{KyuNara Scene} 안녕~? ✮

Recommended Song : _________ (Up to you ^^)

***

1 Desember 2011

Kyuhyun duduk termangu di meja berwarna coklat tuanya. Di hadapannya terdapat sebuah laptop dan layar laptop tersebut tengah menampilkan sebuah gambar kotak-kotak yang tersusun rapi dari atas ke bawah. Di salah satu dari kotak yang berada di barisan paling atas itu terdapat beberapa baris tulisan yang ditulis dalam hangul :

@narakwan 지금 병원에 있어요. 근데 곡정하지마세요, 제가 정말 괜찮아나요 ^^ 그냥 너무 힘들어요.  응, 그리고 이 인영을 팬분들에서, 맞아요? 제가 받았어요~ 정말 귀엽고 감사합니다. 앞으로 제가 항상 건강하시해구요

“Hahh..”, Kyuhyun menghela nafasnya dengan sedikit berat dan memainkan mouse laptopnya itu di sekitar barisan option yang ada di kotak tersebut. Tangannya menggerakkan mouse itu hanya di sekitar option ‘REPLY THIS TWEET’.

“Kalau mau balas, ya balas. Tapi kalau kau masih belum berani menanggung resikonya, jangan pernah mencoba untuk mengreply tweet-nya, Kyuhyun-ah”, suara yang berasal dari belakang punggungnya itu langsung membuat Kyuhyun hampir saja terjungkal ke belakang dari atas bangkunya.

“Ya!”, Kyuhyun langsung menengok ke belakang dan menatap Sungmin yang tengah berdiri santai di belakangnya itu dengan tatapan tajam. “Lain kali kau harus mengetuk pintu!”

Pandangan mata Sungmin yang awalnya tertuju ke arah layar laptop Kyuhyun kini langsung beralih menatap sang pemiliknya, “sejak kapan ada aturan yang menyuruh seseorang untuk mengetuk pintu kamarnya sendiri?”, tanya Sungmin tak habis pikir.

Kyuhyun seperti baru saja menyadari kesalahan ucapannya itu dan memutuskan untuk kembali fokus dengan laptopnya. Tangannya kembali menggerakkan mouse dalam gerakan memutar di option ‘reply‘ tersebut.

“Kurasa kau bisa menyemangatinya lewat SMS daripada mengambil resiko dengan meng-replynya di twitter“, ucap Sungmin dengan nada santai. Kini tangannya berpangku pada kursi yang diduduki oleh Kyuhyun, “lagipula SMS itu ‘kan..yah, bisa dibilang lebih memiliki privasi.”

“Atau..”, Sungmin mengambil jeda sejenak sebelum melanjutkan ucapannya, “..jangan-jangan kau tak sengaja menghapus nomor telefon Nara yang pernah dia berikan padamu?”

“Tentu saja tidak”, jawab Kyuhyun datar. Tangannya kini bergerak berpindah dari barisan option tweet yang ada di susunan paling atas itu ke barisan tweet yang ada di bawahnya. Kini kursor mousenya berhenti di sebuah kotak tweet yang diupdate pada tanggal 11 November 2011.

@narakwan 태우 오빠랑 식당에서 같이 저녁 식사를 했어! :3

“Aku hanya ingin menunjukkan bahwa aku cukup berani untuk memperlihatkan perhatianku padanya”, jawab Kyuhyun sambil mem-block nama 태우 오빠 (Taewoo Oppa) di kotak tweet tersebut. Sungmin langsung mengerti apa yang Kyuhyun pikirkan saat ia mem-block kata-kata itu dari tweet yang diupdate oleh gadis itu, Kwan Nara.

Choi Taewoo, nama pria itu akhir-akhir ini memang tengah menjadi bahan pembicaraan hampir di seluruh penjuru Korea. Pewaris utama Choi’s Motor Corp yang kini dikabarkan tengah menjalin hubungan dekat dengan Kwan Nara, pewaris utama Kwan’s Motor Corp.

Semua rakyat Korea seakan tengah memusatkan perhatiannya kepada dua aset kebanggaan Korea di kancah persaingan Industri bisnis tersebut, tanpa menyadari bahwa di lantai 11 apartement Sharp City ini ada seorang pria yang selalu menatap nanar ke arah TV setiap kali ada berita yang menayangkan liputan mengenai kedua pewaris ekslusif tersebut.

“11-11-11. Itu tanggal yang bagus untuk mengajak seseorang untuk makan malam, apalagi jika orang itu orang yang kita cintai ‘kan?”, tanya Sungmin ringan sambil beranjak ke arah kasurnya. Kyuhyun hampir saja ingin melemparkan laptopnya ini ke arah kepala Sungmin, namun karena otak warasnya masih bekerja penuh maka Kyuhyun hanya melemparkan sebuah pulpen ke arah Hyungnya itu.

“Ya!”, Sungmin langsung meringis kesakitan saat ujung pulpen itu mendarat dengan mulus ke kepalanya. “Aku hanya berbicara kenyataan! Memangnya sewaktu kau berpacaran dengannya selama 3 tahun, apa kau pernah mengajak Nara keluar untuk makan malam? Tidak ‘kan? Jadi wajar saja jika sekarang Nara merasa bahagia saat kali ini ada pria yang mengajaknya kelu..”

“Aku hanya khawatir”, Kyuhyun memotong ucapan Sungmin dan menghela nafas sejenak, “kurasa Choi Taewoo bukan pria yang baik.”

“Sejak kapan kau memiliki bakat menjadi psikolog, hah?”, tanya Sungmin sedikit heran.

“Hyung“, Kyuhyun memutarkan kursinya ke belakang hingga kini ia langsung berhadapan dengan Sungmin, “aku cukup berpengalaman dalam menilai kepribadian seseorang, apalagi pria.”

“Ahra Noona selalu membawa seorang pria untuk dikenalkan pada orangtua kami tapi beberapa bulan kemudian, Noona pasti datang ke kamarku dan menangis sambil mengutuki pria itu karena berbagai alasan”, jelas Kyuhyun panjang lebar. “Mulai dari selingkuh, ingkar janji, kurang perhatian atau ingin memanfaatkan status sosial kami melalui Noona.”

Sungmin mengangguk-angguk paham. Status sosial keluarga Kyuhyun memang dikenal sebagai keluarga yang-cukup-berada. Di Super Juniorpun dia menempati posisi ketiga sebagai member yang berasal dari keluarga terkaya.

“Dan aku merasa Taewoo ini sama seperti pria yang pernah dibawa oleh Ahra noona“, lanjut Kyuhyun dengan sedikit nada resah. “Aku hanya merasa khawatir dengan keadaannya.”

Sungmin menggumam paham. Ternyata selama ini Kyuhyun memiliki alasan lain diluar rasa cemburunya terhadap kedekatan Nara dengan Taewoo, dan Sungmin merasa alasannya ini memang cukup rasional. Bagaimana tidak? Apa yang bisa disimpulkan dari kedekatan dua pewaris perusahaan otomotif terbesar di sebuah negara maju seperti Jepang, selain hanya karena latar belakang bisnis ‘kan?

“Yah, kalau begitu..”, Sungmin menggaruk pipinya, sibuk memikirkan sebuah ide untuk maknaenya itu. “Telefon saja Nara sekarang. Tanyakan kabarnya, tanyakan mengenai Taewoo, dan..”

“Shireo!”, seru Kyuhyun dan kembali memutarkan bangku ke hadapan laptopnya. “Aku memang mengkhawatirkannya, tapi untuk menghubunginya duluan..aku juga tidak mau! Harga diriku mau ditaruh dimmana nanti?!”

Sungmin langsung menganga tak percaya dengan jawaban yang keluar dari mulut Kyuhyun itu. “Aish! Kau ini memang..harga diri diatas segalanya!”

Kyuhyun tak menggubris ucapan Sungmin dan memilih untuk melanjutkan level starcraftnya yang kemarin sempat tertunda karena jadwalnya yang padat. Sungmin yang merasa sedikit keki dengan perilaku maknaenya itu langsung mengambil handphone LG Lollipop Blue milik Kyuhyun yang ada di atas kasurnya itu dan membuka-buka kontak telefonnya.

“Ini dia!”, bisik Sungmin sedikit riang saat menemukan sebuah kontak yang diisi dengan garis spasi panjang, tanpa nama. Tak menunggu lama, Sungmin langsung mengeluarkan handphonenya dan segera menekan tombol angka sesuai dengan nomor yang tertera di handphone Kyuhyun.

Kyuhyun menengok sekilas saat mendengar ada bunyi keypad handphone dan matanya langsung membelalak saat melihat Sungmin tengah memegang handphonenya dan mengetikkan sesuatu di handphonenya sendiri. “Lee Sungmin, jangan coba-coba untuk menelfonnya! Ya! Kuperingatkan kau, Lee Sung..”

