{KyuNara Scene} Truth — Lies : Fake — Real

 Recommended Song :  TRAX – Blind (창문)

Seoul, South Korea

 Seorang pria dengan seragam berwarna putih yang bertuliskan logo MBC di pinggir bajunya terlihat sedang membawa dua buah tas handycam berwarna hitam di tangannya. Kakinya melangkah menuju ruang editor yang terletak di ujung koridor lantai 4 gedung MBC tersebut.

Tok. Tok. Tok.

Tanpa menunggu sahutan dari dalam, pria itu langsung masuk ke dalam ruangan dan mengangguk seadanya kepada pria lainnya yang kini sedang menghadap ke sebuah komputer dan memainkan mouse di tangannya dengan serius. “Permisi, Hyunjae-ssi..”

Pria yang dipanggil Hyunjae itu segera menoleh dan tersenyum kecil kepada pria yang memanggilnya tadi. “Oh, annyeonghaseyo Woohyun-ssi”, ucapnya sebari melepaskan headphone yang tengah dipakainya sedari tadi.

“Sibuk?”, tanya Woohyun saat melihat Hyunjae tengah menghadap ke arah komputer yang kini menampilkan tayangan We Got Married untuk sekmen Nichkhun – Victoria. Hyunjae tersenyum simpul dan mengangguk kecil, “Lumayan. Tapi sudah tugasku untuk mengedit acara ini, ‘kan?”, tanyanya balik.

Woohyun terkekeh kecil dan kemudian menyadari keberadaan dua buah tas kamera di tangannya. “Ah, ini..”, dia menaruh kedua tas itu di meja terdekat, “..kamera yang pernah dikirim kepada Kyuhyun – Nara.”

“Aaah..”, sahut Hyunjae sebari mengangguk kecil, “..sudah dikirim kembali?”

“Begitulah”, jawab Woohyun. “Jadi maaf jika akan merepotkanmu lagi untuk mengedit bagian mereka, Hyunjae-ssi”, tambahnya.

Hyunjae mengibaskan tangannya dengan santai, “Jangan sungkan. Bagian Nichkhun – Victoria juga hampir selesai kuedit. Untuk bagian Yonghwa – Seohyun juga sudah kuselesaikan kemarin”, ucapnya ramah.

Woohyun mengangguk paham dan membungkuk kecil, “Baiklah. Kalau begitu, saya permisi. Annyeonghaseyo, Hyunjae-ssi”. Dan tak lama kemudian, sosok Woohyun sudah menghilang di balik pintu ruang edit tersebut.

Sepeninggal Woohyun, Hyunjae segera bergerak menuju meja tempat kedua tas handycam tersebut diletakkan. Dia membuka salah satu tas dengan label nama -Nara- yang tertera di depannya lalu segera memutarkan isi filmnya. “Baiklah, kita cek dulu apa yang mereka lakukan”, ucapnya ringan.

5 menit. 15 menit. 45 menit berlalu semenjak Hyunjae melihat isi dari video yang direkam oleh Nara. Sesekali Hyunjae terkekeh pelan saat melihat beberapa kejadian yang terekam di video itu. Ia baru tahu jika si-nona-muda-pewaris-Kwan’s-Motor-Corp itu tak bisa melakukan selca. Haha, bagian ini harus dia masukkan ke tayangannya nanti.

Hyunjae sudah memiliki bayangan tentang bagian mana yang harus dia edit dari video yang Nara rekam. Kini dia beralih ke tas handycam dengan nama -Kyuhyun- di depannya. Sama seperti sebelumnya, ia juga menonton video tersebut dengan serius dan membayangkan bagian mana saja yang harus ia edit nanti.

Tapi baru saja 5 menit video Kyuhyun diputar olehnya, Hyunjae merasa ada kejanggalan di dalamnya. Kenapa..semua hal yang terekam di video Kyuhyun ini seakan saling berkaitan dengan video yang direkam oleh Nara?

Aneh. Terlalu Aneh.

Dan kini Hyunjae merasa kebingungan dengan bagian yang harus dia edit. Semuanya..sama.

 ***

Tokyo, Japan

“Jangan mencubitku! Sakit, Nara-chan!”, Taewoo masih saja mengibaskan tangannya kesana kemari untuk menghalau gerakan lincah tangan Nara yang masih semangat mencubiti pinggangnya. “Yaaa! Sudah kubilang hentikan!”

“Tak akan pernah..”, ucap Nara dengan nada gemas, “..kecuali Oppa juga berhenti memanggilku gadis bodoh.”

“Hei, tapi itu kenyataan!”, seru Taewoo bersikeras, “Kau juga sudah diberitahu oleh Ibumu kalau berbohong itu dosa ‘kan? Makanya aku bilang bahwa kau adalah gadis bodoh karena itu adalah kenyata..AWWW!”, kini teriakan Taewoo makin menjadi-jadi saat Nara dengan beringas menjambak rambutnya tanpa ampun. “NARA-CHAN!”

“Hahaha”, Nara tertawa pelan dan menjulurkan lidahnya dengan ekspresi jahil saat melihat Taewoo yang kini tengah mengelus-elus rambutnya yang kelihatan berantakan. “Tapi kadang berbohong demi kebaikan itu perlu, tahu.”

“Cih!”, Taewoo mendengus kecil sambil menatap Nara yang berdiri di depannya. “Lebih baik aku dimusuhi karena berbicara jujur dibandingkan dengan dicintai karena kebohongan.”

Ucapan singkat yang keluar dari bibir Taewoo itu langsung membuat Nara terkesiap untuk sejenak. Ucapan Taewoo seakan menggambarkan segala perbuatan yang telah ia lakukan di masa lalu, yaitu kebohongan publik yang ia lakukan untuk menutupi hubungan sebenarnya antara dirinya dan Kyuhyun.

Apa dia dicintai karena menutupi hubungannya dengan maknae Super Junior itu? Bagaimana jika dia mengatakan yang sesungguhnya pada media? Apa dia akan..dibenci?

“Nara-chan”, Taewoo mengibaskan tangannya kesana kemari di depan wajah Nara yang tengah melamun. “Nara-chan, kau marah? Ah, maafkan aku”, ucap Taewoo lagi, kali ini dengan tatapan bersalah.

Nara mengerjapkan matanya untuk beberapa kali, mencoba mengusir bayangan Kyuhyun yang tiba-tiba masuk ke dalam pikirannya lagi. Dia menoleh kepada Taewoo dan hampir menyemburkan tawa saat melihat pria itu tengah memanyunkan bibirnya dan menangkupkan kedua tangannya di depan dada. Seakan berkata : “maafkan aku.”

“Cish”, Nara mendengus kecil dan langsung menjitak kepala Taewoo dengan gemas. “Arayo. Kali ini Oppa kumaafkan, tapi lain kali..”, Nara menahan kalimatnya lalu menatap Taewoo dengan tatapan evilnya, “..jangan harap kau akan melihat senyumanku lagi.”

“Eiyyy”, Taewoo tertawa kecil dan mencubit pipi Nara sekilas. “Jangan siksa aku dengan tak bisa melihat senyuman indah dari bibirmu, Nara-chan. Kau tahu sendiri ‘kan bahwa senyumanmu itu sangat inda..AWWW! Kenapa kau memukulku dengan sepatu?!”

Nara hanya menatap Taewoo dengan pandangan -super- polos namun dengan tangan kanan yang kini sedang memegang sebelah sepatu ketsnya. Dia berujar ringan, “Errr, tanganku kadang bereaksi lebih cepat dari pikiranku. Jika ada orang yang mengucapkan kata menjijikkan padaku, kadang aku selalu..”, dia melirik ke sepatu di tangannya, “..yah, melakukan hal yang seperti barusan. Mian”, ucapnya santai dan kembali memakai sepatunya itu.

“Eishh”, Taewoo mengeluh sambil mengelus kepalanya yang kesakitan sedangkan Nara hanya terkekeh pelan.

