{KyuNara Scene} Intermission #2

recommended playlist : 8eight – covering those lips

p.s : sebelum baca chapt ini, disarankan baca dulu {KyuNara Scene} Perfection. 🙂

***

Seoul, South Korea

“Kapan pesawatmu akan take off?”

“Ehm, mungkin besok siang? Entahlah, aku juga tak begitu tahu jadwal penerbangannya karena Ibuku yang mengatur semuanya. Katanya, aku hanya tinggal berangkat ke bandara dan syuung~, Welcome To Japan”, Nara menjawab pertanyaan Soohyun dengan nada ringan sembari tangannya masih sibuk mengikatkan kedua tali sepatu ketsnya.

Soohyun mengangguk singkat setelah mendengar ucapan Nara, “Kabari aku jika sudah ada kepastian tentang keberangkatanmu. Jadi besok aku bisa ikut mengantarkanmu ke Bandara. Arasseo?”, tanyanya memastikan dan dijawab dengan anggukan sekaligus cengiran dari Nara.

“Aish~”, Soohyun mendengus kecil saat melihat cengiran sahabatnya itu. Ia segera berbalik membelakangi Nara dan menundukkan kepalanya sejenak, mencoba mengatur emosinya untuk tak menangis terisak saat melepas kepergian sahabatnya selama 3 tahun itu.

Selama beberapa jam kebelakang, dia memang sedikit memaksakan dirinya untuk tak menangis saat mendengar keputusan Nara untuk pindah ke Jepang tapi kali ini saat sahabatnya itu benar-benar akan pergi..entahlah, semuanya menjadi terasa benar-benar berat.

Nara melihat bahu Soohyun yang bergetar pelan dan isakan kecil yang terdengar dari bibirnya, “Aigoo, Soohyun-ah..”. Tanpa basa-basi, Nara langsung memeluk Soohyun dari belakang dan terkekeh saat mendengar isakan tangisan Soohyun kini berubah menjadi tangisan hebat.

“Ya! Uljima~ Kau masih bisa mengunjungiku di Jepang, Soohyun-ah”, Nara mencoba menghibur sahabatnya itu, tapi ternyata percuma saja karena Soohyun masih menangis terisak. “Aiyaa, aku hanya pindah, bukannya meninggal karena tabrakan atau pembunuhan. Ya! Aku masih hidup, hanya berpindah tempat tinggal saja”, Nara masih mencoba menghentikan tangisan sahabatnya itu, kali ini ditambah dengan mengacak rambut Soohyun dengan gemas.

“Kau bisa mampir ke Jepang dan nanti akan kuajak kau jalan-jalan ke Shibuya atau piknik ke Osaka. Ayolah, semuanya akan baik-baik saja. Tak akan ada yang berubah, keurachi?”, tanya Nara sambil menepuk-nepuk bahu Soohyun dengan semangat. “You’re still my bestfriend”, lanjutnya dengan tenang dan membuat Soohyun bisa sedikit lebih menguasai emosinya dibanding sebelumnya.

Soohyun mengangguk kecil dan menjitak kepala Nara dengan gemas, “Sudahlah, cepat pulang sana. Kemasi semua barangmu sebelum keberangkatanmu besok”, ucapnya sambil menyeka air mata di ujung pelupuk matanya.

Nara terkekeh pelan. Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket kemudian menggeleng singkat. “Aku belum mau pulang. Masih ada banyak tempat yang harus kukunjungi sebelum keberangkatanku besok”, ucapnya santai.

Soohyun menatapnya penasaran, “Kau mau kemana lagi, hah? Aigoo, waktumu hanya kurang dari sehari sebelum keberangkatanmu ke Jepang, Nara-ya. Lebih baik cepat pulang, kemasi barang, lalu istirahat yang cukup.”

“Ehm..”, Nara menggumam pelan sembari mengangkat bahunya kemudian terkekeh kecil, “Ya, sejak kapan kau menjadi cerewet seperti ini, Nona Choi?”

Soohyun memutarkan kedua bola matanya dengan ekspresi jengah, “Nanti jika kau sudah pindah..kau akan merindukan kebawelanku, Mrs.Cho”

“MWOYA?!”

***

Taipei, Taiwan

“JANGAN MEREKAMKU!”, Kyuhyun langsung mendorong handycam itu menjauh dari wajahnya sementara Zhoumi hanya terkekeh pelan saat melihat respon dari maknaenya itu. “Setidaknya jangan merekamku disaat make-up seperti ini”, ucapnya dengan nada ketus dan kembali menutup matanya supaya stylist make-upnya bisa kembali mendandaninya.

Zhoumi tak ambil pusing dengan gertakan Kyuhyun dan masih asyik mengarahkan lensa kamera itu kearahnya, “Kyuhyun-ah, jelaskan sesuatu pada fans kita. Dimana kita sekarang?”, tanya Zhoumi.

Kyuhyun menjawab tanpa membuka matanya, “Show. Menjalankan schedule.”.

Baru saja Zhoumi akan membuka mulutnya untuk menanyakan pertanyaan lain, tiba-tiba saja sudah ada suara riuh dari arah yang berlawanan. Ternyata Eunhyuk dan Henry sedang berseteru konyol mengenai rap style sehingga membuat semua orang yang ada di ruang tunggu itu tertawa terbahak karena melihat Henry yang tengah menggurui Eunhyuk mengenai cara mengucapkan kata-kata rap dalam bahasa Inggris.

Zhoumi kelihatannya tertarik dengan hal itu dan memutuskan untuk berhenti merekam Kyuhyun lalu beralih merekam kejadian konyol antara Henry dan Eunhyuk itu. “Tunggu, semuanya harus direkam oleh Gentleman Mimi!”, serunya dengan menggunakan bahasa Mandarin. Detik berikutnya, suara tawa nyaring Zhoumi sudah terdengar membaur di tengah tawa member lainnya.

Kyuhyun melirik sekilas kearah mereka semua melalui pantulan cermin make-up di hadapannya sekarang. Ia hanya terkekeh kecil saat melihat Eunhyuk yang masih ngotot pada Henry bahwa pronounciationnya lah yang benar, bukan malah pronounciation yang diajarkan oleh Henry.

Saat ini para member Super Junior M tengah menjalankan schedule mereka di sebuah TV swasta namun kali ini minus Siwon dan Donghae yang harus kembali syuting Skip Beat.  Awalnya Kyuhyun ingin sekali absen dalam jadwal kali ini karena yah…dia masih butuh waktu untuk melupakan segalanya dan menganggap semuanya masih baik-baik saja ‘kan?

Tapi kenyataannya tidak begitu. Kyuhyun masih tetap harus menjalankan semua jadwalnya tanpa kecuali.

Kenapa?

Tak mungkin jika dia mengatakan pada managernya bahwa alasannya enggan menjalankan schedule kali ini adalah karena ia sedang patah hati. Bagaimana dia bisa mengatakan hal itu jika pada kenyataannya managernya pun tak tahu bahwa Kyuhyun sudah memiliki kekasih semenjak 3 tahun yang lalu?

Jadi untuk kali ini Kyuhyun hanya bisa diam dan mencoba menguasai semua syaraf kerja di otaknya untuk tak terus-terusan memikirkan segala sesuatu tentang gadis itu. Ah, ya..gadis itu.  Keurae, Kyuhyun tahu bahwa dia memiliki nama dan tak sopan jika ia terus-terusan memanggilnya dengan sebutan ‘gadis itu’. Tapi entahlah…rasanya terlalu berat dan menyesakkan untuk mengucapkan namanya. Terlalu membuatnya sesak, malahan.

“Super Junior-M  harap bersiap. 5 menit lagi kalian akan naik ke panggung”, salah seorang staff stasiun TV itu melongok ke dalam ruang ganti dan membuat keenam member langsung sibuk bersiap merapikan diri mereka sekali lagi sebelum naik ke atas panggung, termasuk Kyuhyun.  Ia bangkit dari kursinya dan melakukan beberapa gerakan untuk melemaskan ototnya dan juga berteriak pelan untuk sekedar membuat tenggorokannya menjadi lebih lega.