“Nara-ya!”, suara riang yang keluar dari mulut Sungmin itu langsung membuat Kyuhyun seakan merinding karena terkena sengatan listrik. Memang sudah terlalu lama dia tak mendengar nama itu meluncur keluar dari bibir para membernya.

“Sungmin Oppa!!!”, suara bernada sedikit cempreng itu langsung terdengar menggema di seluruh penjuru kamar karena Sungmin memang menyalakan speakerphonenya, tak lain supaya Kyuhyun bisa ikut mendengarkan suara gadis itu juga. Tapi biarpun suara gadis itu terdengar riang, Kyuhyun tak menyangkal bahwa suaranya juga terdengar seperti serak tercekat. “Oppa! Bogoshippoyo!”

“Nado, Nara-ya“, ucap Sungmin sambil melirik ke arah Kyuhyun yang kini bereskpresi seakan-akan mau muntah karena tingkah so-sweet mereka berdua. “Kau baik-baik saja?”

“Tidak begitu baik. Sekarang aku sedang ada di Rumah Sakit, dirawat karena kelelahan”, jawab Nara singkat. Sungmin seperti pura-pura terkejut dengan kabar itu, padahal dia sudah mengetahuinya sejak tadi karena Kyuhyun terus menerus berlaku seperti orang gila di depan laptopnya itu.

“Putri pewaris perusahaan besar memang sibuk, ya? Tapi sebagaimana sibuknya, kau tetap harus menjaga kesehatanmu, Nara-ya“, ucap Sungmin dan dibalas dengan tatapan tajam dari Kyuhyun yang seakan berkata ‘jangan-berkata-manis-padanya-atau-nanti-dia-akan-suka-padamu-hyung!’

“Ne, Oppa. Arasseo“, jawab Nara paham. Dia terdengar menggumam sejenak sebelum melanjutkan ucapannya, “Oppa..sekarang ada dimana?”

“Di kamar. Wae?”

“Ah, gwenchanha. Hanya ingin tahu saja”, jawab Nara ringan. Dia kembali menggumam sebelum lanjut berkata, “Oppa sekarang..sendirian di kamar?”

Sungmin dapat melihat kini senyum Kyuhyun terkembang tipis di wajahnya. Dia pasti merasa senang karena gadis ini masih peduli dengan keberadaannya tanpa perlu Sungmin mengungkit nama Kyuhyun terlebih dahulu.

“Apa pertanyaanmu ini masih termasuk ‘hanya-ingin-tahu-saja’?”, tanya Sungmin, mencoba memancing setiap ucapan Nara.

“Animida, hanya saja..”

“Aku sendirian, Nara-ya. Kyuhyun sedang ada di lantai 12 untuk makan-makan. Leeteuk hyung sedang mentraktir pizza untuk kami semua”, jawab Sungmin cepat. Nara terdengar mendesah kecewa dan membuat senyum Kyuhyun makin terkembang lebar. Sungmin benar-benar ingin menjitak kepala dua mahluk ini, bagaimana bisa Tuhan menciptakan dua mahluk dengan penuh rasa gengsi ini untuk saling mencintai?

Cinta memang gila, Sungmin akui sekarang.

Beberapa menit berlalu dengan perbincangan akrab antara Sungmin dengan Nara dan terkadang Sungmin melontarkan candaan ringan sehingga membuat Nara tertawa kecil. Kyuhyun masih diam di bangkunya, mendengarkan setiap kata yang terdengar dari handphone Sungmin. Suara gadis itu, lebih tepatnya.

“WGM”, tiba-tiba saja Nara mengungkit hal itu dan seakan membuat Kyuhyun langsung ditimpa oleh beton seberat 1 ton di punggungnya. “Oppadeul, ayo berjuang keras ya! Pasti bisa, semua staffnya ramah dan siap membantu Oppa, deh.”

“Oh..ya?”, tanya Sungmin dengan nada ragu saat Nara mengungkit tema mengenai acara terkutuk itu. Dia melirik ke arah Kyuhyun yang kini seakan mematung kaku karena alasan yang sama dengannya.

“Ne! Oppa berpasangan dengan Sistar’s Hyorin kan? Donghae Oppa dengan Eunsoo Onnie, ya?”, lanjut Nara dengan nada ringan, seakan tak mempedulikan kenyataan bahwa Kyuhyun juga kembali ambil bagian dalam acara itu.

“Nara-ya, kau tahu ‘kan bahwa Kyuhyun juga..”

“Semangat, ya?”, Nara kembali memotong ucapan Sungmin. Kali ini dengan nada yang berbeda dari sebelumnya, seakan-akan Nara tahu bahwa Kyuhyun ada di kamar itu dan tengah mendengarkan suaranya. Nara seakan berbicara dengannya. “Dengan siapapun kalian dipasangkan, kuharapkan kalian bisa melakukannya dengan sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab dan juga..”

Nara menghela nafas sebelum melanjutkan ucapannya, “..melakukannya semata-mata demi profesionalisme.”

Kyuhyun merasa bahwa beban 1 ton yang jatuh ke pundaknya itu tiba-tiba terbang melayang bagaikan kapas yang tertiup oleh angin. Profesionalisme yang Nara maksud tadi pastilah profesionalisme dalam dunia broadcast yang menuntut seseorang untuk melakukan segala sesuatunya karena tuntutan pekerjaan, tanpa mengikutsertakan perasaan hati ke dalamnya.

Jika Nara berbicara seperti itu, apa dia berharap bahwa Kyuhyun tak akan jatuh cinta kepada partner barunya nanti?

“Apalagi Oppa! Oppa ‘kan sudah punya Chihoon! Donghae Oppa sudah punya Haejin Onnie! Eunhyuk Oppa sudah punya Kimmy! Jadi jangan sampai jatuh cinta lagi dengan partner kalian nanti”, ceramah Nara.

“Kyuhyun?”, tiba-tiba Sungmin berceletuk ringan dan membuat Nara langsung diam seribu bahasa. Begitupun dengan Kyuhyun yang langsung diam membeku di tempatnya. “Yang ikut acara ini ‘kan 4 orang, Nara-ya. Aku, Donghae, Eunhyuk dan Kyuhyun. Kenapa kau cuma membicarakan tentang Donghae, Eunhyuk dan aku? Kasihan Kyuhyun ‘kan?”

“Aaaah! Ada tamu datang!! Sudah dulu ya, Oppa! Nanti aku telefon lagi! Annyeong, Oppa! Annyeong!!”, suara Nara langsung terdengar panik dan dia segera menutup sambungan telefonnya dengan terburu-buru.

“Aish! Anak ini..”, rutuk Sungmin gemas. Dia menaruh handphonenya diatas meja dan beralih menatap Kyuhyun yang masih diam di depan mejanya. “Lihat ‘kan? Kalian masih saling peduli satu sama lain. Yang harus kau lakukan hanyalah membuat keputusan, Kyuhyun-ah.”

Seakan tidak menggubris ucapan Sungmin, tiba-tiba Kyuhyun bangkit dari bangkunya dan beranjak keluar kamar dengan langkah seperti zombie. Sungmin mendecak kesal karena merasa tidak dipedulikan namun detik berikutnya dia mengingat satu hal dan langsung mengecek handphonenya kembali. “Sialan! Itu ‘kan panggilan internasional Korea-Jepang! Pulsaku..”

Ucapan Sungmin terpotong saat hidungnya mencium aroma manis dari coklat yang sedang dilelehkan. Detik berikutnya, dia tersenyum kecil. Kyuhyun pasti sedang membuat coklat panas, satu-satunya hal dapur yang bisa dia lakukan dengan sempurna. Hot chocolate, seperti simbol dari sosok seorang Kwan Nara.

Cho Kyuhyun, maknae yang tidak bisa membuat ramyeon dengan benar itu bisa membuat hot chocolate yang termasuk minuman ekslusif. Hal yang sulit dipercaya, memang. Tapi yah..

Cinta memang gila, kan?

***

7 Januari 2012

“Tapi Hyung, Osaka dan Tokyo itu cukup jauh”, ucap Shindong kepada Leeteuk yang kini asyik bermain dengan IPadnya. Donghae yang baru saja keluar dari kamar mandi langsung tertarik dengan hal yang sedang dibicarakan oleh kedua hyungnya tersebut, apalagi setelah telinganya mendengar kata ‘Tokyo‘.

“Ada apa ini?”, tanya Donghae penasaran. Handuk mandi yang telah ia kenakan tadi dia kalungkan begitu saja di lehernya, “Tokyo? Osaka?”