“Ra-ya?”, panggil sebuah suara bernada halus. Nara yang sedang berada di lantai 2 langsung menengok ke bawah dan melihat Ibunya tengah duduk berdua dengan Ibu Taewoo di sofa ruang tamu.

“Yes, Mommy?”

“Kalau kau sudah selesai membalaskan dendammu pada Taewoo, cepatlah kebawah. Junah Ahjumma ingin mengobrol denganmu”, ucap Hyeona sambil menunjuk wanita berusia separuh baya yang tersenyum kearahnya.

Nara balas tersenyum kecil dan mengangguk pelan. “Coming”, jawabnya singkat. Kini ia beranjak berjalan meninggalkannya menuju lantai 1, tempat Ibunya dan Ibu Taewoo berada.

Sementara itu, Taewoo hanya menatap punggung Nara yang tengah berjalan menuruni tangga dari belakang. Rasanya melihat sosok mungil itu kembali berada di Jepang, bagaikan sebuah mimpi. Tanpa ia sadari, ia rindu bercanda dengan gadis itu.

“Tak peduli bagaimanapun caranya, kau harus menyingkirkannya. Ingat itu, Taewoo-ya. Singkirkan dia dan rebut kejayaan Kwan’s Motor Corp.”

Tiba-tiba bisikan suara itu kembali merasuk ke dalam pikiran Taewoo dan membuat wajah pria itu menjadi pucat.

Taewoo berjalan pelan menuju ke pinggir tangga untuk melongok ke lantai 1. Disana ia melihat Ibunya tengah menggenggam tangan Nara dengan ramah dan mengelus kepalanya dengan lembut, sedangkan Nara tertawa kecil dan sesekali mengangguk sopan untuk merespon ucapan Ibunya.

Taewoo tersenyum kecil saat melihat pemandangan itu. Tidak, itu bukan senyuman manis seperti yang ia perlihatkan saat bersama Nara tadi. Itu..senyuman sinis yang seakan menertawakan kebodohan gadis itu dan juga keluarganya.

Deg.

“Eugh!”, tiba-tiba Taewoo merasa jantungnya berdebar begitu cepat, seakan menolak dengan semua isi pemikirannya sendiri. “Sialan. Jangan lagi..”

Deg. Deg.

Taewoo tak bisa menguasai degup jantungnya, rasanya jantungnya itu memiliki pemikirannya sendiri dan tak setuju dengan hal yang dipikirkan oleh Taewoo barusan.

Deg. Deg. Deg.

“Argh!”, Taewoo mencengkeram jas hitamnya tepat di bagian dada dan mundur perlahan ke belakang sehingga akhirnya langkahnya terhenti di dinding yang ada di lantai 2 ini. “Hentikan!”, geram Taewoo kepada jantungnya sendiri. “Aku pemilikmu. Kenapa kau melakukan semuanya sesuai kehendakmu?”, bisiknya tak habis pikir. Tapi percuma, jantungnya tetap tak mau mengikuti perkataannya itu.

“Taewoo Oppa?”, tiba-tiba suara itu terdengar dari arah tangga dan saat Taewoo mengangkat kepalanya, ia melihat sosok Nara yang kini tengah berjalan mendekat ke arahnya. “Oppa sakit?”, tanya Nara saat melihat wajah pucat Taewoo dan tangannya yang tengah mencengkeram dadanya sendiri.

Deg. Deg.

Aneh, degup jantungnya kembali menjadi normal secara perlahan saat ia melihat wajah gadis ini. Apa yang sebenarnya jantungnya inginkan?

“Ani”, jawab Taewoo pelan. “Aku hanya..”, ia kebingungan mencari jawaban atas pertanyaan Nara barusan. Tangannya masih mencengkeram dadanya yang mulai berdetak dengan normal. Rasanya menenangkan, hanya dengan seperti ini.

“Lapar?”, tanya Nara lagi.

Taewoo terkekeh kecil dengan jawaban lugu gadis ini. Namun ia mengangguk pelan dan mencubit pipi Nara lagi, “ada makanan apa di bawah?”, tanya Taewoo ringan.

Nara mengangkat bahunya, “kurasa para pelayan sudah mempersiapkan banyak hidangan untuk menyambut kedatangan pewaris tunggal Choi’s Motor Corp”, ucapnya sambil tersenyum jahil.  Taewoo mengangguk pelan dan beranjak bangkit dari duduknya, “Ayo kebawah”, ajaknya pada Nara yang juga balas mengangguk.

Taewoo berjalan lebih dahulu menuju lantai 1 sedangkan Nara mengikuti dari belakangnya. Nara tak menyangka bahwa Kim Taewoo yang dulu kelihatan pendek, kurus dan selalu pucat kini telah berubah menjadi pria dewasa dengan tubuh tinggi dan wajah yang tampan.

Walaupun tak bisa Nara ingkari, wajah Taewoo masih memiliki aura pucat yang terpancar jelas di wajahnya. Tapi mungkin hal itu terjadi karena ia sibuk membantu Ayahnya mengurusi perusahaan, sama seperti hal yang akan Nara lakukan kedepan.

“Ayo, cepaaaat”, Nara mendorong punggung Taewoo dari belakang secara perlahan, seakan menyuruhnya berjalan lebih cepat untuk menuruni tangga. “Aku lapar.”

Dan Taewoo tak lagi merasakan degup jantungnya yang menggila saat tangan Nara menyentuh punggungnya. Yang ada hanyalah perasaan rindu yang seakan bisa terbayarkan pada saat ini, saat tangannya menyentuh punggungnya dan saat gadis itu tersenyum untuknya.

Aneh, perasaan apa ini?

Untuk apa ia merasa tenang disamping gadis yang akan ia singkirkan keberadaannya di dunia ini? Tidak, semuanya akan berjalan sempurna. Sama seperti sebelumnya, saat ia berhasil menyingkirkan sosok Seunghwan dari muka bumi ini.

Ya, semuanya akan kembali menjadi kejahatan yang sempurna.

 ***

 Taipei, Taiwan

“Xie Xie”, Kyuhyun menyerahkan album Perfection yang sudah ia tanda tangani kepada seorang gadis yang langsung kegirangan setengah mati saat kulit tangannya menyentuh tangan Kyuhyun secara tidak sengaja. Kyuhyun hanya mengangguk seadanya dan tersenyum simpul kepada gadis itu. Sekedar keformalan yang harus ia tunjukkan kepada orang yang sudah mendukungnya mati-matian untuk menjadi artis terkenal seperti sekarang ‘kan?

“Sesi satu selesai”, ucap salah seorang staff yang kini berada di hadapan semua member Super Junior M yang juga terlihat sedikit kelelahan karena harus menanda tangani banyak album di acara fansign ini. Kyuhyun menutup pulpennya dan menyenderkan tubuhnya ke bangku empuk yang ia duduki, matanya menatap ke staff yang sedang menjelaskan prosedur acara selanjutnya.

“Tapi sesuai yang kalian ketahui bahwa akan ada sesi kedua untuk acara fansign ini. Jadi untuk sekarang, silakan beristirahat selama 30 menit”, ucap staff itu dan membuat semua member Super Junior M melenguh lega dan melakukan keinginannya masing-masing.

Zhoumi langsung melepaskan kacamatanya dan memijat keningnya, kelihatannya dia sangat lelah.  Henry langsung bersenda gurau dengan Sungmin yang juga terlihat senang saat diajak berbincang mengenai kesenian bela diri dari China. Donghae dan Siwon langsung memanfaatkan waktu mereka berdua untuk menghafalkan naskah script “Skip Beat”.  Sedangkan Ryeowook mohon izin ke WC untuk..yah, kalian semua pasti tahu untuk apa.

