{KyuNara Scene} 1111

 

______

*After School’s Jungah – You’re Cute (Pasta OST)

“For Super Junior!”

Leeteuk mengangkat gelas miliknya ke udara dan seketika itu juga seluruh member Super Junior mengangkat gelasnya masing-masing yang sudah terisi bir -kecuali Eunhyuk yang memilih untuk mengangkat kaleng cola-, mengikuti arahan dari sang leader. Senyuman lebar tak pernah terlepas dari wajah mereka semua.

Leeteuk menghela nafasnya lagi dan berseru kencang, “FOR DAESANG!”

“CHEERS!” Kini semua member langsung menyatukan gelas mereka ke bagian tengah meja, merayakan keberhasilan mereka untuk mendapatkan penghargaan paling tertinggi bagi insan musik Korea yaitu Disk Daesang.

Seorang gadis yang duduk diantara Siwon dan Sungmin, tiba-tiba berseru kencang sambil mengacungkan kamera DSLR profesional yang ada di tangannya. “Nah! Semua yang terjadi hari ini harus didokumentasikan! Let’s take a picture, at least,” ucapnya dan disambut dengan anggukan setuju dari seluruh member Super Junior.

Kini kesembilan pria itu berkumpul di tengah meja dan memasang berbagai pose, bersiap untuk mengambil foto. Sementara itu sang gadis langsung berseru kencang memberi aba-aba hitungan mundur kepada seluruh member Super Junior. “Siap ya? 하나, 둘, 셋!”

CKREK!

“Wuah! Hasilnya memuaskan!” Ucap si gadis dengan nada puas saat melihat hasil foto yang ia ambil tadi. Secara kompak, member Super Junior langsung menghampirinya dengan tidak sabar, bermaksud untuk melihat foto yang gadis itu ambil tadi.

“Mana? Mana? Aku masih terlihat tampan ‘kan biarpun di dalam foto?” Tanya Eunhyuk dengan antusias dan segera dibalas dengan serbuan sindiran serta ejekan yang dilontarkan untuk sang anchovy.

“Kau memang selalu tampan di dalam foto,” balas Donghae tanpa ragu dan membuat si gadis merasa sangat bahagia. EunHae adalah couple kesukaannya di Super Junior dan bisa melihat moment mereka secara langsung, itu adalah sebuah anugrah terbesar baginya.

“Oh, jebal. Jangan memulainya lagi,” senggah Siwon saat melihat sinyal-sinyal EunHae moment akan terjadi. Ekspresi member lainnya juga tak jauh berbeda dengan ekspresi Siwon, merasa mual dan muak dengan semua moment yang dilakukan oleh Lee bersaudara itu.

“Aku belum menyelesaikan kalimatku!” Sela Donghae dan membuat perhatian para member sekaligus si gadis menjadi kembali terfokus pada mereka berdua. Donghae kembali menatap Eunhyuk yang ternyata juga tengah menatap dirinya. “Uri Eunhyuk-ie…”

“… Kau memang tampan di dalam foto,” ucap Donghae sambil tersenyum manis. Namun detik berikutnya, senyuman manis Donghae langsung berubah menjadi senyuman jahil sekaligus licik saat ia melanjutkan kalimatnya lagi. “Tapi sayangnya, kau HANYA kelihatan tampan di dalam foto. Itu saja.”

Kalimat Donghae itu seakan membuat Eunhyuk menjadi KO dalam sekejap dan tentu saja dibalas dengan gelak tawa dan sindiran dari seluruh member, tak terkecuali sang gadis yang sedari tadi menghabiskan waktu bersama dengan Super Junior, Choi Soohyun.

“Ya sudah,” sela Leeteuk dan membuat perhatian semua member tertuju ke arahnya. “Ayo, sekarang kita mulai makan. Oh, kau juga, Soohyun-ah. Makanlah yang banyak,” ucap Leeteuk kepada Soohyun dan dibalas dengan anggukan malu-malu dari sang wanita.

Setelah itu, semua orang tampak menikmati makanannya dengan penuh rasa nikmat. Namun ditengah keceriaan orang-orang, ada satu orang yang kelihatan kebingungan dan terus-terusan mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru restoran, seperti mencari keberadaan seseorang.

“Kyuhyun-ah, kau tidak makan?” Ryeowook menyenggol lengan pria yang duduk di sebelahnya dan menatapnya dengan penuh penasaran. “Kau tidak lapar, heh?”

Kyuhyun hanya menggelengkan kepalanya sekilas dan kembali melanjutkan mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru restoran. Tetapi percuma. Sejauh apapun ia memandang, ia tak menemukan sosok gadis itu.

Merasa tak bisa menahan rasa penasarannya lebih lama lagi, Kyuhyun segera bangkit dari bangkunya dan berjalan menuju arah tempat duduk Soohyun yang berada diantara Siwon dan Sungmin. Soohyun baru saja akan menyuap bulgogi ke dalam mulutnya saat tiba-tiba Kyuhyun menoel bahunya dan menyuruhnya untuk mencondongkan badan, seperti hendak membisikkan sesuatu.

“Ne?” Tanya Soohyun sambil mencondongkan badannya ke arah Kyuhyun. “Ada apa, Oppa?”

“Itu… ” Kyuhyun menggaruk kepalanya yang tidak gatal, mengalami dilema tentang hal menanyakan keberadaan gadis itu berada atau malah lebih baik diam. “Itu… ”

“Temanmu… ” akhirnya Kyuhyun mengeluarkan kata kunci mengenai keseluruhan pertanyaannya dan membuat Soohyun mengangguk paham. “Dimana dia sekarang? Apa dia tidak mau makan?”

Soohyun tertawa kecil. “Bagaimana mungkin dia mau berada di tempat yang terdapat benda seperti itu?” Soohyun malah bertanya balik kepada Kyuhyun, namun lirikan matanya kini tertuju ke arah kumpulan botol soju dan kaleng bir yang ditaruh tepat di bagian tengah meja. “Oppa tahu ‘kan bahwa selama ini dia selalu menghindari minuman itu?”

Kyuhyun yang baru saja menyadari maksud perkataan Soohyun, langsung menepuk dahinya dengan gemas. Kwan Nara membenci minuman ber-alkohol dan sebisa mungkin ia tak akan pernah mau berada di tempat yang sama dengan benda itu. Sialan, kenapa Kyuhyun bisa lupa dengan hal itu?

“Lalu dimana dia sekarang?” Tanya Kyuhyun lagi. Soohyun tersenyum simpul sambil menunjuk ke arah rooftop, “disana. Tak ada hal lain yang paling ia sukai selain menatap langit malam.”

“Kenapa Oppa tidak segera kesana?” Ucap Soohyun saat melihat Kyuhyun yang masih diam di tempatnya, bukannya segera beranjak menuju rooftop untuk menemui kekasihnya itu. “Kurasa dia sedang sendirian.”