Setelah melakukan semua hal itu, Eunhyuk berderap duluan keluar dari ruang tunggu dan diikuti oleh beberapa member lainnya. Kyuhyun berjalan dengan sedikit gontai di belakang Zhoumi yang kini sedang merapikan vest yang dipakainya. “Ah, hyung..”, tiba-tiba saja Kyuhyun menepuk pundak Zhoumi dan memasang wajah seperti baru mengingat sesuatu, “Dimana handycamnya?”.

Zhoumi menjawab santai, “Kutitipkan di coordi noona.”

Kyuhyun menengok ke belakang dan melihat salah satu coordi yang tengah memegang handycamnya dan untunglah coordi itu adalah seseorang yang dianggap paling senior oleh semua staff sehingga Kyuhyun yakin bahwa ia tak akan melakukan hal yang aneh pada handycam itu. “Syukurlah, jangan sampai kau meletakkannya sembarangan”, ucap Kyuhyun dengan nada datar. Baru saja Zhoumi mau membalas ucapan Kyuhyun, tiba-tiba saja Eunhyuk sudah berteriak dari pintu masuk menuju stage. “Palliwa!”

Kyuhyun berderap mendahului langkah Zhoumi sambil membetulkan posisi microphonenya, namun Zhoumi malah beranjak kembali ke coordi itu dan membisikkan sesuatu padanya.  Coordi itu terlihat agak heran dengan permintaannya tapi Zhoumi langsung menepuk bahunya dengan akrab, “Tolong ya, noona”, pintanya sehingga membuat coordi itu tak memiliki pilihan lain selain melakukan apa yang Zhoumi minta.

“Okay..”

***

Seoul, South Korea

“Kamsahamnida, kisanim“, ucap Nara sambil menyerahkan beberapa lembar mata uang won pada supir taksi yang ia tumpangi. Supir itu hanya mengangguk singkat dan tersenyum penuh arti, “Ah, tunggu sebentar agasshi..”, ia menahan langkah Nara yang baru saja akan menapakkan kaki kirinya keluar dari taksi.

Nara melirik ke arah supir itu dan bertanya singkat, “Ne?”

“Aniya. Jika anda tak keberatan, bolehkah saya minta tanda tangan anda?”, tanyanya dengan nada malu-malu sebari mengangsurkan buku catatan kecil dan sebuah pulpen pada Nara yang hanya bisa menganga tak percaya.

Untuk apa dia meminta tanda tangannya? Memangnya seterkenal apa dirinya hingga supir taksi ini menginginkan tanda tangannya? Aigoo, dunia sudah mulai gila!

“Eh? Tanda tangan? Saya?”, tanya Nara memastikan. Supir taksi itu mengangguk cepat, “Ne. Tanda tangan anda, Kwan Nara-ssi“, supir itu kini malah menyebutkan nama lengkap Nara seakan meyakinkan bahwa ia tak salah orang untuk meminta tanda tangan.

Dengan kikuk, Nara menerima buku catatan dan juga pulpen dari tangan pria itu. Supir tadi langsung melongok dengan wajah ceria, “Goo Ja In, Goo Ja In..”, ucapnya dengan semangat.  Nara mengerti maksudnya dan segera menuliskan nama itu di pinggir tanda tangannya.

 “To : Goo Ja In-ssi”

“Apakah saya menulisnya dengan benar?”, tanya Nara sambil menunjuk nama itu dan memperlihatkannya pada supir itu. Ia mengangguk lagi dan tersenyum lebar, “Ne, kamsahamnida, Nara-ssi“, ucapnya bahagia. Setelah menyerahkan buku yang berisi tanda tangannya itu, sang supir seakan belum puas untuk mengobrol dengannya. “Saya harap hubungan anda dengan Kyuhyun-ssi bisa berjalan dengan mulus, Nara-ssi“.

Tepat saat mulut Goo Ja In mengucapkan nama ‘kau-tahu-siapa‘, ekspresi wajah Nara seakan membeku dan kaku dalam sekejap. Namun otaknya masih bisa memberikan perintah kepada seluruh organ syarafnya untuk tetap berfungsi dengan baik. Untunglah, setidaknya kini ia tak menjadi seperti mayat beku di dalam taksi ini.

“Anak saya adalah fans berat Kyuhyun dan Super Junior. Tapi dia mengatakan bahwa dia rela membiarkan Kyuhyun-ssi memiliki istri seperti anda”, Goo Ja In masih berbicara dengan antusias tanpa mempedulikan Nara yang kini tengah tersenyum kecut dan benar-benar terlihat tak nyaman dengan topik pembicaraan mereka sekarang.  “Semoga hubungan anda berdua bisa berlanjut ke jenjang yang lebih tinggi”, ucapnya mengakhiri pembicaraan.

Nara hanya mengangguk kecil sebari tertawa dengan nada hambar. Ia membungkuk singkat padanya, sekedar untuk menunjukkan kesopanan yang formal. “Kamsahamnida, Goo Ja In-ssi.”

Akhirnya Nara bisa turun dari taksi dan membungkuk lagi pada supir taksi itu. “Kamsahamnida atas dukungan anda”, ucapnya dengan nada yang sedikit dipaksakan. Goo Ja In mengangguk dengan penuh semangat, ia mengepalkan tangannya ke udara dan berseru singkat, “KyuNara hwaiting!“.

Lagi-lagi Nara hanya bisa terkekeh tanpa niat dan dengan senyum yang dipaksakan saat melihat kelakuan pria satu ini. Namun ia tak memiliki jalan lain selain ikut mengangkat tangannya dan berseru kecil, “Ne, hwaiting!”.

Menit berikutnya, mobil taksi itu sudah melaju kembali di jalan raya dan membuat Nara langsung meloncat-loncat di tempat dengan gemas. “Argh! Babo! Babo! Kenapa aku naik taksi itu? Argh!”, desisnya sambil menendang-nendang beberapa kerikil yang berada tak jauh dari tempatnya berada sekarang.

“Sialan! Cho Kyuhyu..”, Nara langsung menutup mulutnya saat ia menyadari bahwa hampir saja ia mengucapkan nama yang tabu itu. “Argh! Member ke 13, kau benar-benar menyebalkannn!!”, serunya lagi setelah ia menemukan nama panggilan yang tepat untuk ‘kau-tahu-siapa‘.

“Kenapa setiap kali aku bisa sedikit melupakanmu, tiba-tiba saja banyak orang yang seakan-akan sengaja mengungkitnya, hah? Ck!”. Lagi-lagi Nara masih mengeluh, kali ini sambil menggoyang-goyangkan pohon arbei yang ada di dekatnya hingga beberapa buahnya jatuh ke kepalanya. “Jinjja! Jinjja! Jinjja! Adik Cho Ahra, kau menyebalkan!!”

Setelah bisa menguasai emosinya lagi, akhirnya Nara mulai melangkahkan kakinya ke dalam sebuah taman yang sangat sepi. Sama sekali tak ada siapapun di dalam taman itu. Bahkan saking sepinya, Nara bisa mendengar bunyi deritan dari engsel ayunan yang tengah bergerak pelan karena diterpa oleh angin sepoi-sepoi.

Nara melirik sekilas ke arah tembok yang di depannya terukir sebuah kata :

 “Myongsan Park”

Entah setan atau malaikat apa yang membuat Nara berpikir untuk mengunjungi taman ini sebelum melanjutkan perjalanannya untuk berpamitan kepada orang-orang yang ia kenal. Tapi rasanya sesuatu dari dalam tubuhnya seakan membisikkan kata-kata yang menyuruhnya untuk datang ke tempat ini dan mengingat satu moment yang pernah ia alami.

Nara mendesah kecil saat melihat pemandangan dari taman itu. Semua yang ada disini pernah ia lihat. Udara ini pernah ia hirup.  Ayunan yang ada di salah satu penjuru taman itu pernah menjadi saksi bisu tentang satu moment yang pernah terjadi. Dan semua itu pernah ia alami dan rasakan bersama seseorang.