“Hei.” Eunhyuk yang kebetulan duduk di samping Kyuhyun, langsung merangkul bahu maknaenya itu dengan akrab. “Kenapa kau lesu sekali, hah?”, tanyanya lagi, “seperti vampire yang belum diberi stock darah selama sebulan.”

“Oh ya?”, balas Kyuhyun tanpa minat dan memainkan pulpen yang sedari tadi ia pegang. “Kurasa aku hanya bersikap seperti biasa”, jawabnya ringan sebari tersenyum kecil.

“Eiyy~”, Eunhyuk meninju bahu Kyuhyun pelan. “Kau kira aku tak tahu alasanmu seperti ini, hah? Ayolah, aku lebih senior dibandingkan kau jika dalam hal seperti ini, Kyuhyun-ah.  Aku lebih sering merasakan asam-garam dalam menjalin cinta”, jawab Eunhyuk sambil menepuk dadanya dengan penuh rasa bangga. Tak urung, Kyuhyun terkekeh kecil dengan ucapan Eunhyuk tadi.

“Ayo semangat, Kyuhyun-ah!  Di dunia ini masih banyak gadis cantik yang mengantri hanya untuk mendapatkan tanda tangan darimu. Apa perlu aku menulis di twitterku bahwa kau sedang mencari pacar?”, tanya Eunhyuk asal dan membuat Kyuhyun melirik sinis ke arahnya.

“Untuk apa kau menulis tentang diriku di twittermu? Aku juga punya twitterku sendiri”, jawab Kyuhyun ringan. “Dan untuk mencari pacar..”

“PINTU DIBUKA!”, teriak salah seorang staff dan beberapa detik setelahnya pintu utama dari aula tempat fansign itu diadakan sudah terbuka lebar. Hanya dalam sepersekian detik, banyak gadis belia sudah berebutan masuk ke dalam ruangan untuk melihat idola mereka dari dekat.  Kyuhyun dan Eunhyuk langsung mempersiapkan diri mereka masing-masing dan tersenyum ramah kepada semua orang yang ada di aula ini, begitupun dengan member lainnya.

Tiba-tiba terdengar suara keras yang berasal dari speaker yang dipasang di seluruh penjuru aula, memberikan petunjuk pengarahan tentang berlangsungnya fansign sesi kedua nanti.  “Dimohon untuk tidak membuat kegaduhan dan diharapkan untuk tenang. Acara fansign sesi kedua akan dimulai 10 menit lagi”, penjelasan itu langsung disambut dengan teriakan riuh dari para fans yang tak sabar untuk memulai acara ini.

“Dan juga..”, penjelasan kembali dilanjutkan, “..bagi yang sudah mendapatkan kartu undian yang berisi nama salah satu member yang akan memberikan tanda tangan, silakan berbaris di line yang sudah disediakan.  Silakan berdiri di line yang ada di depan tiap-tiap member, sesuai dengan nama yang tertulis di kartu undian.”

Kericuhan kembali terjadi, kali ini karena banyak dari mereka yang kebingungan harus berdiri dimana. Tapi ada juga yang masih mencari kesempatan dalam kesempitan untuk menukarkan kartu undian yang mereka miliki (tidak sesuai dengan bias mereka) untuk ditukarkan dengan orang yang kebetulan memiliki kartu undian dengan nama bias mereka di dalamnya. Yah, bisa dikatakan semacam exchange atau barter, atau malah mungkin..simbiosis mutualisme?

Tapi di tengah kericuhan itu Eunhyuk merangkul bahu Kyuhyun lagi, kali ini dengan lebih antusias. “Kyuhyun-ah! Lihat itu!”, ucap Eunhyuk sambil menunjuk ke salah seorang gadis dengan one-dress berwarna putih dengan rambut dijepit anggun yang kini berdiri di barisan line Kyuhyun.  “Dia cantik!”

Kyuhyun ikut mengikuti arah tunjuk jari Eunhyuk dan menggumam kecil saat melihat gadis yang dimaksud. “Ah, benarkah?”, tanya Kyuhyun ringan.  Eunhyuk langsung menjitak kepala Kyuhyun dengan gemas, “Ya! Selama tiga tahun, matamu benar-benar sudah dibutakan olehnya ya?”

Kyuhyun meringis kecil sebari mengelus kepalanya yang kini terasa nyeri. “Dia memang cantik. Tapi yah..hanya..cantik”, ucap Kyuhyun dengan nada ragu saat melihat gadis itu sekali lagi.  “Tak ada yang bisa kujelaskan lebih lanjut tentangnya.”

“Maka dari itu..” Eunhyuk langsung berseru senang, “Dekati saja dia!  Maka kau pasti akan tahu lebih lanjut tentangnya!”

“Hah?”, tanya Kyuhyun tak percaya. “Mendekatinya? Di acara fansign seperti ini? Kau gila, hah?”, lanjutnya dengan penuh pandangan merendahkan terhadap ide yang dilontarkan oleh Eunhyuk.

Eunhyuk menggoyangkan jari telunjuknya dengan penuh kharisma, “Aniya. Selalu ada trik untuk mendekati seseorang tanpa seorangpun yang akan mengetahuinya.”

Kyuhyun hampir saja muntah saat melihat wajah Eunhyuk yang seakan berekspresi bahwa dia adalah pria paling keren dan paling berpengalaman soal cinta dari semua pria yang ada di seluruh dunia. Untung saja Kyuhyun masih sadar bahwa dia sedang berada di fansign, bukannya di dorm.

“Pertama..”, Eunhyuk mengambil pulpen yang tengah digenggam oleh Kyuhyun dan berpura-pura bahwa dirinya adalah Kyuhyun sendiri. “..bayangkanlah jika aku adalah dirimu.”

“Shireo!”, Kyuhyun langsung menyela sebari menggelengkan kepalanya dengan kencang, “aku tak mau disamakan denganmu!”

“Eish! Aku tadi hanya bilang bayangkan, bodoh!”, ucap Eunhyuk dengan gemas dan kembali menjelaskan teorinya.  “Selanjutnya setelah kau menanda tangani albumnya, jabatlah tangannya seperti ini..”, Eunhyuk langsung menjabat tangan Kyuhyun dan menatapnya dengan mesra sehingga membuat Kyuhyun merasa mual dalam seketika.

“Lalu berbisiklah : ‘kau boleh hubungi aku’.  Wahahahaha! Itu keren, ‘kan?”, seru Eunhyuk semangat dan mengangguk-angguk bangga dengan teorinya itu.  Sementara itu Kyuhyun langsung menggeleng dengan memasang wajah jijik, “Apanya yang keren? Itu menjijikkan!  Lagipula bagaimana bisa dia menghubungiku jika aku hanya menjabat tangannya, hah? Kau kira dia bisa telepati atau membaca pikiran?”

“Aish!”, Eunhyuk langsung menjetikkan jarinya dengan gemas, “Tentu saja ada maksud lain dari jabatan tangan itu. Saat kau menjabat tangannya, itu sama saja seperti transaksi rahasia untuk memberikannya nomor handphonemu, Kyuhyun-ah!”, ucap Eunhyuk semangat.

Kyuhyun mengernyitkan alisnya, sama sekali tak mengetahui bahwa ada cara seperti itu. “Oh ya?”, tanyanya ragu.  Eunhyuk tertawa bangga, “Tentu saja iya!  Kau kira sudah berapa kali aku berhasil melakukan hal ini, hah?”

Kyuhyun mengangguk-angguk kecil dan melirik gadis itu lagi. Dia..memang cantik. Dengan tubuh yang tinggi langsing, kulit putih dengan pipi merah merona, one-dress putih dan rambut yang dijepit anggun juga dengan kalung perak yang mengguntai di lehernya, semuanya tentang gadis itu memang sempurna. Tapi..