Kyuhyun mengangguk kecil. Ia mengacak rambut Soohyun pelan sebelum kakinya melangkah menuju ke arah rooftop, “gomapda Hyun-ie,” ucapnya singkat dan dibalas dengan acungan jempol dari Soohyun.

Kini Kyuhyun tengah berjalan dengan tenang ke arah tangga yang tertuju ke rooftop milik restoran ini. Untunglah pihak managemen SM sudah menyewakan restoran ini secara keseluruhan, sehingga Kyuhyun tak perlu merasa khawatir dengan keberadaan publik yang bisa mempertanyakan tindakannya berpisah dengan para member dan malah berjalan sendirian menuju rooftop. Kyuhyun malas berurusan dengan rumor tidak bermutu seperti itu.

“Oh?” Saat Kyuhyun baru saja akan menaiki tangga pertama menuju rooftop, ia menemukan sebuah coffe machine yang terdapat di pojok ruangan. Tanpa menunggu lama, ia langsung mengeluarkan dompetnya dan membeli dua kaleng kopi hangat dari dalamnya.

Dengan menenteng dua kaleng kopi hangat di tangannya, Kyuhyun kembali melanjutkan langkahnya. Begitu berada tepat di depan pintu yang tertuju langsung ke rooftop, Kyuhyun membuka pintunya secara perlahan, tak mau menimbulkan suara sekecil apapun itu.

Di balik pintu, mata Kyuhyun menangkap sebuah sosok yang sangat ia kenali postur tubuhnya.  Ia sedang duduk di sebuah bangku yang menghadap langsung ke arah jalanan kota Osaka. Sosok itu adalah seorang gadis, ia yakin akan hal itu. Dan gadis itu adalah gadis yang sudah menemaninya selama empat tahun kebelakang, ia juga yakin akan hal itu.

Dengan langkah yang sangat perlahan, Kyuhyun berjalan mendekati sosok si gadis. Kebetulan posisi duduk gadis itu adalah membelakangi Kyuhyun sehingga membuat Kyuhyun lebih leluasa untuk mengejutkannya.

Setelah berada tepat di belakang si gadis, Kyuhyun langsung menempelkan sekaleng kopi di tangannya itu ke pipi sang gadis dan sontak membuat gadis itu terkejut bukan main. “WAAA!” Gadis itu berteriak sambil menjauhkan dirinya dari arah Kyuhyun -atau mungkin lebih tepatnya, dari serangan kaleng kopi secara mendadak itu-.

Namun ekspresi terkejut si gadis langsung berganti dengan desisan kesal saat ia melihat wajah oknum yang sudah membuatnya ketakutan seperti tadi. “Eish,” gerutu gadis itu sambil mengelus pipinya yang tadi terasa agak panas karena ditempeli oleh kaleng kopi. “Kau mau membuatku mati jantungan, ya?”

Kyuhyun terkekeh kecil dan beranjak mendekati gadis itu kemudian memilih untuk duduk tepat di sampingnya. “Ini,” ucap Kyuhyun sambil menyodorkan sebuah kaleng kopi kearah si gadis. “Chococinno. Kesukaanmu ‘kan?”

Gadis bernama Nara itu hanya mengangguk kecil sambil menerima sodoran kaleng kopi dari tangan Kyuhyun. Dalam sekejap, tangan Nara langsung teraliri aliran hangat yang berasal dari kaleng kopi tersebut. Sungguh membuat hati Nara merasa nyaman.

“Bisa kau buka sendiri?” Tanya Kyuhyun saat melihat Nara kini hendak membuka penutup kaleng kopi tersebut. Namun Kyuhyun harus menelan semua tawarannya itu saat Nara menatapnya dengan tatapan tajam, seakan berkata “aku-bukan-anak-TK-yang-tidak-bisa-apa-apa, Cho Kyuhyun.”

“Okay,” Kyuhyun langsung menutup mulutnya rapat-rapat saat melihat tatapan tajam yang dilontarkan oleh Nara dan memilih untuk tak mempedulikan nasib kekasihnya itu. “Aku ‘kan berniat baik,” sela Kyuhyun, mencoba memberikan pembelaan untuk dirinya sendiri.

Nara mendengus kecil. “Lakukan saja niat baikmu untuk gadis lain, kalau begitu,” ucap Nara sambil meneguk kopinya dengan tenang. “Contohnya saja, pada gadis yang akan kau nikahi lagi nanti.”

Kyuhyun yang sedang meminum kopinya, tiba-tiba langsung memuncratkan kembali semua isinya ketika mendengar kalimat yang dilontarkan oleh Nara. Sedangkan Nara? Ia masih meminum kopinya dengan tenang dan tetap memasang ekspresi wajah sekeras batu. Atau bisa dibilang, tanpa ekspresi sama sekali.

“Kau..sudah tahu?” Tanya Kyuhyun dengan nada lambat-lambat, meyakinkan bahwa apa yang Nara katakan tadi adalah benar adanya. “Sejak kapan?”

“Oh, c’mon,” balas Nara sambil memasang ekspresi wajah risih. Ia menenggak kopinya terlebih dahulu sebelum melanjutkan kalimatnya, “kau tidak tahu seberapa terkenalnya dirimu, hah, Cho Kyuhyun yang tampan?”

“Apapun yang menyangkut tentang dirimu sudah pasti akan menjadi sebuah headline,” lanjut Nara sambil terus memandang pemandangan kota Osaka di hadapannya. “Bagaimana bisa aku terus menutup telinga dan mata akan hal seperti itu?”

Kyuhyun meneguk ludahnya dengan berat. Ia merasa seperti ketahuan berselingkuh saat Nara mengangkat topik pembicaraan mengenai jadwal Kyuhyun yang akan kembali berpartisipasi di dalam acara We Got Married.

“Kali ini dengan siapa?” Tanya Nara tanpa menatap mata Kyuhyun. “Idol terkenal atau malah diundi lagi?”

Kyuhyun menggaruk pipinya sebentar, kebingungan untuk menjelaskan konsep acara We Got Married yang akan diikutinya nanti. “Eung, sebenarnya ini sedikit berbeda sih… ”

“Jawab saja pertanyaanku,” sela Nara, merasa tak perlu mendengarkan alasan dan pembelaan dari Kyuhyun. Ia hanya ingin mengetahui dengan siapa kekasihnya itu akan berpasangan di dalam acara sialan itu. “Jangan mengangkat topik pembicaraan yang baru lagi.”

Kyuhyun mendesah pelan sebelum akhirnya berkata, “dengan orang Cina. Aktris.”

Nara mengangguk kecil dan kembali meminum kopinya dalam diam. “Oh… ” Ucap Nara sambil lalu. “Berjuanglah dan perlakukan istrimu nanti dengan sebaik mungkin.”