Ya, seseorang-yang-tak-perlu-disebutkan-namanya.

Nara tak ingin lagi mengucapkan atau memikirkan namanya karena setiap kali memikirkan nama itu, rasanya ia benar-benar ingin melakukan hal yang bodoh dan tak masuk akal. Entahlah, mungkin seperti..mengiris urat nadi di tangannya dengan pecahan beling atau malah mungkin terjun bebas dari 63 building?.  Nara yakin bahwa ia bukan gadis dengan pikiran sependek itu. Maka dari itu, lebih baik ia mencoba melupakan semuanya dan menata kehidupannya dari awal, ‘kan?

“Okay..”, Nara menggumam pelan sambil merogoh ke dalam tas slempangnya yang berwarna putih. Tak lama kemudian, ia menemukan benda yang ia cari. Sebuah handycam berwarna silver itu kini sudah ada di genggaman tangannya. “..Let’s start this thing again“, bisiknya dan membuka layar handycam itu.

RECORD!

“JjaJaaan!”, seru Nara dengan nada ceria yang terdengar agak kaku. Ia mencoba melakukan selca pertamanya tanpa bantuan siapapun dan hasilnya…awkward! Tapi, ahh..kali ini ia harus mencoba melakukan semuanya sendiri! Ia harus bisa melakukan selca ini sendiri, tak peduli apapun hasilnya!

“Tebak kita ada dimana?”, kini Nara mulai merekam pemandangan taman itu ke berbagai penjuru. “Keurae! Sekarang aku sedang ada di Myongsan Park! Yeeeeiy!”, serunya sambil mencoba sedikit berlaku imut. Namun hasilnya ia malah mendengus geli dan jijik dengan kelakuannya sendiri tadi, “Aigoo! Menjijikkan!”, serunya histeris karena bulu kuduknya langsung merinding saat ia melakukan aegyo tadi.

PAUSE!

“Be Yourself! Just be yourself!”, bisiknya pelan dan mencoba menenangkan dirinya sendiri. “Nan halsuisseo!”, tambahnya lagi sambil mengangguk kecil. Nara menghela nafas dalam-dalam sebelum memijit tombol RECORD lagi.  Dengan langkah yang agak diseret, Nara mulai melangkah pelan menuju ayunan yang bergerak pelan karena ditiup oleh angin sepoi-sepoi kali itu. Tangannya masih tak lepas merekam semua pemandangan di taman ini dengan handycamnya.

Akhirnya setelah sampai di depan ayunan yang ada di taman itu, Nara segera duduk di atasnya sementara handycamnya kini tengah merekam sosok dirinya sendiri. “Kenapa aku berada disini?”, gumamnya dengan nada bertanya pada kamera di tangannya.

“Sebenarnya aku sering datang ke taman ini semenjak aku masih SMP. Pada waktu itu, taman ini selalu ramai oleh anak kecil yang bermain – main, tidak seperti sekarang yang benar-benar sudah seperti kuburan”, keluhnya dan beralih merekam seluruh penjuru taman yang benar-benar sepi dan sunyi senyap.

“Dulu, sewaktu aku SMP..ehm, berarti sekitar tahun 2006, aku sering sekali melihat beberapa trainee SM yang bolak-balik melewati taman ini dan kadang-kadang aku juga melihat beberapa artisnya yang melintas disini. Hal itu memang memungkinkan karena taman ini memang dekat dengan gedung SMEntertainment”, jelasnya lagi.  Nara tersenyum kecil saat melanjutkan kalimatnya, “Dan aku tahu bahwa dulu ada artis SM yang menyamar dan berjalan – jalan dengan seseorang sambil bergandengan tangan dengan mesra”, ucapnya dengan nada menggoda.

“Siapakah dia? Hahaha, aku tak akan memberitahu. Lagipula itu kejadian 5 tahun yang lalu, kecil kemungkinan bahwa dia masih menjalin hubungan dengan seseorang yang ia gandeng ‘kan?”, gumamnya menganalisis ucapannya sendiri.

“Dan kenapa aku datang ke tempat ini sekarang?”

Nara menghela nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Ia benar-benar tak punya pilihan lain untuk kali ini. Nara harus menyebutkan nama kau-tahu-siapa sekarang demi kepentingan selca dan missionnya ini.

“Dulu..duluuu sekali, aku pernah melihat Kyuhyun-ssi melewati taman ini. Tepat saat ia baru debut bersama Super Junior. Sebenarnya aku tak mengenalinya sama sekali karena pada saat itu Kyuhyun-ssi tak terlalu disorot sebagai member utama di SJ, berbeda dengan sekarang.  Tapi ada beberapa orang yang menghampirinya dan bertanya “SuJu Kyuhyun, aniyeyo?””

“Dan jujur saja, aku hanya bisa menahan tawa saat melihat ekspresi wajah Kyuhyun-ssi yang benar-benar berbinar karena dikenali sebagai idola. Aigoo, kalian tak akan pernah bisa membayangkan Kyuhyun-ssi tersenyum seperti ini, ‘kan?”, kini Nara mencoba mempraktekkan cara Kyuhyun tersenyum waktu itu. Senyum yang sangat lebar dengan wajah yang berbinar bahagia namun berkesan agak idiot.  “Dia tersenyum seperti itu! Aigoo..”

Nara menghentikan tawanya dan melanjutkan selcanya, “Dan beberapa waktu berikutnya, Super Junior mulai merajai chart dan sistem training di SM pun mulai menjadi lebih ketat dari sebelumnya. Maka dari itu, aku jarang menemui artist maupun trainee yang sering berjalan melewati taman ini. Dan yahh…semuanya jadi sepi seperti sekarang”, ucapnya mengakhiri ceritanya.  “Cerita lainnya akan kulanjut nanti..”

PAUSE!

“Okay, selesai..” Kini ia mendesah kecil dan mulai memaju mundurkan ayunannya perlahan.

Nara menekan tombol PAUSE di handycamnya itu dan menaruhnya di pahanya. Ia melirik ke segala penjuru taman, dan pandangannya terhenti ke sebuah ayunan kosong yang ada disampingnya. Ayunan itu ikut bergerak pelan karena tertiup angin, seakan ingin menemani Nara yang kini tengah merenung seorang diri.

 “Happy belated Valentine..”

Nara mulai bisa melihat sesosok pria tersenyum kecil sambil memeluk sekotak es krim coklat yang mulai mencair. Kemudian ia kembali membayangkan pria itu mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya, sebatang coklat yang hanya tinggal tersisa setengah.

 “Ini..untukmu. Maaf hanya tinggal setengah, itupun kudapatkan dari Henry”

“Babo..”, Nara menendang-nendang pasir halus di kakinya itu dengan lemah, seakan-akan semua energinya tersedot habis karena memikirkan pria itu. “Pergi jauh-jauh! Pergi!”

 “Terima kasih karena sudah bersedia memahami semuanya..”

“Aku tahu kau lelah dengan semua rumor yang sering menerpaku. Aku tahu kau bosan karena aku tak pernah mengajakmu kencan ke tempat yang special. Aku tahu kau pasti muak dengan semua rahasia ini..”

 “Kau hanya perlu tahu bahwa aku selalu mencintaimu. Yang perlu kau lakukan adalah percaya padaku..”

Nara menundukkan kepalanya dalam-dalam dan menggigit bibirnya kuat-kuat, mencoba mencegah air mata itu mengalir dan membuat sungai kecil di pipinya. Ia tak boleh lemah seperti ini! Hidupnya tak akan berhenti dan hancur karena pria itu! Ia pasti akan bisa melupakannya sedikit demi sediki…

“No..”, Nara menggeleng pelan, menolak pemikirannya sendiri. “I can’t do it. God! I really can’t do it..”, bisiknya lirih sambil menyenderkan kepalanya ke tiang penggantung ayunan itu.

Nara tak yakin ia bisa melupakannya.

Terlalu banyak memori yang Kyuhyun torehkan di lembaran hidupnya dan rasanya mustahil untuk bisa menghapus semua memori itu, biarpun sekeras apapun Nara berusaha ataupun selama apapun waktu yang ia butuhkan..Nara tak yakin bisa melupakannya.