“Eish! Kenapa ragu, hah?!”, desis Eunhyuk saat melihat keraguan yang terpancar dari mata Kyuhyun.  “Lihatlah dia! Tinggi, langsing, putih, anggun, manis, cantik, semuanya..sempurna! Eiyy~ dia sama sekali tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Nar…”

“Jangan sebut namanya”, Kyuhyun langsung menyela ucapan Eunhyuk dengan nada datar dan dingin.  Eunhyuk langsung sadar bahwa yang dikatakannya tadi adalah kesalahan besar, maka ia langsung mengangkat tangannya seakan-akan ia telah melakukan kesalahan.

“Mian”, ucap Eunhyuk ringan, namun tak urung terkekeh kecil saat melihat kelakuan Kyuhyun yang seperti anak kecil.

Tanpa mereka sadari, Siwon yang kebetulan duduk di samping Kyuhyun juga tengah menguping pembicaraan mereka berdua.  Dan tentu saja, Donghae tak mau ketinggalan dalam hal ini.  “Apalagi? Dia bilang apalagi?”, bisik Donghae pada Siwon yang bertugas mencuri dengan pembicaraan itu.

“Eunhyuk sepertinya menyuruh Kyuhyun untuk melakukan transaksi pada gadis berbaju putih itu”, jawab Siwon sambil melirik kearah gadis yang tak tahu bahwa ia tengah menjadi bahan pembicaraan para member Super Junior. Donghae mengernyit heran, “Transaksi? Trans..ahh, transaksi? Nomor handphone?”, gumam Donghae saat mengetahui arti kata itu.

Siwon mengangguk. “Kira-kira menurutmu, dia akan melakukannya tidak?”

“Mana kutahu”, jawab Donghae sambil mengangkat bahunya. “Jalan pemikiran Kyuhyun benar-benar tak pernah bisa ditebak, ‘kan?”, lanjutnya. “Tapi apa iya dia bisa melupakan Nara semudah itu?”

Siwon menggumam sejenak, berniat untuk menjawab sesuatu namun akhirnya malah menjambak rambutnya sendiri dengan gemas. “Aish! Aku pusing dengan mereka berdua! Saat jadian, mereka membuat kita pusing tujuh keliling. Sekarang, saat putus, mereka malah membuat kita pusing empat puluh Sembilan keliling. Pusingnya berlipat-lipat! Eish!”, gumamnya kesal sebari melakukan gerakan ‘gesture-hand’-nya kesana kemari sehingga membuat para fans berteriak semangat saat melihat Siwon melakukan hal itu.  “Aku sudah tak mau tahu!”

“Nado!”, Donghae juga ikut menggelengkan kepalanya dengan lemas, “kau juga tahu sendiri ‘kan kalau aku dengan Haejin juga sering memiliki masalah? Jika masalahku dengan Haejin saja masih ada, bagaimana bisa aku membantu mereka berdua? Eish!”

DDRRRTTT

Tiba-tiba saja Siwon dan Donghae langsung merogoh saku celananya secara bersamaan dan mengeluarkan handphonenya dalam waktu yang bersamaan pula. “Eh?”, gumam Siwon saat melihat kebetulan itu. “Kenapa kau mengeluarkan handphonemu?”

“Kau juga kenapa?”, tanya Donghae balik.

“Karena..ada BBM dari Ririn”, jawab Siwon sambil mengecek nama sender di handphone blackberrynya. “Kau?”

“Aku..”, Donghae menahan ucapannya dan melihat chat yang baru masuk ke blackberry messengernya. Hanya ada 1 chat di applikasi itu dan itu hanya dari.. “Haejin.”

“Haejin dan Ririn mengirimkan email secara bersamaan?”, tanya Siwon dengan perlahan, seakan mencerna ucapannya sendiri. “Bukankah itu berarti bahan pembicaraan ini akan berkutat tentang..”

Siwon tak melanjutkan ucapannya, namun Donghae sudah mengetahui jawabannya dari tatapan mata Siwon yang menunjuk kearah Kyuhyun yang kini tengah dibujuk oleh Eunhyuk untuk memberikan nomor handphonenya kepada gadis itu. “Keurae”, jawab Donghae dengan malas, “pasti topiknya sama. Tentang dua iblis itu.”

Dan dalam waktu yang bersamaan, Donghae dan Siwon kembali memasukkan handphonenya ke dalam saku celananya masing-masing. Sama dengan yang seperti mereka katakana barusan, mereka sudah..tak ingin tahu tentang masalah mereka berdua. Biarlah kedua orang itu menyadari kesalahannya masing-masing dan berupaya mencari jalan keluarnya sendiri.

“Super Junior M!”, salah seorang staff terlihat berdiri di depan meja semua member Super Junior M.  Semua member langsung memfokuskan pandangannya kepada staff itu, “tolong kalian bersiap-siap. Acara sesi kedua akan segera dimulai.”

“Ayo!”, ucap Eunhyuk, masih dengan semangat membara. “Jika kau melewatkan kesempatan ini, maka kau menolak kesempatan untuk bisa melupakan dia, Kyuhyun-ah!”

“Eish!”, akhirnya Kyuhyun mengambil selembar kertas yang ada diatas meja dan merobek ujungnya sedikit. Detik berikutnya, dia sudah selesai menuliskan nomor handphonenya dengan sempurna lalu melipat kertas itu menjadi bentuk persegi kecil. “Selesai. Puas?”, tanya Kyuhyun pada Eunhyuk yang tersenyum puas.

“Aigoo, Kyuhyun memang anak penurut~”, ucap Eunhyuk dengan nada bangga sambil mengelus kepala Kyuhyun sehingga membuat fans berteriak lagi. Beberapa diantaranya bahkan ada yang berteriak ‘KyuHyuk is REAL!’ namun di sisi lain ada yang berteriak ‘EunHae! EunHae! EunHae!’

Tanda pembatas yang dibuat oleh staff kini telah dibuka sehingga antrian yang terdiri dari gadis-gadis belia itu kini mulai maju perlahan secara tertib.  “Ingat, Kyuhyun-ah! Jabat tangannya lalu serahkan kertas itu! Ara?”, ucap Eunhyuk mengingatkan sekali lagi. Kyuhyun hanya mengangguk seadanya dan berusaha mengontrol ekspresi wajahnya saat melihat gadis berbaju putih itu berjalan ke arahnya.  “Ingat apa yang kubilang, Kyuhyun-ah!”

“Eish! Sekali lagi kau berkata seperti itu, akan kusumpal mulutmu dengan kaus kaki. Jinjja, kau bawel sekali!”, keluh Kyuhyun dan membuat Eunhyuk langsung menutup rapat mulutnya lagi.

Kini semua member Super Junior M sedang berkonsentrasi untuk menandatangani semua album yang dibawakan oleh fans mereka. Begitupun dengan Kyuhyun. Gadis itu juga datang ke arahnya dan menyerahkan album Perfection itu padanya, “Sain (Sign) juseyo”, ucapnya dengan nada lembut dan menenangkan.

Kyuhyun tersenyum kikuk dan menerima album itu, kemudian segera menandatanganinya. Namun saat ia baru saja mendongakkan wajahnya untuk mengembalikan album itu padanya, alis Kyuhyun langsung mengernyit heran saat gadis tersebut malah mengangsurkan sebuah post card padanya.

Kyuhyun menerima post card itu. “Apa in..”, mata Kyuhyun langsung terbelalak lebar saat melihat bahwa di bagian depan postcard itu tertera tulisan ‘K & N’ yang di desain dengan gaya yang manis. Ia membalikkan postcard itu dan semakin membelalak saat mengetahui bahwa di bagian belakangnya malah terdapat banyak foto dari berbagai cuplikan acara We Got Married dirinya dan Nara.

Kyuhyun menatap gadis itu dengan heran, namun gadis itu tersenyum lebar sambil mengangguk senang.  “Aku KyuNaration, tapi aku juga fansmu. Sangat senang saat mengetahui bahwa ada gadis yang bisa menjagamu dengan baik, Oppa”, ucapnya sambil tersenyum manis. “Kuharap kalian bisa benar-benar menjalin hubungan baik, tidak hanya di lokasi syuting tapi juga di luar lokasi syuting. Dan..”