Shindong sedikit mengernyit saat melihat kedatangan Donghae yang tiba-tiba dan langsung menyambar masuk ke dalam forum pembicaraan, namun dia tetap menjelaskannya juga. “Leeteuk hyung ingin datang ke Tokyo dan mengunjungi Nara. Kau tahu ‘kan bahwa kemarin dulu Nara meng-tweet Leeteuk hyung mengundangnya datang ke Jepang karena lagu ciptaannya itu bagu..”

“AKU JUGA IKUT!!”, seru Donghae cepat dan membuat Shindong mengernyit heran, begitupun dengan Leeteuk yang mengalihkan pandangan dari layar IPadnya.

“Kenapa kau mau ikut? Kau ‘kan tak punya hubungan apa-apa dengannya, Hae-ya. Lagipula aku juga dititipi pesan dari Ririn untuk mengunjunginya begitu sampai di Jepang”, jawab Leeteuk ringan namun Donghae masih berkeras untuk ikut.

“Dia memuji lagu All My Heart yang diciptakan oleh hyung, tapi kenapa dia tidak mengetahui lagu Y ciptaanku?! Itu pasti karena dia belum punya CD kita! Jadi aku mau ikut dan memberikan CD Mr.Simple padanya dan menyuruhnya mendengarkan Y! Biar dia membandingkan lagu kita berdua nanti!”, jawab Donghae serius dan membuat kedua hyungnya itu mendengus sebal karena alasannya yang sangat tidak masuk akal itu. “Pokoknya aku mau ikut!”

“Ya ya ya”, jawab Leeteuk tanpa menggubris ucapan Donghae dengan terlalu serius. “Terserah kau saja lah.”

“Tapi..”, tiba-tiba saja Shindong menggumam pelan dan membuat perhatian Leeteuk dan Donghae langsung beralih padanya, “..apa hyung tidak akan mengajak Kyuhyun?”

Leeteuk mengangkat bahunya, tidak peduli. “Terserah dia. Aku tidak pernah mau memaksanya untuk bertemu dengan Nara. Aku tak mau membuat masalah diantara keduanya”, jawabnya santai. “Lagipula Nara itu sudah kuanggap sebagai adikku sendiri dan aku ingin mengunjunginya seperti kunjungan seorang kakak – adik, bukan sebagai cupid yang ingin menjodohkan dua insan yang sudah tidak saling mencinta..”

“Hyung..ke Tokyo?”, tiba-tiba suara bernada berat itu terdengar dari arah pintu masuk dan membuat Donghae juga Shindong segera menoleh, mereka melihat Kyuhyun ada di sana sambil membawa tumpukan kertas partitur yang dapat mereka pastikan sebagai milik Leeteuk.

Leeteuk hanya mengangguk ringan tanpa mendongakkan kepalanya untuk menatap maknaenya itu. “Ya. Aku ingin mengunjungi Nara, dia mengundangku secara pribadi”, jawabnya santai.

Kyuhyun masuk ke dalam ruang tamu dari dorm lantai 12 itu dan meletakkan kertas partitur milik Leeteuk itu di atas meja yang berada tak jauh dari tempatnya berada. “Tak berniat untuk mengajakku?”, tanyanya.

Shindong dan Donghae mengalihkan pandangannya ke arah Leeteuk lagi. Gerakan kepala mereka berdua kini persis seperti orang yang sedang menonton pertandingan tenis, menoleh ke kanan-kiri.

“Untuk apa?”, tanya Leeteuk ringan, tangannya masih asyik bermain di layar IPadnya. “Bukankah kau bilang bahwa kau tak mau lagi berhubungan dengannya dan kau juga yang melarang semua member mengucapkan namanya? Lagipula kau sudah tahu partner WGM’mu nanti ‘kan? Jung Yeonjoo, dan dia bukan Nar..”

“Kalau Hyung tak ingin mengajakku, berarti aku yang akan memaksa untuk ikut”, ucap Kyuhyun dengan nada serius dan membuat Shindong juga Donghae langsung saling bertatapan dengan pandangan cerah. Bahkan mereka berdua saling menepukkan tangannya dengan riang.

“Kalau kau ikut..”, Leeteuk meletakkan IPadnya di atas sofa dan beranjak berdiri kemudian berjalan menuju meja yang diatasnya terletak kertas partitur yang tadi disimpan oleh Kyuhyun. “Dan jika kemudian kau bertemu dengan Nara..”, lanjut Leeteuk sambil mengambil tumpukan kertas partitur itu dan menaruhnya di tangannya.

“Apa yang akan kau lakukan selanjutnya?”, tanya Leeteuk sambil menatap Kyuhyun tajam, tepat di matanya. “Apa kau nanti akan diam menatapnya dari jauh? Sama seperti yang kau lakukan seperti sebelumnya?”

Kyuhyun sedikit gentar saat mata Leeteuk langsung mengarah tepat ke matanya. Tatapan mata leadernya itu memang terkadang bisa terlihat sangat ramah, tapi kali ini tatapannya benar-benar menyeramkan. “Aku..tak tahu”, jawab Kyuhyun lirih. “Aku belum tahu harus melakukan apa.”

Leeteuk mendengus kecil dan berbalik memunggungi Kyuhyun kemudian berjalan menuju kamarnya sendiri. “Kalau kau tak tahu harus berbuat apa saat bertemu dengannya, lebih baik tak usah ikut. Aku tak ingin membawa patung tak berguna”, ucap Leeteuk dengan nada dingin sehingga membuat Donghae dan Shindong meneguk ludahnya dengan kikuk.

Sementara itu, Kyuhyun hanya diam membisu di tempatnya semula. Di dalam hatinya, dia membenarkan semua ucapan Leeteuk. Apa gunanya jika dia ikut ke Tokyo jika dia hanya diam membisu layaknya patung dan memilih untuk menatap gadis itu dari jauh? Pengorbanan yang sia-sia.

“Kyuhyun-ah“, ucap Shindong pelan. Kyuhyun menoleh menatapnya dan melihat Shindong juga Donghae tengah menatapnya dengan sedikit khawatir, “kau..tak apa-apa? Jangan terlalu memikirkan ucapan Leeteuk Hyung tadi. Kau tahu kan jika sedang lelah, dia bisa bersikap seperti tad..”

“EETEUK HYUNG!”, tanpa mempedulikan ucapan Shindong, Kyuhyun malah berteriak kencang. Tatapannya hanya tertuju pada pintu kamar Leeteuk, seakan mengajukan tantangan pada sang pemilik kamar. “AKU SERIUS AKAN IKUT DENGANMU KE TOKYO!”

“MENGENAI APA YANG AKAN KULAKUKAN NANTI, HYUNG BISA MELIHATNYA LANGSUNG SAAT KITA SUDAH BERADA DI SANA”, serunya lagi. Shindong dan Donghae saling bertatapan dengan khawatir saat melihat maknaenya itu berlaku sedikit diluar batas kepada leader mereka. “HYUNG BISA PEGANG UCAPANKU INI!”

Seusai mengucapkan kalimat itu, Kyuhyun segera keluar dari dorm lantai 12 dan sosoknya menghilang di balik pintu utama. Donghae yang melihat hal itu langsung menyikut lengan Shindong yang ada di sebelahnya. “Hyung“, panggilnya dan membuat Shindong menoleh.

Donghae sudah menatapnya dengan tatapan bingung sekaligus memelas, “kira-kira..apa aku masih harus ikut ke Tokyo hanya untuk mempromosikan lagu ciptaanku? Dua orang itu sangat menyeramkan!”

Sementara itu di balik pintu kamar yang berada di sudut ruangan, Leeteuk tengah tersenyum kecil tepat setelah mendengar seruan yang Kyuhyun tujukan untuknya.

Sejujurnya Leeteuk lah yang menyuruh Kyuhyun untuk naik ke lantai 12 dengan membawa kertas partitur miliknya yang sengaja ditinggalkan di lantai 11 kemarin.  Leeteuk sudah memastikan bahwa Kyuhyun akan masuk tepat pada saat topik ‘Tokyo‘ tersebut tengah dibahas.

Kemudian Leeteuk juga sengaja membuat Kyuhyun merasa diremehkan olehnya. Hal itu tidak lain hanya untuk membuatnya sadar bahwa semua tindakannya yang memperhatikan Nara dari jauh hanyalah pengorbanan yang sia-sia dan sama sekali tidak berguna.

Dan sekarang? Sepertinya semua rencananya itu berjalan dengan sangat sempurna.

***

@narakwan 드디어! 드디어 왔다! ^^ @soohyun_choi 빨리와! 빨리! ㅋㅋㅋ ^^

“Kau berkata seperti itu pada Eeteuk hyung?! Serius, Kyuhyun-ah?!”, seru Eunhyuk kepada Kyuhyun yang masih memainkan jari di layar IPhonenya. Seperti yang sudah diperkirakan, Donghae menceritakan kejadian tragedi maknae – leader tadi ke seluruh member Super Junior. Donghae memang bermulut lebar, sama sekali tak bisa menjaga rahasia.