 “Ah! Apa ada satu lirik yang menggambarkan perasaanmu padaku?”

Nara melirik ke arah ayunan kosong yang ada disebelahnya kemudian tersenyum kecil, “Hei..”, bisiknya lirih, nyaris tak terdengar oleh siapapun. “..Apa ada satu lirik yang menggambarkan perasaanmu padaku?”

 “Ehm, kurasa ada. Satu part”

Entah hal apa yang membuat Nara merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan handphonenya. Tak lama kemudian ia memilih satu lagu yang benar-benar melekat di dalam otaknya.

 PLAYING : Perfection – (Super Junior_M)

Lagu yang ia pernah dengarkan secara langsung dari mulut penyanyinya.

Lagu yang pernah dia katakan sebagai ungkapan perasaannya untuk Nara.

Intro lagu Perfection itu mulai terdengar dan Nara segera mengangkat kembali handycamnya kemudian merekam ayunan kosong di sebelahnya. Ah, tidak..ayunan itu tidak kosong.  Setidaknya di mata Nara, di ayunan itu ada sosok pria yang tengah menyanyikan lagu itu sambil tersenyum kecil dan melambai ke arah kamera.

RECORD!

“O, Tai Wan Mei..Ni yan li wo chu xian..

Wo bu rang shei ti wo zai ni shen bian..”

Nara tersenyum kecil saat reff kedua dari lagu itu terputar dan otaknya kembali mengingat semua percakapan yang terjadi pada hari itu.

“Reff kedua bagianmu, ya? Memang apa artinya?”

“I will not let anyone replace me by your side..”

 ***

 Taipei, Taiwan

“Super Asian Star, Super Junior-M!”, suara MC dari acara itu langsung menggema di seluruh ruangan dan diikuti oleh teriakan riuh dari para penonton yang rata-rata didominasi oleh gadis belia.  Mereka berteriak histeris sambil melambai-lambaikan balon berwarna sapphire blue ataupun lightstick berwarna sama saat melihat 6 pria dengan pakaian yang bernuansa putih itu keluar dari balik stage. “SUPER JUNIOR!!”

Kyuhyun bersiap berdiri di posisinya, tangannya masih membetulkan letak microphone di pipinya yang terasa agak kurang nyaman. Berkali-kali dia menghembuskan nafas dengan berat saat mendengarkan teriakan riuh dari semua fansnya. Ia sedikit ragu, apakah dia bisa melakukan semuanya dengan baik?

Tiba-tiba saja Ryeowook menepuk pundak Kyuhyun dari belakang dan tersenyum kecil, “Hwaiting!”, ucapnya mencoba memberi semangat pada membernya itu. Kyuhyun terkekeh pelan dan mengangguk, “Arayo..”

Tepat saat ia menyelesaikan kata-katanya, intro lagu Perfection sudah mengalun kencang di dalam stadium itu. Kyuhyun segera menyesuaikan langkahnya dengan irama lagu. Karena kali ini Siwon dan Donghae tak bisa ikut stage, maka part menyanyi bagian mereka berdua digantikan oleh Ryeowook juga Eunhyuk.

Ryeowook maju ke depan stage untuk menyanyikan lirik yang seharusnya dinyanyikan oleh Siwon. Kyuhyun masih berusaha memfokuskan pikirannya dan mencoba menari sesuai dengan irama lagu Perfection tapi entah kenapa lagu ini malah membuatnya mengingat suatu hal yang tak seharusnya ia ingat.

 “Happy belated valentine..”

Kyuhyun menggeleng pelan dan mengatur nafasnya beberapa kali, seakan mencoba sadar dari alam bawah sadarnya yang membuatnya mengingat akan hal itu. “Argh!”, lirihnya pelan.

 “Aku tak peduli coklat ini berasal darimana.  Yang penting, sekarang aku menerimanya dari tanganmu..”

Ryeowook mundur dari depan stage, kini giliran Kyuhyun untuk menyanyikan lirik bagiannya. Kyuhyun maju kedepan dan mencoba bernyanyi seperti biasa, setidaknya ia harus profesional untuk kali ini.

 “Kau tak perlu tahu semua kelelahanku, rasa bosan, dan rasa lelahku saat bersama denganmu.  Kau hanya perlu tahu bahwa aku selalu mendukungmu, apapun langkah yang kau ambil..”

Lirik yang dinyanyikan oleh Kyuhyun sudah selesai dan kini bagian Henry dan Eunhyuk yang maju ke depan. Sungmin melirik sekilas ke arah Kyuhyun yang tengah bergerak mundur ke posisinya, ia melihat maknaenya itu tengah menyeka pelupuk matanya sambil menghela nafas dalam-dalam. Dia..menangis?

Kyuhyun menghela nafas dengan tak beraturan, tangannya menyeka ujung pelupuk matanya dan tetap berusaha menguasai emosinya sendiri. Namun ia masih mencoba untuk mengikuti gerakan tarian Perfection itu. Otaknya benar-benar tak bisa berpikir jernih saat ini. Sepertinya semua syarafnya seakan menolak untuk mengikuti perintah dari dirinya.

“Anggap saja aku adalah coklat.  Coklat yang selalu bisa membuat seseorang tersenyum saat memakannya, dan aku harap kau selalu bisa tersenyum saat kau sedang bersamaku.  Bukannya merasa menyesal karena tak bisa memperlakukanku dengan baik atau lain sebagainya..”

Tiba di bagian reff yang dinyanyikan oleh Donghae namun digantikan oleh Sungmin. Kyuhyun menggigit bibirnya kuat-kuat, lirik itu adalah sesuatu yang ia nyanyikan untuknya. Sialan! Kenapa ia harus mengingat tentang gadis itu di tengah performance seperti sekarang?!

“Aku hanya ingin kau menganggapku sebagai tempat dimana kau bisa menumpahkan semuanya.  Kau bisa menangis dan meluapkan segalanya padaku, karena aku tahu…kau tak akan pernah bisa meluapkannya di hadapan orang lain.  Jadi, lakukanlah dihadapanku..”

Selama reff yang dinyanyikan oleh Sungmin itu berlangsung, Kyuhyun tetap bisa menggerakkan tubuhnya sesuai irama lagu tapi sama sekali tak ada feel apapun pada saat ia menari. Siapapun yang melihatnya pasti merasakan hal seperti itu, Kyuhyun menari di atas panggung tapi pikirannya seperti ada di tempat lain.

Eunhyuk lah yang pertama kali menyadari perubahan sikap maknaenya itu. Maka pada saat reff yang dinyanyikan oleh Sungmin itu selesai dan kini masuk ke bagian chorus yang seharusnya dinyanyikan oleh Kyuhyun, Eunhyuklah yang spontan maju menggantikannya. Ia tak peduli jika nyanyiannya fals atau lirik yang ia nyanyikan itu salah, yang pasti Eunhyuk hanya berusaha menyelesaikan performance mereka dengan baik dan tak membuat orang lain heran dengan sikap Kyuhyun.

Kyuhyun terlambat menyadari bahwa bagian chorus yang seharusnya ia nyanyikan itu sudah mulai dari tadi. Saat ia sadar, ia melihat Eunhyuk yang sudah ada di barisan depan dan menyanyikan lirik bagiannya. “Eh?”, gumamnya tak percaya saat Eunhyuk ada disitu.

Henry yang memang posisi dance‘nya berada dekat dengan posisi Kyuhyun sekarang, langsung menginjak kaki Kyuhyun dengan cepat. Hanya sekilas namun bisa membuat Kyuhyun sadar dari kebingungannya. “Hyung! Cepat sadar! Kita sedang diatas panggung, sadarlah!”, bisiknya dan langsung membuat Kyuhyun bisa kembali sadar dari pikirannya sendiri kemudian menciba fokus dengan penampilan mereka kali ini.