Kyuhyun yang awalnya sedang memandangi pemandangan kota Osaka di malam hari itu, tiba-tiba langsung mengalihkan pandangannya ke samping dan menatap Nara dengan tatapan yang sulit untuk dijelaskan.

Nara yang merasa dirinya sedang diperhatikan, langsung merasa salah tingkah dan memilih untuk bergeser menjauh dari posisi Kyuhyun berada sekarang. “Mau apa kau?” Tanyanya lirih, merasa sedikit takut saat Kyuhyun malah ikut bergeser maju sehingga kini membuat Nara langsung terpojok di ujung bangku. “Jangan pernah berpikir macam-macam, Cho Kyuhyun.”

Kini posisi mereka berdua hanya berjarak sangat tipis dan Nara tak bisa kabur karena ia sudah terpojok di ujung bangkunya. “Ya! Cho Kyuhy… ”

“Kau tidak cemburu?” Pertanyaan yang meluncur keluar dari bibir Kyuhyun itu langsung membuat kalimat yang hendak diucapkan Nara menjadi terputus. “Kau tidak mencegahku untuk mengikuti acara terkutuk ini lagi?”

Nara terdiam sesaat sembari memegang kaleng kopinya dengan kedua tangan, membiarkan kehangatan dari kaleng itu menjalar ke sekujur tubuhnya.

Sejujurnya, Kyuhyun merasa kecewa saat mendengar respon kalimat yang diucapkan oleh Nara. Setidaknya Kyuhyun berharap bahwa gadis itu akan melarangnya untuk mengikuti acara itu lagi, sama seperti ratusan ribu fansnya yang histeris saat mengetahui rencananya itu.

Semua orang berkata bahwa cemburu adalah tanda sayang. Namun jika gadis di hadapannya itu malah bersikap lain dan berkesan sama sekali tidak cemburu, bukankah itu berarti ia sama sekali tidak memiliki perasaan terhadapnya, bukan?

Kyuhyun masih menatap Nara dengan tatapan tajamnya, seakan menuntut sebuah jawaban untuk terucap dari bibir mungil gadis itu. Sedangkan si gadis masih diam menunduk sambil menggenggam kaleng kopinya, memilih untuk tidak balas menatap mata pria yang selalu bisa membuatnya kehilangan logika.

“Aku tahu semuanya,” Nara membuka mulutnya saat Kyuhyun benar-benar sudah merasa kecewa atas semua kebisuan kekasihnya itu. Kini Nara mendongakkan kepalanya sehingga sekarang wajahnya sudah bertatapan langsung dengan wajah Kyuhyun. Nara tersenyum manis, sebuah senyuman yang bahkan jarang dilihat oleh Kyuhyun selama empat tahun menjalin hubungan dengan gadis itu. “Kau lelah ‘kan?”

“Aku tahu bahwa bukanlah keinginanmu untuk mengikuti acara itu. Semuanya sudah terjadwal ‘kan?” Lanjutnya dan membuat Kyuhyun terdiam seribu bahasa. “Aku juga tahu bahwa sudah banyak fansmu yang cemburu dan mencelamu habis-habisan, ‘kan?”

“Jadi… ” Nara terkekeh kecil sembari mengacak-acak rambut Kyuhyun pelan, seakan sedang menenangkan pikiran kekasihnya itu. “Aku akan selalu menjadi satu orang yang melawan arus hanya demi untuk terus bertahan di sampingmu.”

“Disaat orang-orang cemburu dan kecewa atas segala hal yang kau lakukan, aku akan menekan semua egoku dan mengatakan bahwa kau sudah melakukan yang terbaik,” kalimat yang diucapkan oleh Nara itu semakin membuat Kyuhyun mengatupkan bibirnya, tak tahu harus mengatakan apalagi.

Tetapi seakan tidak mengetahui kekacauan proses kerja otak yang sedang dialami oleh Kyuhyun, Nara malah melanjutkan ucapannya sembari tersenyum manis. Hal itu malah semakin membuat otak Kyuhyun ingin meledak, tidak lagi kuat untuk menahan radiasi yang seakan dipancarkan dari senyuman kekasihnya itu. “Disaat semua orang berjalan menjauh dari seorang Cho Kyuhyun, maka Kwan Nara akan berlari melawan arus melewati semua orang hanya untuk berdiri di hadapan Cho Kyuhyun dan mengatakan… ”

“… Tak akan ada yang berubah. Hanya saja terasa berbeda.”

“Jadi jangan khawatir untuk terus melakukan yang terbaik, karena aku akan terus mendukung Cho Kyuhyun dari belakang!” Ucap Nara sambil mengacungkan jempolnya. “Okay?”

Kyuhyun tak mampu mengatakan apapun selain membuka tutup mulutnya terus menerus, persis seperti orang gagu. “Kau ini memang… ”

“Hm?” Tanya Nara sambil memiringkan kepalanya dan memasang tampang polos di hadapan kekasihnya itu. “Apa?”

Kyuhyun hanya menggelengkan kepalanya sambil terkekeh kecil. “Bukan apa-apa,” ucapnya sambil mengelus kepala Nara dengan lembut, sebuah hal yang jarang sekali dilakukan olehnya. “Kau memang iblis bersayap putih, ya?”

Nara tersenyum simpul, merasa mengetahui maksud dari kalimat Kyuhyun tadi. “Bukankah Leeteuk Oppa selalu bilang bahwa aku ini adalah satu diantara sepuluh ribu gadis yang ada diseluruh dunia, hah?” Kata Nara dan dibalas dengan anggukan dari Kyuhyun.

“Maka dari itu, jangan pernah menyia-nyiakan aku atau kau harus memacari sepuluh ribu gadis terlebih dahulu sebelum akhirnya bisa menemukan gadis sepertiku lagi. Arasseo?” Tanya Nara lagi, meminta persetujuan Kyuhyun.

Kali ini ia membentuk tangan kanannya menjadi bentuk pistol kemudian mengarahkannya tepat ke pelipis Kyuhyun. “Kalau kau menyia-nyiakanku demi gadis lain, maka… ”

“BANG!” Kata Nara sambil menggerakkan tangannya seperti sedang menarik pelatuk pistol. Kyuhyun langsung pura-pura terjungkal ke belakang, bersikap seakan dirinya memang ditembak oleh Nara. Gadis itu tertawa kecil saat melihat guyonan Kyuhyun kemudian menjitak kepalanya pelan, “candaanmu itu tidak lucu, tahu?”

Kyuhyun ikut tertawa sambil mengelus kepalanya yang sedikit terasa perih karena jitakan yang dilayangkan oleh Nara kepadanya tadi.

Sudah lama sekali rasanya Kyuhyun tidak merasakan moment seperti ini bersama dengan kekasihnya itu dan Kyuhyun baru menyadari bahwa setelah empat tahun bersama dengannya, sosok Kwan Nara yang ia kenal kini sudah berubah. Kwan Nara yang sekarang ia kenal bukanlah lagi sosok gadis yang ia kenal empat tahun lalu, yang terus-terusan berambisi untuk mengalahkan Kyuhyun dalam segala hal.