Kini gadis itu sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan dan berbisik pelan, “..kutunggu kabar yang mengatakan bahwa kalian berdua sudah benar-benar berpacaran. Haha~”, ucapnya riang. Kyuhyun hanya tertawa kaku dan balas mengangguk, “Kamsa..hamnida.”

Akhirnya Kyuhyun menyerahkan kembali album itu kepada sang gadis dengan perasaan yang..berantakan namun juga sedikit senang.  Rasanya lucu saat mengetahui ada orang yang mengaku bahwa dia adalah fansmu secara pribadi, namun dia juga mendukung keberadaan dirinya dan Nara di acara yang dikenal-kontroversial itu.  Seandainya seluruh fansnya dapat berlaku seperti itu, mungkin sudah sejak dulu dia mengumumkan hubungannya dengan Nara. Tanpa perlu merasa takut dengan keselamatan gadis itu di tangan para netizen.

Eunhyuk yang memperhatikan kejadian tadi hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya dengan heran.  Diluar dugaan, gadis itu ternyata adalah KyuNaration. Semua rencananya hancur sudah.  Dia memang tak berbakat menjadi Pak’ Comblang.

Selama fansign berlangsung, Kyuhyun menaruh postcard tadi di atas mejanya dan membiarkan semua fans yang datang untuk meminta tanda tangannya itu melihat keberadaan postcard itu. Kyuhyun benar-benar merasa senang saat ada fans yang menyadari postcard itu dan mengucapkan berbagai ucapan padanya.

“Kuharap kalian langgeng. Jangan ada cerai, ya.”

“KyuNara hwaiting~!”

“Kalian berdua terlihat manis saat sedang bersama.”

“Kyuhyun Oppa, ayo kalahkan KhunToria! Kalian, KyuNara, harus lebih banyak melakukan skinship.”

Kyuhyun merasa..senang.

Tapi sayangnya semua rasa senang ini ia rasakan disaat ia sudah tak memiliki raga gadis itu secara seutuhnya.  Itu yang sangat ia sayangkan.

 ***

 Seoul, South Korea

“Delivered..”, gumam Ririn sambil memandangi isi chat blackberry messenger yang ia kirimkan kepada Siwon.  Haejin juga melakukan hal yang sama, ia memperhatikan isi chat yang ia kirimkan pada Donghae.  “Tapi tidak dibaca sama sekali..”, gumam Haejin kesal.

“Pria memang sangat tidak peka dengan segala hal sensitif ya, onnie?”, ucap Haejin pada Ririn, seakan meminta dukungan atas pernyataannya tadi. Ririn hanya mengangguk seadanya.  “Apa mereka kira masalah Kyuhyun dengan Nara ini bukan masalah mereka juga?”, tanya Haejin emosi.

“Yah, sudahlah”, ucap Ririn pasrah dan beranjak berdiri dari sofanya menuju telefon wireless yang ia letakkan diatas meja makan. “Aku lapar, mau makan. Kau mau delivery order?”, tanya Ririn pada Haejin.

Haejin menoleh, “Delivery apa? Jangan yang berminyak, ya? Aku sedang dalam masa diet untuk persiapan comeback Felidis”, jelasnya dan membuat Ririn mendengus. “Badan sudah kurus seperti itu tapi masih mau diet? Cish, menyiksa diri itu namanya, Haejin-ah”, ejek Ririn dan segera dibalas dengan cibiran dari bibir Haejin.

“Aku mau..pizza. Kau salad saja, ya?”

“Pizza?!”, Haejin langsung terlihat antusias. “Aku mau juga! Mauuuu~”

Ririn memutarkan bola matanya dengan jengah saat mendengar perkataan plin-plan dari mulut sahabatnya itu. Akhirnya dia memutuskan untuk memesan pizza dengan ukuran large.  Tapi baru saja sambungan telefonnya tersambung dengan restoran pizza, teriakan dari mulut Haejin sudah membuat Ririn kaget.  “AAAAAAA!!”

“Wae?! Kau tak bisa bersikap sewajarnya saja, hah?  Jangan berlebihan. Ini hari pertamaku datang bulan, semuanya jadi serba menjengkelkan di mataku.”

“Ani! Ani! Onnie, kau harus lihat ini! AAAAAA!”, Haejin mengacungkan handphonenya dari arah sofa kepada Ririn yang sedang menghampirinya dengan penasaran. “Kyuhyun! Kyuhyun! Akhirnya dia melakukan sesuatu! AAAAAAA!”

Ririn langsung menjadi focus saat mendengar nama Kyuhyun dan melihat apa yang terdapat di handphone Haejin. Ternyata sahabatnya itu tengah membuka akun twitternya sendiri dan terdapat satu tweet dari sebuah fanbase Super Junior yang berisi :

 [NEWS] Kyuhyun menyimpan postcard dari ‘K & N’ (KyuNara’s Official Fanclub Website) diatas meja fansign’nya. Biasanya semua hadiah yang diterima oleh para member SJ-M langsung diserahkan kepada manager, tapi Kyuhyun menyimpan postcard ini diatas mejanya dari acaranya berlangsung hingga sekarang!

“WAAAAAAAA!!!”, kali ini malah giliran Ririn yang berteriak gembira sambil meloncat riang.  “WAAAAA!! Ini bahkan bukan tentang aku dengan Siwon, tapi kenapa malah aku yang senang?! Waaa, Haejin-ah! Aku senang setengah mati! Evil itu mengutarakannya secara tak langsung!”, seru Ririn tak beraturan.

Haejin hanya mengangguk-angguk senang.  Tapi saat ia membuka tweet lainnya, ia langsung membelalak dan kembali berteriak lagi. “ONNIIIIEEE! LIHAT INI!!”, Haejin menunjukkan sebuah twitpic yang di share oleh salah satu fanbase Donghae. “Mereka duduk berurutan! Kyuhyun – Siwon – Poppa! ChoChoiLee! WAAA!”

Selama beberapa menit, suasana di dalam apartement Ririn diisi oleh keributan mengenai kedua hal itu. Namun setelah mereka mulai bisa menemukan kesadarannya masing-masing, Ririn dan Haejin mulai dapat berpikir normal walaupun dengan senyuman lebar yang masing terpajang di bibir mereka berdua.  “Jadi..” Ririn memulai pembicaraan. “Kita harus memberi tahu hal ini pada Nara.”

“Ah, itu mudah!”, ucap Haejin ringan dan mengutak-atik handphonya, “Kita tinggal retweet artikel ini pada Nara. Masalah selesa..AWWWWW!” , Haejin langsung mengaduh kesakitan saat Ririn menjitak kepalanya dengan jitakan ‘manis’.  “Onnie! Kenapa menjitakku?!”

“Ya! Kau tak sadar bahwa kau adalah public figure, hah? Satu tweet darimu itu bisa membuat banyak skandal, Haejin-ah”, ucapan Ririn itu seakan mengingatkan status Haejin yang adalah ‘Queen of Scandal’.

Haejin memanyunkan bibirnya, “Kalau begitu, twitter Onnie saja!”

“Ya!”, Ririn menatap sinis lagi. “Kau pikir aku bukan public figure? Begini-begini, aku juga penulis terkenal, tahu”, ucap Ririn tak terima. Haejin langsung menekap mulutnya dan membungkuk penuh penyesalan kepada Onnienya itu.

Sementara Ririn sibuk memikirkan cara untuk memberitahu Nara tanpa menimbulkan kecurigaan orang banyak, Haejin malah dengan asyiknya memainkan twitternya dan melihat-lihat timelinenya. Tapi tak lama kemudian, dia langsung mendecak kesal. “Eish! Onnie, kenapa kita bodoh sekali, sih?”