Sementara itu di balik stage, tepatnya di ruang tunggu, coordi yang sedari tadi memegang handycam milik MBC itu sedang berlari cepat di koridor stasiun TV.  Ia hampir saja lupa untuk melakukan permintaan Zhoumi tadi karena ketiduran. “Aish! Jauh sekali sih’ stagenya?!”, keluhnya sambil tetap berlari menuju studio tempat Super Junior M tampil.

Sebelum tampil tadi, Zhoumi memintanya untuk merekam penampilan mereka semua namun kamera itu harus fokus pada Kyuhyun. Entah apa maksudnya, tapi Zhoumi hanya mengatakan bahwa itu adalah untuk kepentingan sebuah acara dan sebagai coordi, ia tak memiliki pilihan lain selain mengiyakan ucapan artistnya itu.

“Itu dia!!”, serunya saat melihat studio 3, tempat para member sedang tampil. Ia menunjukkan kartu pengenalnya pada seorang pria yang berdiri di depan pintu studio hingga akhirnya ia diperbolehkan masuk ke dalam.

“Aigoo, ketinggalan banyak rupanya! Cepat..cepat! Mana Kyuhyun? Mana Kyuhyun? Mana Kyuhyun?”, coordi itu membuka layar handycamnya dan langsung sibuk mencari sosok Kyuhyun di tengah sekumpulan pria di atas stage itu. Pada akhirnya, ia menemukan sosok Kyuhyun tepat saat pria itu maju ke depan barisan untuk menyanyikan reff bagiannya.

“O, Tai Wan Mei.. Ni yan li wo chu xian…

Wo bu rang shei ti wo zai ni shen bian..”

Coordi itu hanya bisa menganga kecil dari balik kamera saat melihat Kyuhyun menyanyikan lirik itu.  Tidak, ia bukannya kaget dengan ketampanan Kyuhyun saat menyanyikan lirik itu atau karena karismanya saat diatas panggung. Bukan, bukan itu. Ia hanya merasa kaget saat melihat Kyuhyun yang sangat menghayati setiap arti dari lirik reff yang ia nyanyikan tadi. Seakan-akan bahwa lagu itu adalah ungkapan hatinya pada seseorang.

Dan diatas panggung, Kyuhyun sedikit memejamkan matanya saat menyanyikan lirik reff bagiannya. Dan sekelebat bayangan yang muncul adalah..gadis itu.

 “Aku…selalu mendukungmu.  Kau hanya perlu tahu itu.”

 ***

Seoul, South Korea

 Nara memperhatikan pintu berwarna silver di hadapannya ini dengan ragu-ragu. “Benarkah alamatnya yang ini?”, tanyanya lebih pada dirinya sendiri. Ia beralih memperhatikan sekelilingnya dan mengangguk yakin saat melihat tumpukan coklat dan boneka yang ada di samping pintu itu. Hadiah dari fans mereka?

“Ah, ya. Pasti ini alamatnya”, gumamnya, merasa lebih yakin dari sebelumnya.

Nara mengangkat tangannya perlahan dan menekan bel di depannya. Tak lama kemudian terdengar derap langkah dari balik pintu dan detik berikutnya, sesosok wajah yang muncul itu langsung membuat Nara menganga takjub.  “Nuguseyo?”, tanya pria itu dengan nada suara berat, dimulutnya tergantung stick pocky yang belum ia habiskan.

Nara menelan ludahnya dengan sekuat tenaga, ia masih merasa grogi saat mengingat bahwa pria dihadapannya ini adalah selebriti. Dan ia tak pernah menyangka bahwa Ukiss ELI bisa sebegini tampannya!

“Ehm..”, Nara berdehem pelan untuk melancarkan tenggorokannya yang seakan kering dan membuatnya tercekat, “..saya ingin bertemu dengan Dongho-ssi“, lanjutnya dengan nada suara lirih.  Eli mengangkat sebelah alisnya dan menatap Nara dengan penuh pandangan menyelidik, “Nuguseyo?“, tanyanya lagi.

“Kwan Nara imni..Eh? Eh? Eh?”, Nara langsung merasa kebingungan saat Eli terperangah takjub sekaligus bahagia saat mendengar namanya dan kini ia langsung menarik tangan Nara untuk masuk ke dalam dorm dengan secepat kilat. “Eh? Jamkanman, Eli-ssi..”

“GUYS, SHE’S HERE!”, Eli langsung berteriak kegirangan sambil masih tetap menggenggam tangan Nara. Nara hanya bisa menganga heran sekaligus sedikit khawatir dengan kelakuan pria ini.  Tak lama kemudian, terdengar derap langkah cepat menuju ke tempat Eli dan Nara berada. Orang yang pertama kali bisa Nara lihat adalah..Kevin!

“Oh my..”, Nara langsung menutup mulutnya saat melihat member andalan Ukiss itu muncul dihadapannya. Sementara itu Kevin hanya memiringkan kepalanya dengan ekspresi heran ke arah Nara, “Who’s she?”.

“Dongho‘s crush”, ucap Eli singkat dan membuat Nara sekaligus Kevin langsung menganga kaget karena alasan yang berbeda.

“Nara?!”, tanya Kevin tak percaya.

“Crush?!”, jerit Nara lebih tak percaya. Namun belum sempat Nara menguasai semua rasa kagetnya, tiba-tiba saja Kevin dan Eli tersenyum licik berbarengan dan membuat Nara langsung kelimpungan karena kini mereka berdua menarik tangannya untuk masuk ke ruang tengah dorm. “Wait! Wait!”

Namun saat ia memasuki ruang tengah dorm, mata Nara bisa melihat sosok pria lainnya. Itu..Kiseop, Soohyun, Hoon dan..AJ?!

Ya Tuhan, kenapa ia bisa berada di sini? Padahal tadi Nara hanya ingin berpamitan pada Dongho, itupun ia harapkan hanya di depan pintu, bukannya di dalam dorm seperti ini!

“Nuguya?!”, tanya Kiseop saat melihat Nara yang tengah diapit oleh Eli dan Kevin. Namun pertanyaan Kiseop itu tak diindahkan oleh kedua pria ini, mereka (Kevin dan Eli) malah menariknya menjauh dari ruang tengah menuju barisan pintu yang sudah dipasangi papan nama di depan pintunya. Dan kini mereka berhenti di depan pintu yang ditempeli papan bertuliskan “Dongho’s Room”.

Nara langsung meneguk ludahnya dengan berat dan menatap Kevin dan Eli bergantian dengan penuh pandangan memohon. “Please, don’t do this to me!”.

Namun semuanya itu benar-benar percuma. Kevin langsung membuka pintu kamar itu dan Eli mendorong tubuh Nara dengan cepat hingga kini Nara sudah berada di dalam kamar Dongho. “Jaga baik-baik maknae kami, Nara-ssi”, ucap Eli sebelum menutup pintu kamar itu dan..mengunci pintunya.

“Gezz!!”, Nara langsung mengacak-acak rambutnya saat menyadari bahwa ia terkunci didalam ruangan ini. “Kenapa aku harus terjebak dalam masalah seperti ini lagi?!”

“Ehmmm..”

Erangan pelan yang terdengar dari atas kasur yang berada tak jauh dari tempatnya berada sekarang itu langsung membuat Nara menutup mulut rapat-rapat dengan kedua tangannya. Ia melirik hati-hati ke arah kasur itu dan langsung memekik tertahan saat melihat Dongho tengah tertidur pulas dengan selimut yang menyelimuti tubuhnya.

“Aaa! Ottokhae?!”, desis Nara dengan nada panik. Ia kembali mencoba membuka pintu kamar itu tapi tetap saja hasilnya nihil, pintu itu sama sekali tak bergeming. Akhirnya Nara jatuh terduduk lemas sambil menyender membelakangi pintu kamar, ia menggerutu kecil, “Ayolah, ini sama sekali tak lucu. Apa gunanya mengurungku bersama orang yang sedang tidur pulas?”

“Eli-ssi, Kevin-ssi, Soohyun-ssi, atau siapapun yang ada dibalik pintu ini,tolong buka pintunya sekarang! Aku tak punya banyak waktu untuk bermain-main seperti ini. Jebalyo..”, kini ia mulai merengek sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar dari dalam. “Please..”