“Kyuhyun-ah, setidaknya pikirkan juga posisimu di grup. Kita ini member yang bergantung pada Eeteuk hyung. Lain kali kau harus memikirkan ucapanmu dulu”, tambah Yesung yang kini duduk di sofa tepat di samping Kyuhyun.

“Ya! Kau tahu jika Eeteuk hyung marah, dia bisa berbuat apa saja pada kita”, seru Ryeowook dari arah dapur. Biarpun tangannya masih sibuk mengaduk nasi goreng di wajan penggorengan tapi telinganya terus tertuju ke arah ruang tamu, tempat semua membernya berada.

Kyuhyun seakan tidak mempedulikan semua seruan hyungnya itu. Dia malah makin memfokuskan tatapannya ke layar IPhonenya yang terdapat beberapa tweet dari akun @narakwan. Kyuhyun mengernyitkan alisnya saat melihat username yang tak asing di matanya.

“Choi Soohyun?”, bisik Kyuhyun pelan. Otaknya seakan mengingat bahwa Nara sering menyebut nama Soohyun sewaktu dulu, bukankah gadis ini adalah sahabatnya? Lalu maksud tweetnya ini? Apa mungkin jika mereka berdua akan bertemu di Jepang?

Jika benar, maka Kyuhyun tak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini!

“Aku pergi dulu”, ucap Kyuhyun singkat dan dengan nada datar. Dia langsung bangkit dari sofa dan melangkah menuju pintu utama dari dormnya. Detik berikutnya, sosok Kyuhyun sudah menghilang di balik pintu yang berdebam pelan.

Eunhyuk, Yesung dan Ryeowook hanya bisa saling bertatapan bingung dengan kelakuan maknae grup mereka itu. Mereka memang tahu bahwa maknae mereka itu memiliki suatu keanehan yang misterius. Tapi mereka tak pernah menyangka bahwa keanehan itu memang 100% disebabkan oleh seorang gadis yang tak kalah aneh darinya.

“Jika mereka memang berjodoh, aku kasihan dengan anak mereka nantinya”, gumam Ryeowook sambil menuangkan nasi goreng dari wajan ke atas piring besar kemudian menaruhnya di meja makan. Eunhyuk yang sedari tadi berada di meja makan hanya bisa mengangguk mengiyakan. “Anak itu pasti menyesal dilahirkan dari orangtua yang bermental iblis.”

“Bagaimana bisa dia menyesal?”, balas Yesung yang kini ikut berkumpul di meja makan bersama dengan kedua membernya itu. “Kalian juga harus ingat, jika raja dan ratu Iblis bersatu pasti keturunannya pasti adalah..”

Ryeowook dan Eunhyuk mengangguk paham dan memutuskan untuk tak peduli dengan masalah pasangan itu.

Jika Ratu dan Raja iblis bersatu, maka keturunannya tak lain adalah Pangeran dan Putri Iblis kan?

***

Kyuhyun menghentikan mobilnya tepat di depan sebuah rumah megah yang bernuansakan Eropa. Ia sempat menganga sejenak dan menggelengkan kepala kagum saat memperhatikan interior rumah dihadapannya ini, semuanya seakan dibuat dengan sempurna.

“Apa semua pewaris perusahaan itu harus tinggal di dalam kemewahan seperti ini?”, bisik Kyuhyun tak habis pikir. Namun ia kembali ingat dengan tujuannya semula dan segera turun keluar dari dalam mobilnya.

Kyuhyun mengecek papan nama yang terpasang di samping pagar rumah itu, “Choi’s..”, bisiknya dan langsung mengangguk yakin. Memastikan bahwa ia tak salah alamat. Namun baru saja Kyuhyun akan menekan bel rumah itu, tiba-tiba suara bernada lembut itu menyapa Kyuhyun dari balik punggungnya. “Maaf, anda mencari siap..”

Ucapan itu langsung terpotong saat Kyuhyun menoleh kebelakang dan melihat sesosok gadis dengan pakaian jogging tengah menganga lebar sambil membelalakkan matanya tidak percaya, seakan Kyuhyun adalah sosok hantu menyeramkan yang dilihat olehnya. “Cho..Kyuhyun?!”

Kyuhyun juga ikut memperhatikan gadis itu dari ujung kepala hingga ujung kaki kemudian berujar pelan, “Soohyun-ssi?”

“Ne! Soohyun imnida“, gadis itu mengangguk dengan gugup namun tetap tak bisa menyembunyikan gurat kebahagiaannya karena bisa bertemu dengan member Super Junior di hadapannya ini. “Ada perlu apa mencariku?”

Kyuhyun berjalan mendekati Soohyun dan begitu jarak diantara keduanya hanya berjarak beberapa meter saja, ia segera mengulurkan tangannya ke arah gadis itu. “Aku hanya ingin meminta bantuanmu. Bersedia untuk membantuku?”

Soohyun menatap uluran tangan itu dan segera menatap Kyuhyun dengan pandangan mengintrogasi. “Nara?”, tanyanya singkat.

Kyuhyun mengangguk kecil saat nama itu muncul dari bibir gadis dihadapannya. Soohyun tersenyum kecil, “aku bersedia untuk membantumu asalkan kau jika kau berhasil menjalankan rencanamu, kau harus berjanji untuk tidak akan pernah membuat sahabatku itu menangis lagi. Bagaimana? Setuju dengan persyaratanku?”

“Tuhan memegang janjiku dan jika aku mengingkarinya, kau boleh langsung membunuhku tepat saat sahabatmu itu menitikkan air matanya”, ucap Kyuhyun dengan nada yang sama seperti sebelumnya.

Soohyun terkekeh kecil dan segera menyambut jabatan tangan Kyuhyun. “Bagaimana aku bisa membunuh pria setampan dirimu, Cho Kyuhyun-ssi?”, ucap Soohyun berniat mengejek dan Kyuhyun hanya membalasnya dengan kekehan ringan.

“Jadi, apa yang bisa kubantu?”

***

9 Januari 2012

Narita Airport, Japan

Nara menengokkan kepalanya ke sekitar terminal kedatangan internasional dari Bandara Narita ini. Matanya beberapa kali menengok dengan resah ke jam tangan merk Gucci yang ia kenakan di tangan kirinya.

“Nona mungil”, Joomin mencoba menenangkan majikannya yang tampak semakin resah. “Pesawatnya baru saja tiba. Bersabarlah sebentar lagi. Atau nona mau saya belikan minuman? Cokelat panas?”

Nara menggelengkan kepalanya cepat, matanya masih menatap ke dalam terminal kedatangan. “Gwenchanha ahjusshi. Aku hanya terlalu excited dengan kedatangan sahabatku in..SOOHYUN-AH!”, Nara seakan kehilangan kendali dirinya saat melihat sosok seorang gadis yang sedang berjalan keluar dari pintu otomatis bandara Narita.

Soohyun menarik kopernya yang berwarna pink cerah. Pakaiannya kasual, hanya sebuah kemeja flanel yang dipadukan dengan jeans pendek. Tak lupa sebuah kacamata hitam setia menggantung di hidungnya yang terbentuk sempurna.

“NARA-YA!”, Soohyun juga ikut berteriak histeris saat melihat Nara yang berlari menghampirinya dengan semangat. “WAAAA!!”, kini keduanya langsung berteriak nyaring sambil berpelukan erat. Beberapa calon penumpang lainnya bahkan menatap keduanya dengan tatapan heran, seakan keduanya adalah orang gila yang tak sengaja terdampar di Narita.

Joomin yang sedari tadi sibuk mengejar Nara yang sudah terlebih dahulu berlari menghampiri Soohyun, langsung berkata dengan nada panik. “Nona mungil! Sikap anda! Jaga sikap anda! Ini tempat umum! Bisa gawat jika ada yang melihat anda bertindak seperti ini!”

Setelah mendengar ucapan Joomin, Nara langsung terkesiap pelan dan melepaskan pelukannya dengan tergesa. “Ya Tuhan..”, desisnya lirih dan menepuk-nepuk blazer biru yang ia kenakan, seakan menepuk debu yang menempel disitu. “Soohyun-ah, ayo kita cari tempat yang lebih aman. Semua tempat umum sudah bagaikan neraka bagiku. Kajja“, bisik Nara dan segera menggenggam tangan sahabatnya itu kemudian menariknya untuk segera meninggalkan bandara Narita.

Soohyun terlihat kebingungan untuk beberapa saat, namun semua kebingungannya itu langsung terjawab saat banyak orang di bandara ini yang tengah menatap ke arah mereka berdua dan berbisik-bisik penasaran. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang menunjuk ke arah mereka. Ah..bukan, hanya ke arah Nara saja, lebih tepatnya.

Soohyun beralih menatap Nara yang kini berjalan di sampingnya dan memasang wajah berkesan angkuh dan dingin.