Dia telah berubah menjadi gadis seperti ini. Gadis yang tak pernah cemburu terhadap segala hal yang Kyuhyun lakukan dan selalu memilih untuk mendukung Kyuhyun dari belakang, selalu menjaga apabila Kyuhyun membutuhkan seseorang untuk menopangnya disaat ia sedang terjatuh.

Kyuhyun tak pernah menyangka bahwa waktu empat tahun dapat mengubah sifat dan sikap seseorang menjadi seperti ini. Dan Kyuhyun tak pernah menyangka bahwa keputusannya untuk memilih gadis ini sebagai “teman dekatnya” adalah sebuah keputusan yang sangat tepat. Kyuhyun tak pernah menyangka semua hal itu hingga pada saat ini, saat gadis itu tersenyum kepadanya dan membuatnya merasa sangat tenang dibandingkan siapapun.

“Hatchi!”

Saat Kyuhyun masih disibukkan dengan semua pikirannya, tiba-tiba Nara bersin dan membuat pria itu langsung menoleh ke arah kekasihnya. Nara kini sedang menggosok hidungnya dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya masih ia gunakan untuk menggenggam kaleng kopi.

“Haaah… ” Gadis itu menghela nafas kemudian menghembuskannya perlahan. Kyuhyun bisa melihat uap panas yang meluncur keluar dari bibir Nara, menandakan dirinya sudah sangat kedinginan. Selain itu, Kyuhyun juga melihat hidungnya menjadi memerah karena udara dingin disini. “Dingin, ya?” Tanya Nara basa-basi sembari menaikkan retsleting jaketnya yang berwarna putih hingga kini menutupi setengah wajahnya.

“Eish,” Kyuhyun mendengus kecil namun tak urung juga melepaskan jaket hitam yang dikenakannya. Setelah itu, ia langsung melingkarkannya ke bahu Nara dan menggerutu kecil, “sudah tahu dibawah ada ruangan yang hangat, untuk apa malah pergi ke ruang terbuka dan dingin seperti ini, sih?”

Sementara itu, Nara hanya tersenyum simpul saat mendengar omelan Kyuhyun terhadapnya. Ia tahu bahwa ucapannya itu bukanlah sebuah omelan, melainkan sebuah tanda bahwa kekasihnya itu mengkhawatirkan kondisi kesehatannya. Cho Kyuhyun memang mahluk yang memiliki gengsi paling tinggi di seluruh dunia ini, pikir Nara.

“Aku tak bisa mencium bau minuman beralkhohol,” jawab Nara sambil membayangkan jejeran botol soju dan kaleng bir yang tadi ada di tengah-tengah meja makan tempat para member Super Junior berada. “Daripada nanti mengganggu pesta kalian semua, lebih baik aku menyingkir saja.”

“Dan kau… ” Lanjut Nara sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Kyuhyun kemudian mengendus nafas pria itu, seperti hendak mengetahui sesuatu. “Belum minum sama sekali, kan?”

Kyuhyun sedikit merasa kagum dengan indra penciuman kekasihnya tersebut. “Yaaaah. Kau itu keturunan anjing, ya?” Ucap Kyuhyun, berniat memuji namun malah menghasilkan sebuah sindiran yang sangat tajam.

Nara hanya mendelik tajam saat mendengar ucapan Kyuhyun. Dalam sekejap, senyuman yang daritadi ada di wajah Nara kini berganti dengan ekspresi sebal dan kesal, serta emosi yang terlihat sangat membara. “Tidak bisakah kau memilih kosakata yang lain selain anjing?” Ucap Nara sembari meminum kopinya lagi. Kali ini semua sikapnya kembali menjadi ice princess, dingin dan serba egois.

Kyuhyun mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum akhirnya menepuk dahinya dengan gemas. Lagi-lagi ia berbuat kesalahan sehingga membuat mood gadis ini menjadi turun lagi. “Ah, itu… ” Kyuhyun menggaruk kepalanya dengan gusar, terlihat sibuk memikirkan alasan pembelaan diri untuk disampaikan kepada Nara. “Maksudku, indra penciumanmu itu sangat hebat! Jjang! Number One! Sangat sensitif sekali terhadap bau apapun!”

“Itu adalah sebuah pujian, maksudku,” lanjut Kyuhyun dengan nada lirih, masih mengutuk kebodohannya dalam memilih kata yang tepat. Wajar saja jika gadis itu marah. Siapa pula yang senang jika dirinya disamakan dengan anjing, ‘kan? Biarpun itu hanya sebatas kehebatan dalam penciuman, tapi yahh tetap saja terdengar kurang enak untuk diucapkan.

“Maaf,” ucap Kyuhyun pada akhirnya. “Yang tadi itu refleks. Aku benar-benar tidak berniat untuk menyindirmu sama seka…”

KRUYUUKK!

Saat Kyuhyun sedang sibuk memikirkan seribu satu alasan untuk diucapkan kepada Nara, tiba-tiba telinganya mendengar suara yang tak asing lagi. Kyuhyun menolehkan kepalanya dan melihat Nara yang kini sedang menundukkan kepalanya dalam-dalam, seakan menolak untuk menatap wajahnya.

“Lapar?” Tanya Kyuhyun memastikan bahwa suara itu memang berasal dari dalam perut Nara. “Kau belum makan?”

Nara masih tak mengangkat kepalanya, namun ia mengangguk kecil di dalam tunduknya. “Aku hanya makan roti sebelum acara GDA itu dimulai,” jawabnya pelan. “Setelah itu, aku sama sekali belum makan.”

Kyuhyun terkekeh kecil dan menjitak kepala Nara pelan. “Ya sudah, ayo turun ke bawah. Kita makan bersama.”

Nara menggeleng. “Aku tak bisa makan jika ada benda itu disan… ”

“Siapa yang bilang jika kita akan makan bersama mereka semua?” Selaan Kyuhyun itu membuat ucapan Nara terputus dan kemudian segera menengadahkan kepalanya untuk menatap wajah Kyuhyun. Pria itu kini memamerkan smirknya, “ayo makan bersama.”

“Kau dan aku. Berdua saja.”

___________

*행복하길바래 – 임형주 (Sassy Girl Chun Hyang OST)

“Sena-ya?”

Kwan Soohyun, ibunda dari Nara itu hanya bisa mengerjapkan matanya beberapa kali saat melihat sosok gadis yang kini berdiri di depan pintu rumahnya yang megah. “Jung Sena?”