Namun alih-alih membuka pintu kamar, para member UKISS malah menyodorkan selembar kertas kepada Nara dari celah pintu di bagian bawah. Nara melirik ke arah kertas itu dan menatapnya penasaran, “Ige mwoya?”, tanyanya pelan sambil membaca tulisan yang ada di kertas itu.

“Kau mau tahu kebenaran/kebohongan?”

Nara mengernyitkan alisnya dengan heran, “Tentu saja kebenaran”, jawab Nara singkat. Baru saja ia menjawab hal itu, tiba-tiba saja ada selembar kertas lainnya yang masuk dari celah pintu.

“Jika mau mengetahui kebenaran, carilah hal itu di kamar Dongho”

“Heh? Mwoya?“, Nara benar-benar merasa bingung untuk saat ini. Dia melirik sekilas ke seluruh penjuru kamar, tapi dia tak menemukan apapun yang menarik perhatiannya. Akhirnya Nara kembali mendekatkan tubuhnya ke arah pintu dan menggumam pelan, “Jika aku bisa menemukan kebenaran itu, kalian akan mengeluarkan aku dari sini? Sebelum Dongho bangun dari tidurnya”

Selembar kertas kembali masuk dari celah pintu dan bertuliskan “Keuromyo! Tentu saja..”

Dengan terpaksa, Nara bangkit dari duduknya dan beranjak melangkah di dalam kamar Dongho dengan langkah yang sangat hati-hati, seakan ia tak boleh menimbulkan suara sekecil apapun. Nara mulai memeriksa meja belajar Dongho, namun tak ada apapun selain tumpukan buku pelajaran kelas 11 SMA dan beberapa catatan kecil yang bertuliskan schedule UKISS untuk beberapa waktu kedepan.

Nara berbalik ke arah lemari baju, namun langkahnya langsung berhenti saat memikirkan kemungkinan bahwa ia bisa melihat barang-yang-tak-seharusnya-dilihat oleh gadis sepertinya. Maka dari itu ia memutuskan untuk mengurung keinginannya untuk mengecek isi dari lemari Dongho (.__.). Kini ia mengalihkan pandangannya menuju meja kecil dengan cermin yang cukup besar yang ada di sudut kamar. Nara terkekeh pelan saat melihat barisan alat make up yang tertata rapi di atas meja itu.

“Yoksi, kau memang idol yang harus memperhatikan dandanan, Dongho-ya“, bisiknya pelan sambil memperhatikan merk alat make up di depannya. “Aigoo, bahkan akupun tak punya peralatan make-up seperti ini”, ucapnya dengan sedikit keki, merasa harga dirinya sebagai seorang gadis tulen itu sedikit jatuh karena tak memiliki alat make-up yang lengkap seperti Dongho.

“Bagaimana cara memakai ini?”, tanya Nara sambil mengangkat sebuah maskara dan menatapnya dengan penasaran. Ia mencoba membaca petunjuk pemakaian dan mengangguk kecil, “Ahh, ireohke..ireohke..ireohke“, ucapnya sambil mempraktikkan beberapa gerakan sesuai dengan apa yang ia baca di maskara itu.

Akhirnya Nara menegakkan kepalanya dan ganti menatap cermin di depannya, berniat iseng mencoba memakai maskara yang ada di tangannya. Namun matanya langsung membelalak lebar saat melihat benda yang tertempel di sekeliling cermin itu. “Ige..mwoya?”

Di cermin itu terpampang foto Nara yang sedang tertawa lepas bersama Soohyun di kantin sekolah. Ada pula foto Nara saat sedang serius mencatat perkembangan kemampuan para anggota Baseball sekolahnya. “Kapan..aku difoto seperti ini?”, tanyanya tak percaya.

Ia mengerjapkan matanya beberapa kali, masih belum bisa mempercayai bahwa gadis di foto itu adalah dirinya. Kini matanya beralih melihat sebuah kertas kecil yang tertempel di ujung kiri cermin.

“1 tahun lagi, Seoul University. Tunggu aku 😀 Hwaiting!”

Kepala Nara langsung terasa berputar cepat saat memikirkan satu kemungkinan yang ada di otaknya sekarang. “Tidak mungkin jika..”

“Tidak ada yang tak mungkin.”

Tiba-tiba saja suara bernada berat itu langsung terdengar dari arah belakang Nara. Ia langsung tersentak kaget saat melihat sosok Dongho yang terpantul di cermin itu kini tengah duduk bersender di kepala kasurnya dan menatapnya dengan pandangan nanar.

Nara mengelus dadanya dengan penuh rasa terkejut, “Mwoya?! Kau mau membuatku mati karena kaget, hah?”, tanyanya dengan gemas sambil melempar botol cairan pembersih muka ke arah Dongho. Sedangkan Dongho hanya terkekeh kecil dan menangkap botol plastik itu dengan sigap, “Aku baru tahu jika ada orang yang bisa mati karena kaget”, ucapnya lirih dan menaruh botol itu disamping kasurnya.

Nara menggembungkan pipinya karena sedikit sebal tapi tiba-tiba otaknya kembali teringat oleh foto yang menempel di cermin itu. Dalam sekejap, sikap Nara langsung menjadi kikuk dan kaku hingga ia tak bisa mengangkat kepalanya untuk menatap Dongho.

Dongho yang melihat perubahan sikap Nara itu hanya bisa menggaruk kepalanya dengan bingung dan jadi salah tingkah. “Kau..sedang apa dikamarku? Mau mengintipku secara diam-diam, hah?”, tanyanya dan langsung dibalas dengan lemparan botol lainnya dari tangan Nara.

“Membermu yang menarikku kesini secara paksa. Padahal tadi aku hanya ingin berpamitan padamu di depan pint..”

“Pamit? Memangnya kau mau kemana?”, Dongho menyela ucapan Nara dan nada suaranya benar-benar terdengar kaget sekaligus tak percaya.

Nara menghela nafas dalam-dalam sebelum menjawab pertanyaannya, “Kau tahu ‘kan jika aku tinggal terpisah dengan orangtuaku? Ehm, kurasa aku sudah terlalu rindu dengan mereka dan yahh..aku akan pindah ke Jepang, besok.”

“BESOK?!”, Dongho langsung berteriak sebari membelalakkan matanya. “Nara-ya, jangan bercanda! Tak mungkin jika kau pindah besok, itu terlalu mendadak. Lagipula bagaimana dengan Seoul University? Lalu..lalu..”

“Ssst”, Nara mendesis kecil untuk membuat Dongho menghentikan semua pertanyaannya. Kemudian ia menjawab singkat, “Sama seperti yang kau bilang tadi, tak ada hal yang tak mungkin. Nothing is impossible.”

Dongho masih menggerakkan bibirnya tanpa suara, seakan bingung untuk menanggapi ucapan gadis di hadapannya itu. “Kau..serius?”, tanyanya dengan nada hopeless. “Tidak bercanda? Tidak bohong?”

Nara terkekeh kecil dan meraih boneka winnie the pooh yang ada di dekatnya kemudian memeluknya dengan erat. Ia menatap Dongho sambil tersenyum meremehkan, “Apa aku pernah berbohong padamu, Shin Dongho-ssi?”, tanyanya balik.

Dongho menggeleng pelan kemudian mendesah dengan nada berat, “Aiya, kau memang tak pernah berbohong padaku, tapi aku memperbolehkanmu untuk bohong kali ini. Katakan saja bahwa semuanya ini bohong..”

“Baiklah..”, ucap Nara dengan santai dan melanjutkan ucapannya, “Sekarang aku berbohong. Aku tak akan pindah ke Jepang.”

Dongho melempari Nara dengan bantal empuk yang sedari tadi tengah dipeluk olehnya, “Babo! Itu sama saja dengan berarti kau akan berangkat ke Jepang”, serunya dengan nada gemas.