Tidak, ini bukan Nara yang dikenalnya dulu. Beberapa menit yang lalu, dia baru saja berpelukan dengan Kwan Nara, sahabatnya semenjak kelas 1 SMA. Tapi gadis yang menggenggam tangannya sekarang ini bukanlah Kwan Nara yang seperti itu, ini gadis yang berbeda.

Soohyun melirik pakaian yang dikenakan oleh Nara. Sebuah blazer berwarna biru dengan kemeja berwarna putih di dalamnya dan celana bahan berwarna hitam yang jatuh secara sempurna di kakinya yang jenjang. Rambutnya digulung keatas sehingga membuat kesan dewasa dan elegan di wajahnya. Mata Soohyun beralih ke bawah dan sedikit membelalak saat melihat high heels berwarna hitam itu melilit sempurna di kakinya, dan ia sama sekali tidak terlihat kikuk untuk berjalan dengan heels setinggi itu.

Bukan. Gadis ini bukan Nara.

Nara yang ia kenal dulu bahkan tak akan pernah memakai jas almamater sekolahnya karena menganggap jas atau blazer adalah hal yang kuno. Nara yang ia kenal dulu tak akan pernah bisa memakai high heels dan lebih memilih memakai kets converse kemanapun dia pergi.

Sebagaimana kerasnya kehidupan dunia bisnis hingga bisa mengubah Kwan Nara menjadi seorang gadis yang tidak dikenal olehnya sama sekali?

***

“Jangan pernah melangkah keluar ke balkon. Aku peringatkan hal itu, Soohyun-ah”, ucapan Nara itu segera membuat Soohyun menghentikan langkahnya yang baru saja berniat untuk menghirup udara segar dari balkon kamar tidur Nara. Keduanya kini baru saja sampai di kediaman keluarga Kwan.

“Eh? Wae?”

Nara melepaskan kancing blazernya yang sedari tadi membuatnya sesak karena menghimpit laju kerja pernafasannya. “Paparazzi“, jawabnya singkat dan melemparkan blazer itu sembarangan ke lantai kemudian menghempaskan tubuhnya ke kasur empuk miliknya. “Mereka ada di mana saja tetapi kau tak tahu mereka ada di mana. Jadi berhati-hatilah sejauh yang kau bisa.”

Soohyun membelalak tak percaya. “Jinjja? Eish! Menyeramkan sekali!”

“Itulah faktanya”, balas Nara dari arah kasur. Matanya masih menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih bersih. “Bahkan saking banyaknya paparazzi yang mengikuti setiap langkahku, aku sepertinya sudah lupa dengan warna langit atau laut. Karena hidupku selalu kuhabiskan di dalam kantor, di mobil atau di dalam rumah.”

Soohyun mendengarkan setiap ucapan sahabatnya itu dari pinggir kasur. Wajah Nara kali itu memang terlihat sangat penat dan bosan. Soohyun tak tahu bahwa di balik kehidupan ekslusif dan deluxe dari nama Kwan’s Motor Corp ternyata Nara menyimpan tanggung jawab sebesar itu.

Biarpun Soohyun juga adalah pewaris dari perusahaan pertambangan, namun Soohyun tidak pernah mendapati paparazzi yang mengikuti setiap langkahnya. Entahlah, Soohyun jadi belum tahu bagaimana rasanya dan ia bersyukur atas hal itu.

“Tapi..”, kini Soohyun beranjak naik ke atas kasur dan berbaring di samping Nara, “..besok ‘kan kita akan berlibur! Jadi buang semua rasa penatmu itu saat kita berjalan-jalan melintasi gunung dan lewati lembah!”

Ucapan Soohyun itu langsung membuat Nara terkekeh pelan, “entah kenapa ucapanmu itu membuatku teringat dengan soundtrack Ninja Hattori. Mendaki gunung..”

“Lewati lembah..”, Soohyun ikut melanjutkan nyanyian Nara dan tersenyum lebar ke arah sahabatnya itu. Untuk membuat mood Nara menjadi lebih baik, Soohyun segera bangun dari tidurnya dan berlompat-lompat gembira diatas kasur empuk milik Nara itu. “Sungai mengalir indah ke samudra!”

Nara tertawa saat tubuhnya ikut terjungkal-jungkal karena efek dari lompatan Soohyun ini. Tak memiliki pilihan lain, akhirnya Nara bangkit dan ikut melompat-lompat gembira bersama dengan sahabatnya itu.

“Bersama teman, BERTUALANG!”

Bahkan dibalik sebuah hal konyol dan sangat sepele pun tersimpan sebuah kebahagiaan yang teramat besar. Tergantung bagaimana kau menanggapinya dan dengan siapa kau melakukan hal konyol itu.

Iya ‘kan?

***

10 Januari 2012

Tokyo, Japan

“Jadi..”, Donghae memasukkan tangan ke dalam saku celananya dan menatap kedua membernya ini dengan hati-hati. Mood keduanya memang terlihat kurang baik sejak insiden tragedi ‘teriakan-maknae-kepada-leadernya’ itu, dan kini Donghae benar-benar merasa terjebak di tengah dua orang ini. “..apa yang akan kita lakukan?”

Kyuhyun tak menjawab pertanyaan Donghae dan hanya menatap lurus ke arah jalanan kota Tokyo yang ramai oleh mobil yang sibuk melintas. Sementara Leeteuk masih sibuk memainkan jari di IPhonenya, “aku sedang mengecek alamat Kwan’s company. Rasanya kemarin aku sudah menyimpan alamatnya dari internet”, ucap Leeteuk pelan.

Donghae mengangguk-angguk kecil. Kyuhyun yang tak sengaja melihat ke arah tas Donghae yang berukuran cukup besar itu langsung bertanya singkat, “untuk apa membawa tas sebesar itu?”

Donghae melirik ke arah tasnya dan melirik ke arah tas Kyuhyun juga Leeteuk. Keduanya memang memakai tas slempang, bukannya tas ransel seperti dirinya. Donghae menjawab dengan ragu sambil menggaruk kepalanya. “Isi tasku ini..”

“Jangan bilang kalau kau membawa album Mr.Simple, Hae-ya?”, tebak Leeteuk dan dia langsung mendengus saat melihat cengiran polos dari bibir dongsaengnya itu. “Tak kusangka kau benar-benar ingin menandingi lagu ciptaanku itu.”

“Album?”, tanya Kyuhyun heran. “Untuk apa membawa album kesini?”

“Dia bilang ingin menunjukkan kepada Nara bahwa Y itu lebih bagus daripada All My Heart. Dengan kata lain, dia ingin Nara memuji lagu ciptaannya juga”, jelas Leeteuk dan dibalas dengan kekehan sinis dari bibir Kyuhyun.

Donghae sedikit merasa lega karena melihat Kyuhyun dan Leeteuk mulai bisa mengobrol, biarpun ini yang pertama kalinya semenjak mereka tiba di Jepang ini. Setidaknya mereka sudah saling mengobrol dan Donghae cukup senang dengan hal itu.

“Ini dia”, ucap Leeteuk tiba-tiba dan membuat Kyuhyun juga Donghae langsung mendekatinya penasaran. “Ini alamatnya”, ucapnya sambil memperlihatkan layar IPhonenya itu kepada dua dongsaengnya. Di layar handphone itu kini terpampang sebuah alamat dengan titel Kwan’s Motor Corp di atasnya.

“Kelihatannya tak jauh dari sini”, ucap Donghae setelah mengetahui alamat perusahaan itu. “Kita bisa jalan kaki dan menanyakan kepada penduduk setempat.”

“Boleh juga”, balas Leeteuk dan memasukkan IPhonenya itu ke dalam sakunya lagi. Leeteuk melirik ke arah Kyuhyun yang menatap lurus ke arah jalanan, “Bagaimana, Kyuhyun-ah?”

“Hm?”, gumam Kyuhyun sambil menoleh ke arah Leeteuk yang tengah menatapnya. “Apanya yang bagaimana?”

“Sudah menyiapkan hal yang akan kau lakukan saat kau bertemu dengannya?”, tanya Leeteuk lagi. Kyuhyun menghela nafas sejenak dan mengangguk kecil, “Hyung tak usah khawatir. Aku sudah menyusun segalanya dengan sempurna”, jawaban itu membuat Leeteuk mengangguk puas.

Donghae hampir saja menangis terharu saat melihat keduanya bisa mengobrol dengan normal seperti biasa. “Akhirnya kalian saling berbicara satu sama lain”, ucap Donghae dengan nada hampir menangis. “Kukira aku akan terus-terusan kebingungan seperti orang gila saat bersama dengan kalian, karena kalian tidak pernah saling mengobrol.”