Gadis yang dipanggil Sena itu segera menyunggingkan senyumannya saat mendengar namanya disebut. “Lama tidak berjumpa, eomeoni,” sapanya sambil membungkukkan tubuhnya sebanyak 90 derajat, memberikan kesan formal. “Senangnya eomeoni masih mengingat saya biarpun sudah lama kita tidak bertemu.”

“Aigoo!” Kwan Soohyun langsung memeluk tubuh Sena dan menyambutnya dengan penuh rasa gembira. “Kau makin cantik saja, Sena-ya,” puji Soohyun dan hanya dibalas dengan senyuman simpul dari Sena. “Ayo masuk! Anggap saja rumah sendiri.”

Sena mengangguk sopan dan mengikuti langkah Soohyun yang menuntunnya menuju ruang tamu dari rumah milik keluarga Kwan itu. “Duduklah,” ucap Soohyun, Sena pun akhirnya duduk di sofa ekslusif dan -tentunya- berada di samping Soohyun yang kini sedang memandanginya dengan penuh rasa haru sekaligus bangga.

“Sudah lama sekali kau tidak kesini, Sena-ya,” kata Soohyun sembari menggenggam tangan Sena dengan erat. “Terakhir kali kau kesini adalah tujuh tahun lalu, sewaktu pemakaman Seunghwan-ie.”

Ekspresi wajah Sena terlihat agak berubah saat mendengar nama pria itu diucapkan tepat di hadapannya. “Maaf karena tidak bisa menghadiri acara itu sampai selesai, eomeoni,” balas Sena sambil berusaha mengatur ekspresi wajahnya sewajar mungkin. “Saya memiliki urusan lain yang tidak bisa ditinggalkan kala itu.”

Soohyun mengangguk kecil dan tersenyum lagi ke arah Sena. “Selama tujuh tahun ini kau kemana saja, Sena-ya? Kenapa sekalipun tidak pernah terlihat di Jepang?”

“Saya dan keluarga pindah ke New York, eomeoni. Maaf karena tidak sempat memberi tahu terlebih dahulu.” Jawaban Sena direspon dengan anggukan paham dari Soohyun. “Ah, Taewoo juga sempat bilang bahwa sekarang kau sudah menjadi pengacara? Apa itu benar?”

Sena mengangguk sambil tersenyum manis dan membuat Soohyun menggeleng-gelengkan kepalanya dengan kagum atas segala hal yang sudah diraih oleh gadis ini. “Sena-ya, selain cantik, memiliki kepribadian yang baik, kau juga pintar bukan main. Ah, seandainya saja Seunghwan masih ada dan kalian masih berhubungan, aku pasti akan menyuruh kalian untuk menikah secepatnya.”

“Kalian ini pasangan yang serasi dan sempurna,” ucapan Soohyun hanya dibalas dengan senyuman simpul dari Sena. “Jadi, ada perlu apa kau datang kesini, Sena-ya?”

“Ah,” Sena seakan tersadar dengan semua rencananya sejak awal. “Apa boleh saya berkunjung ke kamar Seunghwan? Saya… ” Sena menggantungkan kalimatnya dengan nada ragu. “rindu padanya.”

“Tentu saja!” Jawab Soohyun tanpa ragu dan segera menunjuk sebuah ruangan di lantai dua. “Kamarnya ada di ruangan sebelah sana. Kau sudah tahu, ‘kan?”

Sena mengangguk. “Saya tahu, eomeoni,” ucapnya sembari bangkit dari sofa. Setelah berpamitan singkat kepada Soohyun, Sena melangkahkan kakinya ke arah deretan anak tangga yang menuju ke lantai dua. Selama menaiki anak tangga itu, Sena terus mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru rumah milik keluarga Kwan ini.

Rumah yang megah, persis seperti sebuah istana. Biarpun Sena sudah beberapa kali datang ke rumah ini -atas ajakan Seunghwan- namun ia masih selalu merasa takjub dengan setiap desain interior rumah keluarga Kwan ini. Bisa dibilang sempurna, menurut Sena.

Setelah agak lama berlalu, akhirnya kaki Sena berhenti tepat di sebuah kamar dengan pintu berkayu jati. Di depan kamar itu tergantung sebuah papan kayu kecil yang berukiran tulisan ; “Seunghwan Kwan”

Sena bisa merasakan jantungnya berdegup kencang dan tangannya bergetar hebat saat hendak membuka pintu kamar itu. Rasanya seperti hendak membuka sebuah luka lama yang hampir saja sembuh, itulah yang Sena rasakan sekarang.

CKLEK!

Saat pintu kamar itu terbuka, mata Sena langsung disambut dengan pemandangan yang benar-benar seakan menyayat hatinya. Kamar itu masih sama dengan seperti apa yang dilihatnya tujuh tahun yang lalu. Masih sama dan sama sekali tak ada yang berubah.

Sena memaksakan kakinya untuk melangkah memasuki kamar itu, biarpun hatinya sama sekali tak ingin untuk melakukannya.

Hati Sena seakan sedang disayat oleh ratusan pisau saat melihat setiap benda yang ada di dalam kamar milik Seunghwan. Semua benda yang ada disini adalah benda yang berhubungan dengan pria itu, itulah yang membuat hati Sena seakan terkoyak perih. Semua benda ini seakan mengingatkannya dengan masa-masa saat ia bersama dengan Seunghwan, tujuh tahun yang lalu.

Kini kaki Sena melangkah mendekati meja belajar milik Seunghwan. Meja itu sangat bersih, tak ada debu yang menempel sedikitpun. Sena yakin bahwa keluarga Kwan selalu menaruh perhatian terhadap kebersihan kamar Seunghwan biarpun sang pemiliknya sudah tak lagi berada di dunia.

Pupil mata Sena terlihat agak membesar saat matanya menangkap beberapa figura foto yang terpajang di atas meja belajar milik Seunghwan. Ada tiga foto yang terpajang disana ; foto Seunghwan bersama Taewoo, foto Seunghwan bersama dirinya dan juga sebuah foto lainnya. Foto yang sama sekali tak ingin Sena ingat keberadaannya namun malah ia temukan kembali disini.

Sena meraih salah satu figura yang terdapat foto empat orang siswa SMA yang sedang mengenakan hanbok. Sena ingat persis kapan foto itu diambil, yaitu pada saat perayaan Chuseok yang diadakan sekolahnya. Empat orang itu adalah : Kwan Seunghwan, Choi Taewoo, Jung Sena dan … Kim Seulmi.

“Seulmi-ya,” bisik Sena dengan suara lirih sambil menatap foto seorang gadis berambut pendek yang tersenyum manis. Senyum yang bisa membuat pria manapun pasti akan bertekuk lutut untuknya, Sena benci untuk mengakuinya namun memang itulah kenyataannya. “Maafkan aku. Aku bukan teman yang baik, aku akui itu. Maafkan ak..”

TOK. TOK. TOK.