Nara terkekeh pelan dan mengangguk lagi, “Memang kenyataannya begitu. Tak mungkin kau akan menghalangiku untuk pergi ‘kan? Bukankah kau pernah bilang bahwa kau akan selalu mendukungku?”, tanya Nara memastikan, kali ini sambil menatap Dongho yang tengah mengacak-acak rambutnya dengan ekspresi tak percaya. “Iya ‘kan, Shin Dongho-ssi?”

Dongho mengangguk kecil sebari menggaruk pipinya, sedangkan Nara hanya diam membisu sambil memainkan tangan boneka winnie the pooh yang sedang dipeluk olehnya. Sampai akhirnya Dongho menggeser sedikit posisi duduknya di atas kasur, hingga menyisakan sedikit ruang kosong disampingnya. “Nara-ya..”

Nara mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Dongho yang kini sedang menepuk-nepuk ruang kosong yang ada disebelahnya. “Duduk disini”, ucapnya singkat, menyuruh Nara untuk duduk disebelahnya.

“Mwoya? Silreo!“, Nara langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat sebari menyilangkan kedua tangannya di depan dada. “Mau apa kau menyuruhku duduk disana, hah? Kau baru 17 tahun, jangan berpikiran yang macam-macam! Aku ini lebih tua darimu!”, serunya waspada.

Dongho mendengus kecil dan terkekeh, “Memang aku mau melakukan apa, hah? Aku hanya merasa tak enak jika kita mengobrol berjauhan seperti ini”, katanya ringan dan kembali menepuk-nepuk kasur disampingnya. “Mau kesini, tidak?”

“Tidak”, jawab Nara singkat, masih sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. “Tidak akan mau biarpun sampai kiamat datang”

Dongho menggeleng maklum dan akhirnya dia sendiri yang bangkit dari kasurnya untuk beranjak ke arah Nara berada. Namun sebelum ia melangkahkan kakinya, Dongho membuka laci meja yang ada di samping kasurnya dan mengambil sebuah buku yang cukup tebal dengan sampul berwarna coklat di depannya. Nara sedikit membelalakkan matanya saat Dongho mulai melangkah mendekatinya dengan senyum yang agak..menakutkan?. “Ya! Ya! Ya! Mundur! Dongho-ya, kubilang mundur! Ya! Aku bisa karate, biarpun hanya hingga sabuk kuning tapi aku bisa meninjumu! Aku serius, mundur!”

Namun Dongho seakan tuli dengan semua perkataan Nara. Ia tetap melangkah maju mendekatinya dan membuat Nara hanya bisa menutup mata rapat-rapat dengan semua yang akan terjadi selanjutnya.

“Hei..”

Nara mulai membuka matanya dengan sedikit takut-takut saat mendengar suara itu. Dia menatap ke depannya dan tak melihat siapapun disana, kemana Dongho?

“Aku disini”, tiba-tiba saja sebuah tangan menjetikkan jarinya beberapa kali dari samping kanan Nara, seakan-akan mencoba menyadarkan dari kebingungannya. Nara menoleh dan melihat Dongho sudah duduk di sebelahnya dengan santai sambil meluruskan kakinya, “Mau apa kau?”, tanya Nara dengan nada masih sedikit waspada.

Dongho tak menjawab pertanyaan Nara dan menyodorkan buku tebal yang tadi diambilnya dari dalam laci itu kepada Nara. “Ini. Kalau kau benar-benar pindah ke Jepang, bawa buku ini bersamamu”, ucapnya lirih.

Nara menerima buku itu dengan tatapan gamang, “Buku apa in..”

Ucapan Nara langsung terhenti saat ia melihat fotonya yang tengah tertawa lepas sewaktu mata pelajaran olahraga itu menjadi halaman pembuka di balik hard cover buku yang tengah ia pegang. “Hah?”

Seakan tak mempedulikan kebingungan Nara, Dongho membalikkan halaman buku itu ke halaman yang selanjutnya. Semua yang ada di halaman itu makin membuat Nara menganga tak percaya saat melihat  banyak foto dirinya yang dicetak dalam ukuran kecil dan disusun dengan rapi sehingga membuatnya terlihat menarik. “Dongho-ya, neo..”

“Emm..”, Dongho tak merespon ucapan Nara dan masih asyik membalik halaman di buku itu ke halaman yang selanjutnya, semakin banyak foto yang terpampang disitu. Dan yang paling membuat Nara heran, bagaimana bisa ia tak sadar selama Dongho memotretnya seperti ini?

“2 tahun yang lalu..”, tiba-tiba saja Dongho berujar pelan sedangkan tatapan kedua matanya masih tertuju ke buku itu. “..aku melihat seorang gadis yang sedang tertawa bersama kedua temannya di kantin sekolah.”

“Aku bersumpah demi apapun, tapi itu tawa dan senyuman paling manis yang pernah kulihat. Entahlah, kurasa aku merasa bahwa senyuman itu seperti sebuah candu bagiku. Setelah aku melihatnya sekali, aku jadi ingin melihatnya untuk yang kedua kali, ketiga kali, dan hingga saat yang tak terhitung jumlahnya.”

Nara sedikit terhenyak saat mendengar perkataan Dongho. Ternyata benar apa yang teman-temannya katakan, perilaku Dongho kepadanya itu bukanlah perlakuan seorang pria kepada sahabatnya tapi lebih dari semua itu.

Dongho tersenyum kecil saat melihat sebuah foto yang ada di buku itu. “Coba lihat ini..”, ucapnya sambil menunjuk ke satu foto, foto Nara saat dia sedang duduk merenung di sebuah pohon mapple yang ada di sekolahnya. Di telinganya, Nara memakai headset dan tersenyum kecil seakan menikmati lagu yang mengalun dari i-podnya. “..kau sangat manis disini.”

Nara hanya terkekeh kecil dan kemudian menatap foto yang lainnya, “kau berbakat menjadi fotografer”, pujinya dengan maksud untuk mencairkan suasana diantara mereka berdua.

Dongho ikut tertawa dan mengangguk singkat, “kurasa jika karirku di musik sudah berakhir, aku akan menjadi fotografer.”

“Dan jika saatnya itu tiba, kau mau menjadi modelku?”, tanya Dongho, kali ini sambil menatap Nara secara langsung. Nara balas menatap mata Dongho dan langsung merasa seribu keraguan langsung menerjang dirinya.

Mata itu benar-benar mata yang menjanjikan ketulusan dan kesetiaan.

Mata itu seperti mengatakan bahwa ia bisa menjadi pria yang baik untuk Nara.

Mata itu..seperti mata Kyuhyun.

Nara tersenyum simpul dan mengalihkan pandangannya dari tatapan mata Dongho. Ia menutup buku itu dan memasukkannya ke dalam tas slempang yang sedari tadi ia kenakan, “Akan kujaga buku ini baik-baik. Gomawo, Dongho-y..”

“Saranghae“, tiba-tiba saja Dongho menggumam pelan ke arah Nara dan langsung membuat gerakan tangan Nara terhenti di udara. “Jeongmal..jeongmal saranghaeyo”, ulangnya lagi, kali ini dengan nada yang lebih pelan dari sebelumnya.

Nara masih belum berani mengangkat wajahnya dan menatap langsung ke arah Dongho. Tidak, ia benar-benar tak tahu harus berkata apa sekarang!

Di otaknya saat ini masih dipenuhi oleh sosok  ‘kau-tahu-siapa‘! Bagaimana bisa ia memaksakan Dongho untuk masuk ke dalam kehidupannya jika pada kenyataannya, otaknya sama sekali tak bisa memikirkan pria lain selain ‘kau-tahu-siapa‘!

“Kau tahu? Awalnya aku akan mengucapkan kata-kata ini 1 tahun lagi, saat aku lulus dan menyusulmu untuk diterima di Seoul University. Buku itu juga rencananya akan kuberikan nanti, bukan sekarang”, ucapnya sambil melirik ke arah buku yang kini sudah tersimpan di dalam tas Nara. “Tapi aku mengucapkannya sekarang.”

