘sayang’ bukan? kata itu hanya untukku, iyakan ‘cho kyuhyun yang tampan’?

Shit!! kenapa lagi denganku? sudah kumulai mengingat hal yang kubenci darimu, tapi mengapa kenangan manis itu selalu terbawa?!

Aku Kwan Nara adalah gadis tangguh bukan? bukan Haejin Onnie yang akan terus meratapi ketika ditinggalkan kekasihnya!

Ya aku adalah Kwan Nara yang kuat!  Tak akan ada yang berubah bukan ketika kau tak ada.

Aku mulai berhenti terisak, dan kurasakan hujan pun sudah mulai reda. Aku membenci hujan, karena dia benar-benar membawa ingatanmu kembali, ‘cho kyuhyun yang tampan’.  Aku benar-benar ingin melupakanmu, karena hujan yang membawa cinta kita bukan?

“ Hujan Deras pertama yang membuatmu bertemu denganku di sebuah toko Games, yang mengawali kisah hujan kita, dan dari sana kita mulai suka dengan hujan, iya kan?”.

Dan ketika hujan terakhir yang membuatku kini membeci hujan karena kau meninggalkanku di pinggiran Sungai Han, ketika kau memutuskanku dan pergi bersama Victoria, wanita yang 1 tahun lebih tua darimu, dengan kalimat terakhir “maafkan aku nara-si, selama beberapa bulan ini aku mencoba kembali mencintaimu seperti dulu, tapi aku tak mampu, ternyata Victoria lebih memahamiku dengan baik”. Mengingat itu sialnya aku kembali meneteskan air mata, mengapa begitu mudahnya kau mengatakan itu setelah 3 tahun kita bersama.

Aku kembali menangis, dan kudengar hujan pun kembali bersuara denga keras. Dadaku sesak, nafasku mulai tak karuan, kuambil ponselku dan memijit salah satu nomor panggilan cepat.

Dan aku mulai merasakan gelap dimataku.. Continue reading