Sena langsung terlonjak kaget saat mendengar suara ketukan di pintu kamar itu. Dalam sekejap, ia langsung meletakkan figura foto itu ke tempat asalnya dan kembali mengatur ekspresi wajahnya. “Ya?” Jawab Sena sambil membuka pintu kamar dan sedikit menganga saat melihat sosok pria yang kini sedang berdiri di ambang pintu, memasang senyum manis untuknya. “Tae..woo?”

“Apa aku mengganggu waktu nostalgiamu?” Tanya pria bernama Taewoo itu sambil menyenderkan tubuhnya di dinding kamar. Penampilannya hari ini sama sekali tak berbeda dibanding hari-hari biasa, sebuah jas hitam bermerk terkenal itu melekat sempurna di tubuh sang pewaris Choi Corp itu. “Atau sebaiknya aku menunggu di bawah?”

“Kau…kenapa bisa tahu bahwa aku sedang berada disini?” Tanya Sena dengan nada terbata, masih terkejut dengan keberadaan Taewoo di rumah keluarga Kwan.

Taewoo terkekeh pelan dan mengangkat telunjuknya ke langit, “Seunghwan yang memberitahuku bahwa kau ada disini.”

Candaan Taewoo sama sekali tak dibalas dengan tawa dari Sena. Wajah gadis itu kini malah terlihat membeku dan terlihat tegang. Taewoo-lah satu-satunya orang yang mengetahui kebenaran mengenai penyebab kematian Seunghwan dan sekarang pria itu ada disini, entah kenapa Sena merasa bahwa ia sedang tertangkap basah di lokasi kejadian pembunuhan.

Taewoo yang sadar bahwa candaannya tadi sudah melewati batas, kini langsung merengkuh tubuh Sena ke dalam pelukannya lalu mengelus punggungnya dengan lembut. “Tidak akan ada yang tahu, Sena-ya. Semuanya sudah tertutupi secara sempurna. Tak akan ada orang yang menaruh curiga terhadap kita berdua.”

“Jadi tenanglah.”

______

*Juniel ft CNBlue’s Yonghwa – Stupid

“Berdua, ya?”

Nara mendengus kecil saat mengucapkan kalimatnya tadi. Sementara itu, Kyuhyun hanya bisa tersenyum kaku saat mendengar ucapan kekasihnya ini. Dia menggaruk lehernya dengan gusar. “Yah, mau bagaimana lagi? Setidaknya disini tidak ada soju ataupun kaleng bir ‘kan?” balas Kyuhyun, mencoba membela dirinya.

Saat ini, mereka berdua sedang berada di sebuah kedai ramen yang berada tepat di samping restoran tempat para member Super Junior tengah mengadakan pesta. Awalnya Nara menolak saat diajak Kyuhyun untuk pergi keluar dari restoran karena khawatir identitas mereka bisa dikenali oleh media massa. Namun Kyuhyun tetap memaksa gadis itu untuk segera keluar dan mencari makanan yang layak sebelum dirinya pingsan karena kelaparan.

Karena tak ingin mengambil resiko identitas mereka terbongkar, akhirnya Nara memaksa Kyuhyun untuk memakai wig yang ia kenakan pada saat datang ke acara Golden Disk Awards tadi. Selain itu, Nara juga memaksa Kyuhyun menghapus semua make-up yang menutupi wajahnya, sehingga sosok Kyuhyun kini tak lagi terlihat seorang idol melainkan hanya seperti orang biasa.  Di mata Nara, sosok Kyuhyun di depan matanya ini benar-benar mengingatkannya pada saat kekasihnya itu masih mempromosikan lagu U. Terlihat sangat polos.

Sementara itu, Nara memutuskan untuk tetap mengenakan jaket hitam yang dipinjamkan oleh Kyuhyun tadi.  Tidak lupa, ia juga mengenakan kacamata dan topi baseball yang sudah ia persiapkan dari awal.  Hasilnya? Kini mereka benar-benar terlihat seperti pasangan kekasih biasa yang sedang menghabiskan malam di sebuah kedai ramen.

Sungguh sebuah kamuflase yang sangat miris, menurut Nara.

“Ayo pesan,” perintah Kyuhyun pada Nara yang masih terlihat sedikit senewen karena hanya diajak untuk makan malam di kedai ramen dan bukannya di tempat yang sedikit lebih romantis atau elegan. “Cepat pesan sebelum kau pingsan, Kwan Nara sayang~”

“Awww! Aww!” Nara langsung mengaduh kesakitan saat Kyuhyun mencubit pipinya dengan gemas, memaksa bibirnya untuk membentuk lengkungan senyum yang sama sekali tidak diinginkannya. “Iya! Iya! Aku pesan sekarang.”

Akhirnya setelah selesai memesan pesanannya masing-masing, kini Kyuhyun dan Nara hanya diam terduduk di bangkunya. Sudah lama sekali waktu berlalu semenjak mereka duduk berhadapan seperti sekarang dan entah mengapa itu semua malah membuat keduanya merasa agak salah tingkah.

“Ehm,” Kyuhyun berdehem sekali, mencoba mencari topik pembicaraan yang tepat bagi mereka berdua. Namun sekeras apapun ia memeras otaknya tetap saja tak ada satupun hal yang muncul di otak Kyuhyun.

“Nanti potong rambut, ya?” ucap Nara tiba-tiba dan membuat Kyuhyun mengernyitkan alisnya dengan heran. Nara menunjuk poninya sendiri namun matanya masih tertuju kearah rambut Kyuhyun yang kini tertutupi oleh wig miliknya. “Itu…rambutmu terlihat agak berantakan. Nanti jika ada waktu luang, coba kau potong rambut.”

Kyuhyun tanpa sadar mengelus rambutnya, “berantakan?”

Nara mengangguk. “Lagipula jujur saja, warna rambut coklat ataupun pirang itu sama sekali tak cocok untukmu.”

“Oh ya?” tanya Kyuhyun ragu. Menurutnya, gaya tatanan rambutnya yang sekarang ini sama sekali tidak menjadi masalah untuknya. Selain itu, banyak pula penggemarnya yang mengatakan bahwa gaya rambutnya ini sangat sesuai dengan dirinya. “Tapi banyak orang yang bilang cocok, kok.”

Nara hanya mengangkat bahunya dengan ringan untuk menjawab pertanyaan Kyuhyun. “Yah, itu hanya pendapatku. Tak usah kau ikuti juga tidak apa-apa.”

Kyuhyun terdiam sejenak, memikirkan semua ucapan Nara. Tumben sekali kekasihnya ini memperhatikan satu hal mendetail tentang dirinya, terlebih lagi mengenai masalah rambut yang menurutnya adalah hal yang sangat sepele.

“Arasseo,” balas Kyuhyun pada akhirnya. “Jika ada waktu, nanti aku minta stylist untuk mengubah gaya rambutku.”

Nara langsung tersenyum simpul saat Kyuhyun mengatakan hal itu.