Ririn melirik ke arahnya, “Wae?”

Haejin menunjukkan handphonenya kearah Ririn dan disana terdapat banyak tweet dari orang yang tak ia kenal namun berisi tweet yang sama, tentang artikel Kyuhyun yang menyimpan postcard itu diatas mejanya. Dan mereka semua men-tag artikel itu pada twitter Kyuhyun dan Nara.

“Kenapa kita lupa bahwa diluar sana banyak KyuNaration yang siap membantu kita? Aigoo~”, gumam Haejin yang merasa heran dengan kebodohannya sendiri. Ririn juga terkekeh pelan dan mengangguk kecil, “Keurae. Tanpa kita melakukan apapun, mereka sudah membantu kita. Hahaha~”

“Majyeo”, jawab Haejin lagi. “Onnie, bagaimana jika kita langsung ke restoran pizzanya saja? Tak perlu delivery order. Hitung-hitung ini sebagai perayaan bahwa si evil bodoh itu sudah menunjukkan sedikit keberaniannya~”, ucap Haejin sambil tertawa riang. Ririn mengangguk mengiyakan, “Ide bagus. Kkaja, aku benar-benar lapar.”

Sepanjang perjalanan menuju elevator, Haejin menggumam pelan. “Onnie..”

“Hmm?”

“Kalau Cho sudah dipublikasikan, berikutnya giliran Choi dong ya? Asyik, Lee kebagian terakhir~”

“MWOYA?!”

 ***

Tokyo, Japan

“Nara-chan, sudah mencari universitas disini?”, tanya Junah -ibunda Taewoo- dengan nada ramah. Nara menggeleng kecil dan tersenyum simpul ke arahnya, “belum, ahjumma. Aku hanya mengikuti semua keinginan Mommy saja.”

“Eiyy”, Junah melirik Soohyun yang tertawa kecil saat mendengar ucapan Nara tadi. “Kau harus cari universitas yang paling bagus, Soohyun-ah. Anak gadismu ini harus mendapatkan segala sesuatu yang terbaik.”

“Arasseo”, Soohyun mengangguk mengiyakan. “Tentu saja semua yang kuberikan untuknya adalah yang terbaik.”

“Aigoo..”, Taewoo yang sedari tadi hanya diam memperhatikan setiap pembicaraan ketiga wanita itu langsung menggeleng jengah dan memasang wajah bosan. “Aku benar-benar merasa sedang menonton dorama tentang pertemuan Ibu-Ibu dengan anak gadisnya, loh.”. Namun ucapannya itu tak urung membuat Junah, Soohyun dan Nara tertawa karena guyonannya.

“Ah!”, tiba-tiba Junah menepukkan tangannya dengan semangat, seakan mendapat ide baru. “Bagaimana jika..Nara mendaftar di universitas yang sama seperti Taewoo? Bukankah bagus jika Nara ada yang menjaga setiap saat?”

Nara sedikit mengernyit saat mendengar ucapan Junah. Ia melirik ke arah Taewoo yang masih memakan dessert di piringnya dengan nikmat. “Taewoo Oppa..”, Nara mencondongkan tubuhnya ke arah Taewoo dan berbisik pelan. Taewoo yang menyadari hal itu, ikut mencondongkan tubuhnya supaya Nara bisa lebih mudah berbicara dengannya. “Bukankah Oppa..berbeda 5 tahun denganku?”

Taewoo mengangguk mengiyakan pertanyaan Nara.

“Tapi..kenapa masih kuliah? Bukankah harusnya sudah lulus, ya?”

Detik berikutnya, Taewoo sudah melirik ganas tanpa ampun ke arah Nara yang balas menatapnya dengan pandangan polos. “Kau..benar-benar berniat bertanya atau hanya ingin mengejekku?”, tanya Taewoo heran.

Nara menggeleng, “Aniyo. Aku serius ingin bertanya. Apa pertanyaanku salah?”

Taewoo menggelengkan kepalanya dengan lunglai, “aku masih dalam proses skripsi”, jawabnya singkat. Nara mengangguk-angguk paham saat mendengar ucapan Taewoo tersebut.

“Bagaimana, Nara-Chan?”, tanya Junah pada Nara yang kini sedang mengemut sumpitnya dengan nikmat. “Apa kau mau berkuliah di universitas yang sama dengan Taewoo? Kebetulan pemilik Universitas itu adalah adikku.”

Nara tertawa kecil dan menatap Soohyun -Ibunya- yang juga tengah menatapnya. “Kurasa lebih baik ahjumma bertanya pada Mommy saja. Beliau lebih tahu apa yang lebih baik untuk saya dibandingkan diri saya sendiri.”

“Eiyyy”, Junah menggelengkan kepalanya dengan anggun. “Jangan menanyakan pendapat orang lain. Kau yang akan menjalaninya, jadi kau yang memutuskan, Nara-Chan.”

Soohyun mengangguk mengiyakan ucapan Junah. “Pikirkan baik-baik, Ra-ya. Setidaknya jika ada Taewoo, Mommy tak perlu merasa khawatir dengan keadaanmu di kampus.”

Nara melirik ke arah Taewoo yang tengah tersenyum manis ke arah Soohyun. “Oh ya?”, tanya Nara dengan sedikit nada ragu. “Tapi sepertinya di kampus nanti..dia akan tetap mengejekku dengan sebutan gadis bodoh, Mommy. Itu..menyebalkan.”

“Taewoo-ya”, kini Junah langsung mengacungkan jarinya pada Taewoo yang terlihat kebingungan. “Jangan ejek Nara-chan lagi atau nanti Umma jitak kau.”

Taewoo menggembungkan pipinya dengan sedikit sebal dan menatap ke arah Nara yang kini tengah tertawa penuh kemenangan. Taewoo mencubit pipi Nara dengan gemas, “Puas sudah berhasil meracuni otak Ibuku, hah?”, ucapnya gemas dan dibalas dengan erangan sakit dari bibir Nara. Sedangkan Soohyun dan Junah hanya terkekeh pelan melihat kelakuan dua anak itu.

Makan malam sudah berakhir. Kini Nara dan Taewoo kembali naik ke lantai 2, tepatnya ke kamar Seunghwan yang berada di samping kamar Nara.

“Wah..”, Nara menggumam pelan saat ia menyalakan lampu kamar Seunghwan. Semuanya masih sama seperti saat terakhir kali Nara melihatnya. Dinding yang dipenuhi dengan poster berbagai desain gitar yang tak pernah Nara mengerti dimana letak keindahan ataupun artistiknya. Entahlah, pemikiran lelaki memang..aneh.

Sementara itu, Taewoo yang berdiri di belakang Nara hanya diam seribu bahasa saat melihat pemandangan yang sangat familiar baginya itu.  13 tahun yang lalu, ia sangat sering bermain disini. Bercanda bersama Seunghwan, sahabatny..

“Ah!”, tiba-tiba teriakan riang yang keluar dari mulut Nara seakan membuat Taewoo sadar dari lamunannya. “Taewoo Oppa, Lihat ini!”, serunya semangat sambil menunjuk ke sebuah figura foto yang di dalamnya berisi foto Nara yang tengah diapit oleh Seunghwan dan Taewoo.

Nara tengah memakai gaun princess yang sedang menjadi trend di masa itu, sedangkan Taewoo dan Seunghwan tengah memakai baju kelulusan dengan Toga di kepala mereka berdua. “Ini..saat kalian lulus SD, ya?”, tanya Nara sambil mengingat-ingat.

Taewoo mendekati Nara dan ikut melihat foto itu. “Hmm? Foto yang man..”

Deg.

Tapi detik itu juga, lagi-lagi Taewoo merasakan jantungnya berdebar sangat cepat. Tepat saat ia melihat foto mereka bertiga yang ada di dalam figura itu.

Deg. Deg.