Leeteuk dan Kyuhyun terkekeh kecil. Leeteuk menepuk bahu maknaenya itu dan berkata kecil, “aku tak tahu apa rencanamu. Tapi apapun itu, semoga berhasil.”

Kyuhyun mengangguk, “gomawo.”

Tak ada pilihan lain, Kyuhyun harus berhasil. Dia tak mau lagi bertingkah seperti orang gila yang terus-terusan menatap laptopnya hanya demi menanti tweet dari seseorang, maka dari itu kali ini dia mesti melakukannya dengan sempurna dan berhasil.

Tak ada pilihan lain.

***

“Aku bisa mati”, Nara berbisik lirih saat melihat penampilannya saat ini. Sementara itu Soohyun yang baru saja selesai memilih beberapa t-shirt berwarna putih dengan corak anime One Piece itu langsung menatap Nara penasaran, “Wae? Apa baju itu terlalu kecil hingga bisa membuatmu mati sesak?”

“Bukannya sesak, tapi..”, Nara menatap cermin besar di hadapannya yang memantulkan sosok dirinya. Saat ini Nara tengah memakai kaus longgar berwarna putih dengan anime Hello Kitty yang tergambar di tengah-tengahnya juga dengan celana jeans pendek berwarna biru pudar. High heels yang biasa ia kenakan pun sudah berganti dengan sepatu kets converse berwarna putih. “..jika paparazzi memotretku dengan penampilan seperti ini, aku bisa mati.”

Kali ini mereka berdua tengah berada di sebuah distro terkemuka di daerah Harajuku. Seperti yang sudah direncanakan sebelumnya, Soohyun dan Nara akan menghabiskan waktu selama tiga hari untuk berlibur sekaligus untuk menyambut kedatangan Soohyun di Jepang.

Biarpun Nara sudah mendapat izin dari kedua orangtuanya untuk menjalani liburan ini sesuka hatinya, namun tetap saja ia masih belum merasa tenang. Bagaimanapun juga dia masih harus menjaga penampilannya sebaik mungkin karena dia tahu bahwa paparazzi selalu mengikuti setiap langkahnya.

Setidaknya itulah yang dia ketahui setelah membaca sebuah artikel di majalah Nylon yang memuat fotonya selama seminggu penuh secara diam-diam dan tanpa persetujuannya terlebih dahulu. Paparazzi di Jepang memang tidak kalah menyeramkannya dengan Paparazzi yang berdomisili di Hollywood.

“Yaaaa~!”, Soohyun langsung menutupi kepala Nara dengan sebuah topi baseball berwarna coklat dan berseru gemas, “sejak kapan ada orang berlibur dengan memakai blazer, celana bahan berwarna hitam dan high heels setinggi 7 cm, hah?”

Nara membenarkan posisi topi di kepalanya itu dan menggembungkan pipinya dengan sebal. “Bukannya itu, sih. Tapi..”

“Tidak ada tapi-tapian! Mulai dari hari ini sampai 3 hari kedepan, kau bukanlah Kwan Nara yang seorang pewaris utama Kwan’s Motor Corp tapi kau adalah Kwan Nara, sahabatku yang harus mengajakku berjalan-jalan di Jepang dan mentraktir apapun yang kuinginkan! Ara?”, ucap Soohyun sambil terkekeh jahil.

Nara mendesah kecil kemudian tersenyum kecil, mencoba menikmati liburan ini sejauh apapun yang ia bisa. “Ara~ Ara! Kau sudah selesai memilih bajunya? Kalau sudah, ayo kita bayar.”

“Kita?”, tanya Soohyun dengan nada menyelidik.

Nara memutarkan bola matanya dengan jengah saat mendengar ucapan sahabatnya itu. “Okay! Fine! Kalau sudah, ayo ke kasir. Nanti KU bayar semuanya”, ucap Nara dengan penekanan pada kata ‘KU’ dan membuat Soohyun melonjak kegirangan.

Dan kini mereka berdua tengah berdiri di depan kasir, membayar semua pakaian yang mereka beli. “Kau kira kita akan mendaki gunung himalaya, hah? Untuk apa membeli muffler dan scarf?”, tanya Nara heran saat melihat dua item itu ada di tumpukan barang yang dibeli oleh Soohyun.

Soohyun tertawa lebar, “kau tahu kan bahwa bumi kita ini sering mengalami perubahan cuaca ekstrim? Nah, inilah yang namanya jaga-jaga. Sedia payung sebelum hujan!”

“Aish!”, Nara menggerutu pelan dan langsung mengeluarkan kartu ATMnya saat petugas kasir itu menyebutkan jumlah nominal dari barang-barang yang mereka beli. “Arigatou“, ucap Nara saat menerima kantung belanjaan mereka itu.

“Ini! Barang milikmu! Bawa sendir..”, Nara melongok ke sampingnya dan menyadari bahwa Soohyun sudah tak ada lagi di sisinya. “Eh? Kemana dia?”, Nara melongokkan kepalanya ke sekeliling penjuru toko namun tak kunjung menemukan sosok sahabatnya itu.

Tak lama kemudian, Nara melihat bayangan Soohyun berada di luar toko dan pandangan matanya tengah berkonsentrasi pada layar handphone blackberrynya. Namun begitu Nara mendekatinya, Soohyun tampak sedikit terkejut dan salah tingkah untuk menyembunyikan handphonenya ke dalam saku celana pendeknya. “Eh? Sudah dibayar?”, tanya Soohyun dengan nada gugup.

“Sudah. Bawa sendiri!”, ujar Nara sambil menyerahkan dua kantung belanjaan kearah Soohyun yang menerimanya dengan kikuk. “Kenapa gugup begitu?”

“Ani! Gwenchanha!”, jawab Soohyun tergesa dan segera merangkul lengan Nara dengan erat. “Aku lapar~ Ayo makan! Takoyaki? Udon? Atau ke cafe? Aku ingin waffle! Eh, tapi starbucks juga kelihatannya enak!”

“Ya! Kau mau merampok uangku perlahan-lahan, hah?”, tanya Nara tidak habis pikir dengan semua keinginan sahabatnya ini. Namun Soohyun hanya tertawa kecil dan akhirnya bergumam pelan, “kau..tidak membawa handphone dan gadget lainnya ‘kan?”

Nara menggeleng ringan, “bukannya kau yang menyuruhku untuk tidak membawa semua gadget supaya lebih bisa menikmati suasana liburan ini tanpa terganggu oleh panggilan kerja?”, tanya Nara memastikan.

Soohyun langsung menghela nafas dengan lega, “Haaah! Syukurlah kalau begitu~”

“Memangnya kenapa?”, tanya Nara penasaran. Soohyun tersenyum lebar dan menggeleng cepat, “ani. Amugotdo aniya~ ayo makan, aku lapar!”, seru Soohyun dan menarik tangan Nara menuju sebuah cafe terdekat dari tempat mereka berada sekarang. Nara tak punya pilihan lain selain mengikuti langkah riang sahabatnya itu.

Soohyun tak bisa memberitahu bahwa sedari tadi dia memantau update dari setiap fanbase Super Junior dan mengetahui bahwa tiga member itu kini sudah berada di Tokyo. Dan tentang permintaannya pada Nara untuk tidak membawa seluruh gadgetnya, itu semua semata supaya Nara tak bisa mengetahui semua kabar mengenai kedatangan Kyuhyun, Leeteuk dan Donghae ke Jepang.

Kedatangan mereka bertiga tak boleh sampai diketahui oleh Nara, itu semua untuk melancarkan semua rencana yang sudah ia buat dengan Kyuhyun tiga hari yang lalu.

Dan rencana mereka itu harus berhasil!

***

“Waah!”, Donghae tidak henti-hentinya menganga terpana saat melihat berbagai macam mobil sport tipe terbaru yang dipajang di showroom Kwan’s Motor Company. Tidak hanya puluhan mobil, tapi ada ratusan mobil yang dipajang rapi di ruang showroom berukuran luas ini. “Mobil sport itu yang kuidamkan dari dulu”, pekik Donghae saat melihat sebuah mobil sport berwarna hitam mengkilat yang terletak di tengah ruangan dan diberi lampu sorot elegan yang semakin membuatnya terlihat ekslusif.

Berbeda dengan Donghae yang sibuk memperhatikan seluruh interior dan isi showroom Kwan’s Motor Company itu, Leeteuk kini sibuk berbicara dengan resepsionis showroom dan meminta izin untuk bertemu dengan Nara.

“Apa anda sudah membuat janji untuk bertemu dengan nona Nara?”, tanya seorang staff resepsionis dengan bahasa Korea yang fasih. Leeteuk bersyukur dengan adanya staff ini, karena dia memang tidak begitu yakin dengan kemampuan bahasa Inggrisnya. “Jika anda belum membuat janji, kami mohon maaf. Anda tidak akan bisa bertemu dengan nona Nara.”