Sementara itu, Kyuhyun segera memalingkan mukanya supaya tak melihat senyuman Nara. Hari ini sudah seperti menjadi sebuah hari yang ajaib baginya. Dalam satu hari ini, sudah tak terhitung lagi seberapa banyaknya Nara tersenyum untuknya.

Sama layaknya seperti orang yang sedang meminum obat, mereka pasti memiliki dosis tertentu yang harus ditaati, ‘kan? Dan bagi Kyuhyun, senyuman Nara itu sudah seperti obat. Namun jika ia terus-terusan melihat senyuman yang sudah ia anggap sebagai obat, Kyuhyun malah akan menjadi overdosis. Maka dari itu, sebisa mungkin ia mencoba untuk menghindari untuk tidak melihat senyuman kekasihnya itu, sebelum ia benar-benar mati karena overdosis.

“Oh ya,” tiba-tiba saja Nara merogoh isi tasnya, seperti sedang mencari sesuatu. Beberapa saat berikutnya, sebuah handphone berwarna biru yang sudah sangat Kyuhyun kenali bentuknya kini sudah berada di tangan gadis itu. “Kau tidak berniat mengambil handphonemu, Cho Kyuhyun yang tampan?”

“Ups,” Nara meralat kalimatnya sambil memutarkan bola matanya. “Tetapi daripada handphone, tampaknya benda ini lebih pantas untuk dikatakan sebagai galeri fotoku, ya?” tanyanya dengan nada jahil dan memasang senyuman evil-nya.

Kyuhyun mendengus kecil saat mendengar ucapannya namun ia tak bisa membalas apapun karena semua yang dikatakan oleh Nara memang benar adanya. Di handphone LG Lollipopnya itu hanya terdapat kumpulan foto Nara.  Selain itu, handphone itupun hanya ia pergunakan khusus untuk menghubungi kekasihnya ini. Sedangkan untuk urusan bisnis ataupun membahas schedule, biasanya ia menggunakan smartphone-nya yang lain.

“Cepat kembalikan,” ucap Kyuhyun dengan nada ketus. Tangannya masih terjulur kearah Nara, meminta supaya handphone-nya segera dikembalikan kepadanya.

Nara seakan tak mempedulikan permintaan Kyuhyun dan malah sibuk mengutak-atik keypad handphone LG Lollipop biru milik kekasihnya itu. “1110 foto?” ucap Nara dengan suara yang agak dikeraskan, benar-benar seperti berniat mempermalukan Kyuhyun lebih jauh lagi.  Ia mengalihkan pandangannya dari layar handphone kemudian gantian menatap Kyuhyun yang kini sedang balas memandangnya dengan tatapan membunuh, “ternyata kau benar-benar mencintaiku, ya?”

“Aish!” Kyuhyun mendengus kesal. “Terserah kau saja!”, ucapnya dan memutuskan untuk menatap keluar jendela kedai ramen, menolak untuk berurusan lebih jauh lagi dengan gadis iblis di hadapannya ini.

Nara hanya terkekeh kecil saat melihat amukan kesal kekasihnya itu. Namun matanya masih menyusuri setiap foto yang ada di dalam galeri foto. Semua objek foto yang ada disitu hanyalah satu orang, yaitu dirinya sendiri.

Kalau saja ia tidak mengingat bahwa image-nya adalah sebagai gadis yang selalu menomor satukan gengsi, Nara pasti akan langsung melonjak gembira dan memeluk Kyuhyun hingga sesak. Namun karena semua image dan harga dirinya itu, Nara kini hanya bisa tersenyum-senyum kecil sambil sesekali melirik ke arah Kyuhyun yang seperti menghindari pandangannya.

“1110 foto. Tanggung sekali,” bisik Nara pelan saat melihat jumlah foto yang ada di galeri foto. “Kalau saja ditambah satu lagi, jumlahnya akan pas menjadi 1111. Angka yang bagus ‘kan?”

Nara mengatakan semua kalimatnya itu sambil tersenyum jahil. Namun Kyuhyun yang masih belum mengerti dengan apa yang dimaksudkan olehnya , hanya bisa mengerjapkan matanya beberapa kali. Merasa bingung.

“Dan karena 1111 adalah angka yang bagus dan spesial, kenapa tidak kita menambah objek fotonya menjadi dua?” tanya Nara lagi. Tanpa meminta persetujuan Kyuhyun, tangan Nara langsung membalikkan posisi handphone sehingga kamera handpone LG Lollipop milik Kyuhyun itu kini tengah membidik gambar mereka berdua.

“Ya! Kau mau apa?” senggah Kyuhyun cepat, merasa heran dengan tindakan Nara sekarang. Biasanya gadis itu selalu saja menolak saat diminta untuk foto berdua dengan Kyuhyun tetapi sekarang malah dia yang mengusulkannya? Ini bisa termasuk ke keajaiban dunia kedelapan, bagi Kyuhyun.

Nara mengalihkan pandangannya dari kamera dan menatap Kyuhyun yang kini tengah menatapnya heran. “Kau mau tidak? Tawaran seperti ini tidak akan datang dua kali, tahu,” ucap Nara dan dibalas dengan gumaman ragu dari Kyuhyun. “Kalau tidak mau, ya sudah.”

Baru saja Nara akan menutup flip handphone berwarna biru itu, tiba-tiba Kyuhyun langsung menahan tangannya dan berucap tanpa ragu. “JANGAN! AYO! AYO! AYO LAKUKAN!”

Nara menunjukkan senyum evilnya. “Okay,” katanya singkat kemudian memosisikan kamera handphone milik Kyuhyun itu menghadap kearah mereka. “Siap, ya?” kata Nara memberikan aba-aba, sedangkan Kyuhyun kini tengah membenarkan tatanan wig yang sedang dikenakannya.

“1, 2, 3!”

CKLIK!

“Waaah~” Nara berdecak kagum saat melihat hasil foto yang baru saja ia ambil. Setelah itu, ia langsung mengalihkan pandangannya ke arah Kyuhyun lalu beralih kembali ke layar handphone. “Kau kelihatan lebih muda dengan wig itu.”

“Tidak bisakah kau terus memakai wig itu? Selamanya?” tanya Nara, meminta persetujuan Kyuhyun. “Kalau kau memakai wig itu, kita jadi terlihat seumuran. Kau tidak lagi terlihat seperti ahjusshi! Kau jadi kelihatan lebih mud..AWWW!”

Ucapan Nara langsung terpotong saat Kyuhyun menjitak puncak kepala gadis itu dengan sumpit ramen yang ada di tangannya. Nara merengut kesal, “YA! Kenapa memukulku?!”