“Argh”, Taewoo mengerang pelan sambil mencengkeram jas hitamnya tepat di bagian dada lagi. Nara menoleh ke arahnya dan langsung kaget saat melihat wajah Taewoo yang lagi-lagi menjadi sangat pucat, “Oppa? Taewoo Oppa?”

Deg. Deg. Deg.

Tidak. Taewoo tak bisa berlama-lama ada di sini. Segala hal yang ada disini, entah kenapa, selalu membuat jantungnya berdebar gila-gilaan. “Ayo..keluar”, pinta Taewoo dengan nada lirih. “Disini..banyak debu. Aku..alergi.”

Nara mengernyitkan alisnya, heran. Setahunya kamar Seunghwan selalu dirawat dengan baik oleh Ibunya dan Nara merasa bahwa tak ada debu disini. Tapi begitu melihat wajah pucat Taewoo, Nara menjadi tak punya pilihan lain selain mengikuti semua ucapannya. “Okay. Ayo kita keluar”, ucap Nara sambil membimbing langkah Taewoo untuk keluar dari kamar kakaknya itu.

Saat kaki Taewoo mulai beranjak meninggalkan kamar Seunghwan, bukannya menjadi lebih tenang namun jantungnya itu malah berdebar 10 kali lebih cepat dibanding sebelumnya. Seperti menyuruhnya untuk tetap diam di kamar itu karena..rindu.

“Argh!”, tiba-tiba Taewoo langsung jatuh terduduk dengan lemas tepat di depan pintu kamar Seunghwan. Tangannya tetap mencengkeram dadanya yang sangat sakit bagai ditusuk oleh jarum transparan.

Kini wajah heran Nara mulai berubah menjadi ekspresi panik. “Oppa. Jangan bercanda! Kau hanya alergi atau benar-benar sakit? Kalau kau sakit, akan kupanggilkan dokter!”, ucap Nara panik.

Taewoo menggeleng. “Tidak. Kita tetap disini saja”, ucapnya pelan. “Tapi..jangan didalam kamar. Lebih baik kita ke balkon”, lanjut Taewoo sambil melirik ke balkon luas yang ada di ujung kamar.

Nara tak berkata apapun selain menuruti semua ucapan Taewoo dan membimbing langkahnya menuju balkon. Dia benar-benar tak tahu tentang alasan rasa sakit Taewoo ini. Setahunya semenjak mereka kecil, Taewoo tak pernah bersikap seperti ini.

“Feels better?”, tanya Nara saat kini mereka bisa menghirup udara segar dari nuansa malam yang ada di sini. Taewoo seperti berusaha menghirup nafasnya dalam-dalam, seakan mencoba menemukan keseimbangan bagi tubuhnya.

Nara menatap Taewoo yang sedang menatap ke luar balkon dari samping. Pria di sampingnya ini sama sekali tidak kelihatan seperti pria yang memiliki penyakit. Tapi sejak kapan..?

“Maaf ya”, ucap Taewoo saat nafasnya mulai terlihat teratur dan tangannya tak lagi mencengkeram dadanya. “Aku merepotkanmu.”

“Aniya”, jawab Nara ringan dan tersenyum simpul. “Oppa juga sudah kuanggap sebagai Oppaku, kok. Sudah sewajarnya aku bersikap seperti tadi ‘kan?”

Taewoo hanya tersenyum kecil saat mendengar ucapan polos yang keluar dari bibir gadis itu. Entahlah, hatinya seperti merasakan dua rasa yang berbeda. Di satu sisi ia merasa sedih dengan ucapan Nara tapi disisi lain juga ia merasa senang, karena dengan Nara menganggapnya sebagai Oppa maka ia bisa semakin mudah menjeratnya ke dalam perangkapnya nanti.

“Oh ya?”, ucap Taewoo sambil menatap langit luas diatasnya dengan pandangan kosong. “Biarpun aku Oppamu, tapi aku tak akan bisa mengalahkan Seunghwan yang selalu menjagamu dengan baik. Iya ‘kan?”, tanyanya.

Nara mengangguk yakin, “Tentu saja. Seunghwan Oppa adalah the best Oppa di seluruh dunia”, ucap Nara dengan riang, seperti anak kecil yang sedang membanggakan mainannya.

Taewoo terkekeh pelan dan beralih menatap Nara yang ternyata juga tengah ikut menatap langit, sama sepertinya.

“Oppa..”, Nara berucap pelan sambil tetap menatap langit. Dari sinar matanya, terpantul jelas bulan purnama yang seakan tergambar di matanya yang indah. “Kau tahu satu hal?”

“Hmm?”, Taewoo kembali mengalihkan pandangannya ke langit dan ikut menatap bulan purnama di atasnya. “Apa?”

“Di Korea, jika kau melihat bulan purnama, maka buatlah suatu permohonan mengenai orang yang sedang kau rindukan”, jelasnya pelan dan tersenyum kecil.

“Oh ya?”, tanya Taewoo ragu.

“Eung..”, Nara mengangguk yakin. “Jika kau melakukannya dengan serius dan penuh kesungguhan, maka mungkin saja bulan akan mengabulkan permohonanmu dan menyampaikan kerinduanmu itu pada orang yang kau maksud.”

Taewoo tertawa geli saat melihat wajah Nara yang benar-benar antusias menjelaskan mengenai hal itu. Nara yang merasa dirinya tengah ditertawakan hanya bisa menggembungkan pipinya sebal. “Oppaaa, aku serius!”

“Nara-Chan”, Taewoo berujar pelan biarpun masih terlihat semburat geli di wajahnya. “Jika terhadap keberadaan Tuhan saja tak bisa kupercaya, apalagi dengan hal fantasi terhadap bulan ini?”, jelasnya ringan namun membuat Nara sedikit shock.

“Eh?”

“Aku atheis. Kau lupa?”, tanya Taewoo sambil mengacak rambut Nara pelan. “Jadi sepertinya aku tak bisa percaya dengan ucapan fantasimu tadi.”

“Eish!”, Nara mendecak kesal. “Apa hubungannya Atheis dengan hal seperti ini? Temanku yang atheis juga selalu ikut-ikutan hal seperti ini, kok”, jelas Nara sambil mengingat Heechul yang terkadang suka menyebutkan seribu permohonan pada bulan saat sedang purnama. Bahkan membuat Nara sebal karena harus menemaninya membuat permohonan selama 3 jam.

Taewoo terkekeh lagi. “Lagipula..”, ia beralih menatap Nara yang balik menatapnya dengan serius. “..untuk apa aku berharap bulan bisa menyampaikan rinduku pada seseorang, jika seseorang yang kumaksud sudah datang dengan sendirinya dan berdiri di sampingku seperti ini?”, tanyanya dengan nada ringan namun membuat Nara langsung kebingungan.

“Aku?”, tanya Nara sedikit shock.

Taewoo mengangkat bahunya, pura-pura tak tahu. “Entahlah”, jawabnya santai. Bukannya merasa malu atau tersipu, Nara malah tertawa riang dan langsung mencubiti pinggan Taewoo dengan semangat. “Aaaa! Aku juga rindu Taewoo Oppa! Aku rindu bertengkar denganmu! Aaaaa!”

“Ya! Ya! Sakit, Nara-Chan! Ya!”

Seperti biasa, Nara adalah gadis yang paling tidak sensitif dari seluruh gadis yang ada di dunia.

***

Taipei, Taiwan

Super Junior M’s Apartment

“Hei!”, Siwon dan Donghae menepuk bahu Kyuhyun yang sedang berdiri di balkon dari belakang sehingga membuat maknaenya itu sedikit terkejut. “Sedang apa di luar seperti ini?”, tanya Siwon.

Kyuhyun tak menjawab pertanyaannya dan hanya menatap ke langit luas, pandangannya hanya tertuju ke satu arah. Bulan purnama.

“Bulan purnama?”, tanya Donghae memastikan.  Kyuhyun mengangguk kecil, “Aku..hanya sedang membuat permintaan bodoh.”