“Tapi aku kenal dekat dengannya. Suruh saja dia keluar sekarang dan dia pasti akan menyuruhku masuk tanpa harus membuat janji terlebih dahulu”, jelas Leeteuk, sedikit merasa jengkel. “Lagipula dia mengundangku secara pribadi.”

“Maaf tuan Park, ini adalah prosedur pelaksanaan dari perusahaan kami. Dan setiap orang harus mematuhinya, tak peduli siapapun orang itu”, jelas staff itu dengan nada sama seperti sebelumnya, berkesan datar dan dingin. “Kami mohon maaf.”

“Ck!”, Leeteuk mendecak kesal dan beranjak meninggalkan meja resepsionis dan berjalan menghampiri Kyuhyun yang tengah berdiri di salah satu penjuru ruangan showroom. Lebih tepatnya, ia kini berdiri di galeri foto yang tak hanya berisi berbagai jenis desain tipe mobil, tetapi juga foto Nara ataupun Ayahnya yang tengah mengadakan kerja sama internasional dengan berbagai perusahaan otomotif  asing lainnya. “Kyuhyun-ah..”

“Hyung tak bisa bertemu dengannya karena belum membuat janji ‘kan?”, balas Kyuhyun tanpa mengalihkan pandangannya dari sebuah bingkai foto yang berisi gambar Nara yang tengah berjabat tangan dengan seorang pria dan tersenyum anggun ke arah kamera. “Kukira Hyung sudah memikirkannya sejak awal tentang hal itu.”

“Mana kutahu soal janji-janji seperti itu”, ucap Leeteuk dengan nada jengkel, sama seperti sebelumnya. Kini dia memilih untuk berdiri di samping Kyuhyun dan ikut memperhatikan barisan foto yang disusun rapi di dinding kokoh perusahaan ini.

“Dia..sudah berubah, ya?”, tanya Leeteuk saat melihat foto keluarga Kwan yang dipajang pada barisan paling atas. Mata mereka berdua hanya tertuju pada foto Nara yang kini berada di tengah apitan kedua orangtuanya dan tersenyum ramah, eyesmilenya terlihat jelas dan membuatnya semakin terlihat manis.

Kyuhyun menggeleng kecil, “bukannya berubah. Hanya kelihatan berbeda saja”, jawab Kyuhyun dengan suaranya yang berat. Ucapan singkat dari mulut Kyuhyun itu langsung membuat Leeteuk tersenyum, “ucapan itu sepertinya sudah menjadi kamus wajib dalam otakmu, ya?”, tanya Leeteuk berniat mengejek dan dibalas dengan kekehan ringan dari Kyuhyun.

“Sedang apa kalian disini?”, tanya Donghae yang sepertinya sudah selesai mengagumi setiap tipe mobil Kwan’s dan kini memutuskan untuk bergabung dengan kedua membernya itu. “Kenapa kita belum dipertemukan dengan Nara? Ayolah, aku harus memberikan album ini padanya.”

“Kita belum membuat janji. Jadi kita tidak bisa bertemu dengannya”, ucapan Leeteuk itu langsung membuat Donghae membelalak tak percaya. “Hee?! Lalu untuk apa kita kesini?!”

Selama Leeteuk sibuk menjelaskan kondisi yang sebenarnya pada Donghae, Kyuhyun menengokkan kepalanya ke sekeliling ruang showroom dan melihat banyak pengunjung yang kini menatap penasaran ke arah mereka bertiga. Bahkan tak jarang ada pula yang memotret mereka bertiga secara diam-diam.

Ah, ya..pasti mereka semua heran mengapa seorang ‘mantan-suami-palsu’ dari pewaris perusahaan itu kini berani-beraninya muncul di perusahaan ‘mantan-istrinya’ itu? Yah, penjelasan yang absurd, memang.

Namun semua perhatian itu tiba-tiba beralih ke arah pintu masuk dari ruang showroom dan dalam sekejap suasana sudah menjadi sunyi senyap. Leeteuk, Donghae dan Kyuhyun langsung menolehkan kepala ke belakang dan menangkap sosok pria dengan yang sedang berjalan masuk ke dalam ruangan showroom.

Pria bertubuh tegap itu mengenakan jas berwarna hitam yang seakan dijahit khusus untuknya, karena jas itu seperti melekat sempurna di tubuhnya yang gagah. Ditambah lagi dengan rambutnya yang berwarna pirang gelap dan garis wajahnya yang tegas, semakin membuat pria itu terlihat tampan juga berwibawa.

“Taewoo”, bisik Kyuhyun saat sosok pria itu melewati pintu otomatis ruang showroom dan membuat Kyuhyun dapat melihat sosoknya dengan lebih jelas. “Dia Choi Taewoo.”

“Hah?!”, Leeteuk dan Donghae seakan terkesiap tak percaya saat mengetahui bahwa pria itu adalah Choi Taewoo yang sedang menjadi bahan perbincangan hangat di Korea karena kedekatannya dengan Nara.

“Dia Choi Taewoo?! Kenapa dia malah terlihat lebih tampan daripada di TV?”, gumam Donghae saat melihat sosoknya dari kejauhan. Memang bagaikan sosok pengusaha kaya dan tampan yang sering muncul dalam serial drama yang pernah ditontonnya. Leeteuk mulai merasakan nuansa panas yang tiba-tiba tercipta saat mata Kyuhyun mengenali Taewoo. Dia harus menjauhi Kyuhyun dari pria itu sebelum masalah baru tercipta lagi.

“Ayo kita pulang. Kita masih harus latihan untuk performance besok”, ucap Leeteuk sambil meraih tangan Kyuhyun dan Donghae. Namun baru saja Leeteuk berniat untuk maju selangkah, tiba-tiba mata Taewoo bertemu dengan tatapan tajam yang diberikan oleh Kyuhyun.

Taewoo mengernyitkan alisnya dan tersenyum misterius saat mengetahui identitas dari tiga sosok yang ada di hadapannya itu. Tanpa menunggu lama, Taewoo melangkah dengan santai ke arah Leeteuk, Donghae dan Kyuhyun yang kini sedang diam membeku di tempatnya semula.

“Hyung, ayo kita pulang”, desis Donghae pada Leeteuk yang masih menggenggam tangan kedua dongsaengnya itu. “Jangan sampai ada masalah diantara keduanya”, tambahnya sambil melirik ke arah Kyuhyun yang menatap ke arah Taewoo dengan tajam, tanpa ada sedikitpun rasa gentar dari setiap pandangannya.

Leeteuk membenarkan setiap ucapan Donghae dan kembali berusaha menarik tangan Kyuhyun untuk keluar dari showroom itu sebelum Taewoo sampai di tempat mereka. Namun percuma, Kyuhyun tetap diam di tempatnya semula, sama sekali tidak bergeming. “Kyuhyun-ah! Ayolah! Jangan bersikap kekanakkan seperti ini!”, seru Leeteuk dengan suara tertahan.

Selama Leeteuk dan Donghae berusaha membujuk Kyuhyun untuk segera keluar dari showroom, langkah Taewoo semakin mendekat dan akhirnya kini dia sudah berdiri di hadapan mereka bertiga. Leeteuk dan Donghae bisa merasakan aura persaingan diantara keduanya sudah benar-benar memanas dan menyeramkan.

Tidak hanya Leeteuk dan Donghae, namun semua pengunjung yang ada di showroom itu juga sibuk berspekulasi mengenai hal yang sedang terjadi antara Kyuhyun – Taewoo. Dua pria yang memiliki hubungan dengan Kwan Nara kini bertatap muka di tempat yang sama, ini bisa menjadi headline news!

“Super Junior?”, tanya Taewoo singkat, seperti memastikan bahwa matanya tidak salah mengenali sosok ketiga member Super Junior tersebut. Leeteuk segera mengangguk dan tersenyum ramah, begitupun dengan Donghae yang membungkuk kecil sebagai bentuk perkenalan secara formal. Sementara itu, Kyuhyun hanya berdiri di tempatnya sambil memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana jeansnya, pandangan matanya masih tak lepas dari sosok Taewoo.

Taewoo mengangguk paham dan mengulurkan tangannya ke arah Donghae yang memang berdiri di barisan paling ujung, “Sebuah kehormatan bagi perusahaan kami untuk menyambut kedatangan superstar seperti anda bertiga”, ucap Taewoo sambil tersenyum tipis.

Donghae membalas jabatan tangannya dan Taewoo beralih mengulurkan tangannya ke arah Leeteuk yang juga membalasnya dengan penuh respect. Aura seorang pewaris perusahaan besar memang seakan tak berhenti terpancar dari sosok Taewoo, siapapun akan mengakui hal itu saat mereka bertemu dengannya. Semua hal yang Taewoo lakukan memang seakan seperti tingkah laku seorang pangeran yang berasal dari kerajaan Inggris : berwibawa, rapi, dan bisa membuat siapapun yang berhadapan dengannya akan merasa segan.