Kyuhyun seperti tidak ambil pusing dengan gerutuan kekasihnya tersebut. Ia malah dengan santainya mengambil handphone LG Lollipop biru miliknya itu dari tangan Nara dan segera memasukkannya ke dalam saku celana. “Semua itu bukan karena wig,” ucapnya ringan. “Tapi karena aku memang sudah tampan dari semenjak aku dilahirkan ke dunia ini, Kwan Nara sayang.”

“HOEEEKK!”

Kyuhyun hanya bisa terkekeh pelan saat melihat ekspresi wajah Nara yang terlihat seperti ingin muntah karena mendengar kata-katanya tadi. “Memang aku tampan, ‘kan? Makanya kau selalu memanggilku Cho Kyuhyun yang tampan. Iya ‘kan?”

“Eugh!” Nara tampaknya kali ini benar-benar tak bisa menahan rasa mualnya lagi. “WC! WC! WC!” Dalam sekejap, ia langsung berdiri dari bangkunya dan berlari kearah toilet sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan. Kyuhyun lagi-lagi tertawa puas saat melihat nasib malang gadis itu setiap kali sedang bersamanya.

Sementara Nara sedang berada di WC, Kyuhyun mengeluarkan kembali handphone berwarna birunya itu. Saat jarinya menekan keypad untuk membuka folder galeri foto, jumlah yang tertera disana sangatlah unik ; 1111 photos. Dan foto teratas yang ada di sana adalah foto mereka berdua, foto Kyuhyun dan Nara.

Seumur hidup, Kyuhyun tak akan pernah merubah hal ini. 1111 dan foto mereka berdua, itulah kombinasi sempurna baginya sekarang.

DDRRTT. DDRRTT. DDRRTT.

Iphone milik Kyuhyun yang ia simpan di saku celana sebelah kirinya kini bergetar pelan. Ia segera mengeluarkan benda persegi itu dan melihat nama penelpon yang tertera di layarnya.

Manager Hyung

Calling..

“Yeoboseyo, hyeong?” sapa Kyuhyun dengan santai. “Ada perlu ap…”

Ucapan Kyuhyun langsung terputus saat telinganya mendengar sebuah kalimat penjelasan yang meluncur keluar dari bibir managernya. Ia menajamkan pendengarannya, mencoba memastikan bahwa kalimat yang ada di dalam otaknya itulah yang baru saja diucapkan oleh sang manager.

“Icon model dari Choi’s Corp? Aku?”

_____

 *Lyn – Back in Time (The Moon Embraces The Sun OST)

“Pembunuhan?!”

Sena hanya bisa duduk dengan kepala agak sedikit tertunduk saat Kwan Soohyun menaikkan nada bicaranya, tanda bahwa ia sudah sangat emosi. Tangan Soohyun terlihat bergetar dan nafasnya menjadi sesak bukan main. “Taewoo-ya…”

“Kau bilang, ada kemungkinan bahwa kematian Seunghwan disebabkan oleh pembunuhan?” Pandangan Soohyun kini hanya tertuju kearah Taewoo, orang yang mengatakan pernyataan itu kepadanya.

Taewoo mengangguk tenang dan menggenggam tangan Soohyun dengan erat, seperti mencoba untuk menenangkan emosinya. “Tenanglah, eomeoni. Jangan emosi seperti itu. Ini baru sekedar dugaan saya, mengingat bahwa ada beberapa tanda kematian Seunghwan-ie yang terlihat diluar kewajaran,” jelasnya sambil tersenyum simpul. “Saya akan berusaha untuk mengungkap hal itu, eomeoni.”

“Lalu…” pandangan Taewoo kini beralih kepada Sena yang masih menundukkan kepalanya, menolak untuk bergabung ke dalam pembicaraan diantara Taewoo dan Soohyun. “Sena juga akan membantu saya untuk mengungkap misteri ini, eomeoni.”

Tangan Sena langsung terkepal kuat saat mendengar ucapan Taewoo tadi. Bibirnya bergetar dan jantungnya berdetak puluhan kali lebih kencang dari biasanya, hanya karena mendengar ucapan Taewoo barusan. Sena benar-benar tak tahu harus berbuat apa dalam situasi seperti ini.

“Dengan profesinya sebagai seorang pengacara, saya yakin Sena mampu membantu saya dalam mencari jawaban atas kejanggalan kematian Seunghwan-ie,” lanjut Taewoo dengan nada menggantung, seakan meminta Sena untuk merespon ucapannya ini. “Iya ‘kan, Sena-ya?”

Sena masih terdiam untuk beberapa saat, merasa dilemma untuk member jawaban atas pertanyaan Taewoo. Namun setelah terdiam selama beberapa detik yang terasa bagaikan ratusan tahun, akhirnya ia mengangkat kepalanya dan tersenyum manis kea rah Soohyun yang masih terlihat sangat emosi. “Benar, eomeoni. Saya akan membantu semampu yang saya bisa dalam kasus ini.”

Ucapan Sena segera dibalas dengan garis lengkung yang tertarik ke atas oleh Taewoo. Dia memang tidak salah memilih partner, pikirnya. Seorang Jung Sena memang adalah partner terbaik untuk menjalankan semua misinya ini. Jalan pikiran Taewoo yang ekstrem dan penuh resiko demi menggapai apapun yang ia inginkan itu sangatlah cocok jika dipadukan dengan  Sena yang mencintainya setengah mati. Semuanya pasti akan berjalan dengan sempurna.

Taewoo telah membuat sebuah rencana baru untuk menyempurnakan semua kamuflase yang akan ia lakukan dan kali ini ia memanfaatkan kehadiran Sena ke dalam rencananya ini.

Di dalam otak Taewoo, hal yang pertama kali harus ia lakukan adalah memastikan bahwa Sena tampak sebagai sosok orang yang tak bersalah di dalam kasus kematian Seunghwan. Setelah memastikan bahwa Sena adalah pihak yang tidak bersalah maka untuk selanjutnya, Taewoo dapat lebih leluasa memanfaatkan Sena untuk melakukan rencana utamanya : menyingkirkan Kwan Nara sama seperti ia menyingkirkan Kwan Seunghwan pada saat tujuh tahun yang lalu.

Dan untuk melancarkan semua aksinya itu, Taewoo harus menyeret nama Sena untuk bergabung di dalam pencarian jawaban atas kematian Seunghwan dan memintanya berperan sebagai pengacara sekaligus kuasa hukum dirinya. Biarpun sebenarnya sudah jelas bahwa pelakunya adalah Jung Sena, si kuasa hukum sendiri.

Bukankah itu sebuah trik psikologis yang sangat sempurna?

Tak akan ada orang yang mencurigai seorang kuasa hukum yang bahkan terjun langsung ke dalam sebuah kasus, bukan? Dan tak akan ada orang yang akan menyangka bahwa si kuasa hukum itu sesungguhnya adalah pelaku dari kasus yang sedang ia tangani.

Rencananya ini akan berjalan dengan amat sempurna, Taewoo yakin akan hal tersebut.

_____

T.B.C