“Perminta..Ah!”, Siwon tiba-tiba teringat tentang satu hal. “Maksudmu..permintaan pada bulan purnama untuk menyampaikan rasa rindu kita pada orang yang kita pikirkan?”

Kyuhyun mengernyitkan alisnya saat mendengar ucapan Siwon tadi, “Darimana kau tahu hal itu?”

“Dari Nar..”, Siwon langsung menghentikan kata-katanya saat mulutnya hampir saja mengucapkan nama ‘tabu’ itu. “Ehm, maksudku..si urutan nomor 1 dari urutan ChoChoiLee”, jawabnya mengelak.

Donghae yang awalnya terlihat bingung, kini langsung membuka mulutnya dengan ekspresi paham. “Ah! Aku tahu hal itu juga!”

Kyuhyun makin heran, “Kau tahu hal itu juga?”

Donghae dan Siwon mengangguk santai. “Kurasa semua member juga tahu hal ini. Waktu dulu, dia pernah menjelaskan hal ini dengan wajah ceria dan Heechul hyung langsung antusias untuk mencoba mengucapkan sekitar..”, Donghae mengingat-ingat, “..seribu permohonan.”

Tak urung, Kyuhyun langsung tertawa geli saat membayangkan wajah gadis itu yang sedang kebosanan saat mendengarkan permintaan Heechul.

“Jadi..”, Siwon merangkul bahu Kyuhyun lagi, kali ini lebih erat. “..apa yang kau minta dan siapa yang kau pikirkan?”

Kyuhyun mengangkat bahunya. “Entahlah. Aku juga bingung”, ucapnya ragu dan kembali menatap langit di atasnya. “Permintaanku ini terlalu sulit untuk diuraikan dengan kata-kata.”

“Kalau begitu..”, Siwon menggumam pelan, “..biarkan Tuhan yang menjelaskan segalanya. Mudah ‘kan?”

Donghae dan Kyuhyun langsung menatap Siwon dengan geli setelah mendengar ucapannya tadi. “Aigoo”, Donghae menggelengkan kepalanya dengan heran. “Semua yang dibicarakan dengamu pasti akan berakhir dengan nama Tuhan, ya?”

“Tentu saja!”, seru Siwon semangat. “Pada siapa lagi kita berkeluh kesah jika bukan pada Tuhan? Kau kira yang selama ini memberikan kita kesuksesan seperti ini itu siapa? Tentu saja Tuhan!”

“Menurutku para ELF yang sudah membuat kita sukses”, jawab Donghae santai dan membuat Siwon diam untuk sejenak lalu kemudian berkata dengan berat. “Ahh, itu juga..salah satu faktor sih.”

Kyuhyun hanya bisa terkekeh pelan saat mendengar pembicaraan non-sense dari kedua membernya itu. Tapi kemudian, dia kembali menatap bulan purnama itu dan menghela nafas dengan berat.

“Tanpa perlu kuberi tahu, kau sudah mengetahui dia yang kurindukan ‘kan?”, ucap Kyuhyun dalam hati. Matanya tak lepas menatap bulan purnama itu. “Permintaanku..jagalah dia. Jangan biarkan dia terluka. Hanya itu. Tidak sulit ‘kan?”

***

 Tokyo, Japan

 “Hati-hati di jalan”, ucap Soohyun dan Nara berbarengan sambil melambaikan tangannya kepada Junah dan Taewoo yang kini sudah berada di dalam mobil dan tengah memasangkan sabuk pengamannya masing-masing.

“Taewoo-ya”, Soohyun memanggil Taewoo sehingga membuat pria itu melongok dari dalam mobil. “Jangan ngebut dan membuat ibumu jantungan, ya”, candanya dan dibalas dengan tawa dari Junah.

“Nara-chan”, Taewoo memanggil Nara yang sedang mengikat rambutnya menjadi ekor kuda. “Jangan diikat. Lebih bagus digerai saja”, ucapnya sambil tersenyum manis.

Nara menggembungkan pipinya dengan sebal namun tetap mengikuti ucapan Taewoo. “Arasseo”, jawabnya datar. Junah dan Soohyun tertawa kecil melihat kelakuan dua remaja itu.

“Ah! Taewoo-ya, bisa kau bantu ahjumma untuk menemani Nara jalan-jalan besok? Kurasa Nara butuh blazer baru dan baju yang lebih feminim”, ucap Soohyun pada Taewoo dan membuat Nara langsung membelalak. “Mommy! Bukannya Mommy yang akan menemaniku besok?”

Soohyun langsung menatap Nara dengan pandangan bersalah, “Besok Mommy harus menemani Daddy untuk launching produk terbaru perusahaan kita, Ra-ya”, jelasnya. Nara langsung diam setelah mendengar ucapan Ibunya itu.

“Jadi, tolong temani dia ya?”, tanya Soohyun sekali lagi pada Taewoo. Taewoo mengangguk ringan, “Baiklah. Kujemput kau jam 1 siang, Nara-chan.”

Nara hanya mengangguk enggan sambil menggembungkan pipinya dengan sebal.

Taewoo mulai menyalakan mesin mobil Jaguarnya dan melambai ke arah Nara dan Soohyun lagi, bersama dengan Junah. “Kami pulang dulu. Maaf sudah merepotkan”, ucap Junah sopan. Soohyun dan Nara balas tersenyum padanya.

Deru halus dari mesin mobil Jaguar yang dikendarai oleh Taewoo itu kini sudah melaju meninggalkan kediaman Kwan.  Dan tepat pada saat itu juga, semburat ramah yang tadinya ada di wajah Junah kini langsung menghilang dan berganti dengan raut wajah sinis.

“Launching produk baru?”, gumam Junah dengan nada sinis. “Cih! Kita lihat saja akan sejauh mana mereka bisa membuat produk baru lagi.”

Taewoo terkekeh saat mendengar ucapan Ibunya itu. “Sabarlah, Umma. Aku akan memanfaatkan Nara untuk kepentingan kita.”

Junah langsung tersenyum penuh rasa bangga kepada anaknya itu. “Tentu saja, kau adalah anak yang paling bisa Umma banggakan. Aktingmu tadi sangat bagus, Taewoo-ya.”

Taewoo mengangguk-angguk mengiyakan ucapan Ibunya. “Tentu saja. Aku sudah terlatih dalam hal ini.”

“Jadi..”, Junah terdengar saat antusias, “..dengan cara apa kau akan menyingkirkan gadis bodoh itu? Apa kau ingin melakukan hal yang sama seperti 8 tahun yang lalu? Sama seperti yang kau lakukan pada Seunghwan?”

Deg.

“Argh!!”, Taewoo langsung meminggirkan mobilnya ke bahu jalan saat merasakan jantungnya berdebar lagi, kali ini lebih cepat dari sebelumnya.  Dia masih berusaha meminggirkan mobilnya supaya mereka tidak oleng, maka ia memutuskan untuk berhenti di bahu jalan.

Deg. Deg.

“Taewoo-ya! Taewoo-ya! Kau sakit lagi?”, Junah menjadi panik saat melihat keadaan anaknya yang terlihat sangat kesakitan ini. “Taewoo-ya!”

Apa kau ingin melakukan hal yang sama seperti 8 tahun yang lalu? Sama seperti yang kau lakukan pada Seunghwan?

Deg. Deg. Deg.

Jantungnya berdebar semakin cepat setiap kali ia mengingat perkataan Ibunya itu. Kenapa..jantungnya selalu berdebar cepat setiap kali ia berhubungan dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan keluarga Kwan?

Apa keputusannya untuk melakukan cangkok jantung sewaktu dulu adalah keputusan yang salah?

***

-T. B. C –

Nggak mau banyak omong deh 😀 hehe, pokoknya semoga next chapt bisa cepet selesai dan nggak selama chapt ini. XD

Comment are LOVE~ ^^