Hingga tiba akhirnya jabatan tangan Taewoo berhenti di hadapan Kyuhyun. Selama beberapa detik, uluran tangan Taewoo sama sekali tak ditanggapi oleh Kyuhyun. Alih-alih menjabat tangannya, Kyuhyun malah berucap singkat pada Taewoo. “Sebuah kehormatan bagi perusahaan KAMI?”, tanyanya sambil terkekeh sinis. “Sejak kapan perusahaan atas nama Kwan’s juga bisa diakui sebagai milik bersama oleh seorang pewaris dari perusahaan Choi’s?”

Pertanyaan singkat namun menusuk dari bibir Kyuhyun itu langsung membuat Leeteuk menepuk dahinya dengan frustasi atas kelakuan maknaenya ini. Leeteuk tahu bahwa kadangkala Kyuhyun memang tak bisa bersopan santun seperti biasanya, tapi ini sudah di luar batas!

Setelah Taewoo mendengar ucapan Kyuhyun itu, dia hanya tersenyum dingin dan segera menurunkan uluran tangannya yang sedari tadi tidak dihiraukan oleh Kyuhyun.

“Sekedar informasi bagi anda, Kyuhyun-ssi..”, ujar Taewoo sambil menatap Kyuhyun tepat pada matanya dan tersenyum sinis, sama seperti yang dilakukan oleh Kyuhyun barusan. “Perusahaan Choi memiliki 25% saham atas kepemilikan Kwan’s Motor Corp. Begitupun dengan Perusahaan Kwan yang memiliki 25% saham atas Choi’s Motor Corp. Dengan jumlah saham itu, saya bisa mengaku sebagai bagian dari perusahaan ini. Bukan begitu, Kyuhyun-ssi?”

Donghae yang mulai merasa segalanya menjadi sangat berbahaya akhirnya memilih jalan nekat dengan menarik tangan Kyuhyun secara paksa supaya mereka bisa segera pergi dari showroom terkutuk ini. “Ah! Permisi Taewoo-ssi. Bukan bermaksud tidak sopan, hanya saja kami masih memiliki urusan lai..”

“Jika kau ingin pergi, pergi sendiri. Urusanku hanya ada disini, dengannya”, Kyuhyun menyentakkan tangan Donghae dengan kasar dan makin menajamkan pandangan matanya ke arah Taewoo yang tertawa kecil saat melihat kelakuannya tadi.

“Saya hargai keberanian anda, Kyuhyun-ssi“, ucap Taewoo sambil bertepuk tangan kecil. “Namun jika anda masih bersikeras untuk berbincang dengan saya, bisa kita pindah ke ruang yang lebih tertutup dan privacy? Bagaimanapun juga anda harus memikirkan posisi anda sebagai selebritis, bukan?”

Kyuhyun melirik ke sekelilingnya tepat saat Taewoo menyelesaikan kalimatnya. Memang benar, ada banyak pasang mata yang kini menatap penasaran ke arah mereka berdua. Sementara itu, Leeteuk dan Donghae kini tengah tersenyum kikuk ke arah semua orang dan berusaha memberi gesture yang meyakinkan bahwa Kyuhyun – Taewoo tidak tengah terlibat dalam satu pembicaraan yang serius.

“Baiklah”, jawab Kyuhyun sambil membetulkan posisi tas slempang di pundak kanannya. Taewoo mengangguk kecil dan berjalan mendahului Kyuhyun, langkahnya tertuju ke tangga menuju lantai dua. Kyuhyun tak punya pilihan lain selain mengikutinya dengan menahan segala emosi di dadanya.

“Ya!”, Leeteuk langsung mencekal tangan Kyuhyun sehingga langkahnya tertahan secara mendadak. “Mau apa kau?! Kita kesini hanya untuk bertemu dengan Nara! Bukannya terlibat masalah dengan pewaris lainnya itu!”

Kyuhyun mendesah kecil dan menatap Leeteuk dengan dingin. “Hyung, bukankah kemarin Hyung bilang bahwa aku tidak boleh diam seperti patung tak berguna? Sekarang disaat aku memulai action, kenapa Hyung menahanku?”

“Maksud Eeteuk hyung bukan tindakan gila yang seperti ini! Babo-ya!”, geram Donghae. “Ayo kita keluar! Jangan perpanjang masalah ini! Kita masih punya banyak acara beso..”

“Kyuhyun-ssi“, tiba-tiba suara bernada berat itu terdengar dari arah lantai dua. Kyuhyun mendongakkan kepalanya dan melihat Taewoo kini tengah bersender ke selusur tangga dan menatapnya dengan datar. “Masih berniat untuk berbincang bersama?”

Kyuhyun mendecak kecil setelah mendengar ucapan Taewoo yang lebih terdengar seperti tantangan baginya. “Aku harus kesana. Hyung tunggulah di luar, aku pastikan tak akan lama. Hanya membahas beberapa masalah saja”, ucap Kyuhyun sambil melepaskan genggaman tangan Leeteuk dari tangannya dan berjalan menaiki tangga menuju lantai dua.

Leeteuk dan Donghae tak bisa berkata apapun lagi. Mereka hanya bisa membiarkan maknaenya itu naik ke atas dan menyelesaikan masalahnya itu sendiri. Bagaimanapun ini memang pertarungan antar pria yang mempertaruhkan harga diri, maka dari itu Kyuhyun tak boleh mundur.

Tapi masalah lainnya adalah..

“Hyung“, Donghae menyikut lengan Leeteuk yang masih sibuk memikirkan segala sesuatu tentang maknaenya itu. “Bagaimana jika kita pergi sekarang? Kurasa lama-lama kita bisa jadi badut berjalan disini”, bisik Donghae sambil menatap seluruh pengunjung showroom yang kini tengah menatap mereka dengan penuh penesaran dan penuh tanda tanya.

Leeteuk mengalihkan pandangannya dan melihat pemandangan seperti yang Donghae ucapkan tadi. Perhatian seluruh pengunjung showroom kini hanya tertuju pada mereka berdua dan banyak diantara mereka yang menatap penasaran dalah satu ruangan yang ada di lantai dua, tempat Kyuhyun dan Taewoo berada sekarang.

Tanpa menunggu lama, Leeteuk membetulkan posisi tas jinjingnya dan melangkah keluar dari showroom tanpa melirik ke kanan dan kiri, pandangannya hanya tertuju ke depan. Sedangkan Donghae hanya bisa mengekori langkah leadernya tersebut.

Sesampainya di luar showroom, Donghae menyarankan untuk beristirahat di sebuah cafetaria yang berada tak jauh dari Kwan’s Company, sekaligus untuk menunggu Kyuhyun menyelesaikan urusannya. Leeteuk hanya mengiyakan saja, karena memang otaknya sedang tak bisa digunakan untuk berpikir secara waras.

Jadi disinilah mereka, di sebuah cafetaria dengan sebuah gelas berisi ice coffe dihadapan masing-masing. Donghae menyesap ice coffenya tanpa selera sedangkan Leeteuk hanya mengaduk-aduknya secara acak hingga minuman itu menimbulkan sedikit buih putih yang terlihat konstras dengan kopi yang berwarna coklat.

“Ya Tuhan”, Leeteuk tiba-tiba bergumam pelan dan memijat dahinya yang berdenyut nyeri dan membuatnya pusing. “Kenapa anak itu malah membuat masalah seperti ini? Alasan apa yang harus kita berikan jika ada media yang mengabarkan kejadian tadi? Aish!”

Donghae meletakkan kembali ice coffenya ke atas meja. Tangannya menggaruk pipinya dengan kikuk, sibuk mencari jawaban yang tepat atas keluhan leadernya itu. Akhirnya Donghae memberanikan diri untuk berucap dan tersenyum polos, “hyung, tenanglah. Menurutku kita ada di pihak yang benar dan Tuhan selalu bersama dengan setiap umatnya yang benar ‘kan? Pasti ada jalan keluar dari semua hal ini.”

Leeteuk hanya bisa terkekeh kecil saat mendengar ucapan Donghae yang benar-benar terdengar seperti ucapan murid TK. Namun akhirnya dia mengangguk pelan dan mulai menyesap ice coffenya itu dengan perlahan, seakan ingin menikmati setiap tetesnya yang mengalir ke tenggorokannya ini. “Yah, semoga.”

***

–T.B.C–

Yayaya~ ^^ makasih banyak buat readers yang udah komen di 3 preview kemarin

dan ada komen dari beberapa readers yang icha masukin ke ide cerita~

komen siapa aja?

Mari liat di chapt selanjutnya~

(semoga bisa publish tepat waktu! *lirik 3february*)

As usual, Comment are ✮✮✮! ^^