“Aish, aku tahu kau hanya menganggapku sebagai adik atau bahkan sebagai sahabat untuk saat ini. Jadi yahh..aku tak terlalu berharap kau bisa menerima pernyataanku ini sekarang. Aku sudah cukup puas dengan mengatakan segalanya”, lanjutnya lagi. Dongho menekuk kakinya dan kini ia memeluk lututnya, pandangannya masih tertuju ke arah Nara yang masih tak berani mengangkat wajah untuk menatapnya. “Hei, jangan merasa bersalah seperti ini. Santai saja..”

“Mianhae, Dongho-ya“, Nara hanya bisa mengatakan kalimat itu dengan suara lirih. Dongho tersenyum kecil dan menggeleng pelan sebari mengelus kepala Nara dengan lembut, “Gwenchanahayo. Aku tak pernah memaksamu untuk menerima semua ini”, ucapnya mencoba menenangkan perasaan gadis disampingnya.

“Tapi..”, Dongho melanjutkan kata-katanya dengan nada ragu, “..boleh aku meminta satu hal darimu?”

“Hem? Selama aku bisa mengabulkannya, kau bisa meminta apapun dariku.”

Tepat setelah Nara menyelesaikan kalimatnya, Dongho langsung menyenderkan kepalanya di bahu Nara dan berujar pelan, “Jadilah kekasihku, hanya untuk 15 menit saja. Aku tak ingin penantianku selama 2 tahun ini tak berbuah manis sama sekali.”

Nara terhenyak kaget saat kepala Dongho bersender di bahunya, namun tak lama setelahnya ia langsung tersenyum kecil sewaktu mendengar permintaan Dongho. Permintaan yang sederhana namun pasti bermakna besar untuknya. “Keurae, Dongho-ya.”

“Panggil aku Oppa“, tiba-tiba saja Dongho mengucapkan kalimat itu dan langsung membuat Nara meledak dalam tawa. “Oppa mwoya? Kau lebih muda dariku!”

“Umur kita hanya berbeda 358 hari. 1 tahun kurang seminggu. 11 bulan lebih 3 minggu. Palliwa, panggil aku Oppa, aku ini kekasihmu sekarang!” Dongho langsung menggeser kepalanya sehingga ia bisa melihat wajah Nara secara langsung, ia mencubit pipi Nara dengan gemas. “Palliwa..”

“Arayo, arayo. Dongho Oppa“, Nara langsung bergidik geli setelah mengucapkan kata-kata itu, namun ia makin bertambah mual saat Dongho menimpali omongannya dengan ucapan, “Ne, jagiya?”

“YA! Menjijikkan!!”, Nara langsung mendorong kepala Dongho menjauh dari pundaknya dan berkomat-kamit serius seakan ingin mengusir setan untuk pergi jauh darinya. “Ya Tuhan, untung saja aku tak menerimamu sebagai kekasihku, Dongho-ya!”

“Panggil aku Oppa!”

Dalam hati, Nara terkekeh kecil jika memikirkan kemungkinan dirinya dan Dongho berpacaran. Mungkin hari-hari mereka akan dipenuhi oleh pertengkaran mengenai “Panggil aku Oppa!”? Hahaha..

Ah, ngomong-ngomong..bagaimana kabarmu, Kyuhyun Oppa?

 ***

Taipei, Taiwan

“Hancur berantakan!”, Manager itu langsung menggerutu kesal di ruang ganti stasiun TV tempat SJ-M menjalankan schedulenya. “Benar-benar memalukan!”

“Eunhyuk-ah, apa maksudnya kau menggantikan part Kyuhyun di atas panggung tadi, hah? Semua fans menganggap ada yang aneh dengan Kyuhyun sekarang! Dan kau, Kyuhyun-ah, kau seperti orang gila! Kau menari atau melamun di atas panggung, hah?!”

Kyuhyun memejamkan matanya rapat-rapat sebari memijat-mijat keningnya yang seakan berputar hebat dan membuatnya mual dalam seketika. “Jwosonghamnida, hyung”, Kyuhyun hanya bisa mengucapkan kalimat itu dengan lirih.

“Cish!”, Manager itu mendengus keras dan beranjak keluar dari dalam ruang tunggu dengan langkah berat.

Sepeninggalan manager, keenam member langsung berderap mendekati Kyuhyun yang sedang menyender tanpa tenaga ke sofa yang ada di ruang tunggu. Ryeowook langsung memijat pundak Kyuhyun untuk meringankan beban pikirannya sedangkan Henry mengipasi wajah Kyuhyun yang kini benar-benar terlihat pucat pasi.

“Jangan memaksakan diri”, Eunhyuk menepuk kepala Kyuhyun beberapa kali, berniat untuk menenangkannya. Kyuhyun mengangguk kecil kemudian mendongakkan kepalanya, “Mian, hyung. Karena hal tadi, kau jadi dimarahi oleh manager hyung“, ucapnya sungguh-sungguh dan dibalas dengan kibasan tangan Eunhyuk yang seakan mengucapkan ‘tak-apa-apa, santai-saja’.

Zhoumi datang menghampiri Kyuhyun sebari membawa handycam yang tadi ia titipkan pada coordi noona mereka. Dia menimang-nimang handycam itu dan menatap Kyuhyun yang masih duduk bersender di sofa dengan tubuh yang benar-benar lunglai seakan tak bernyawa. “Kui Xian, kau yakin masih bisa melakukan selca ini? Kurasa ini hanya akan membuatmu merasa terbebani.”

Kyuhyun mengerjapkan matanya sebentar dan beralih menatap Zhoumi, “Entahlah..”, jawabnya singkat. “Kurasa aku cukup kuat untuk melawan perasaanku sendiri, tapi kadang-kadang sesuatu dalam diriku seakan mengatakan bahwa aku sangat lemah saat ini.”

BRAK!

Tiba-tiba saja pintu ruang ganti Super Junior M terbuka lebar dan muncul sosok Siwon juga Donghae dari baliknya. Mereka terlihat terengah-engah, nafas mereka memburu. “Kyuhyun! Odi?! Kyuhyun!”, seru Siwon saat baru saja sampai di sana.

Donghae juga terlihat kebingungan mencari Kyuhyun, matanya melirik ke seluruh penjuru ruangan. “Kyuhyun!”

“Em?”, Kyuhyun menggumam pelan sambil mengangkat tangannya dengan lemas. “Aku disini..”

Donghae dan Siwon langsung bergegas menghampirinya dengan langkah tergesa, membuat para member SJ-M langsung bergerak mundur dari sofa tempat Kyuhyun berada karena sedikit takut melihat Siwon dan Donghae yang kini terlihat seperti banteng liar. “Gawat!”, Siwon langsung mengguncangkan bahu Kyuhyun dengan penuh emosi sehingga membuat Kyuhyun hanya bisa oleng di dalam ayunan tangan Siwon.

“Mwohae?“, desis Kyuhyun dengan nada risih karena kedatangan dua membernya ini malah seakan-akan semakin membuatnya tertekan. “Tak bisakah hyung berlaku lebih lembut padaku?”

Donghae tak mengatakan apapun dan langsung mengeluarkan iphonenya, “Kau harus melihatnya sendiri!”, serunya cepat dan kemudian menyodorkan iphonenya yang kini sudah tersambung ke aplikasi twitter.

Kyuhyun menerima iphone Donghae dengan malas, “Mwo? Kau menyuruhku untuk segera mengganti avatarku lagi, hah?”, tanyanya tak peduli. Matanya mulai memperhatikan layar iphone itu dan detik berikutnya ia langsung menganga lebar, “Ige..mwoji?!”

“Ccl_nara : Japan, wait for me! 🙂 Seoul, u’r still the best :)”

“Ccl_nara : @ccl_haejin bukan liburan, onnie -__- pindah. Kkk 🙂 aku jadi warga Jepang nanti *happy*”

“Ccl_nara : @ccl_ririn ne, ne, ne. Aku akan datang nanti ya, umma 🙂 stelah mnyelesaikan urusan yg lain dulu :D”

“Pindah?”, tanyanya dengan nada gamang. Matanya masih menatap ke arah akun twitter milik Nara itu dan makin merasa miris saat melihat satu kata lainnya, “Jepang?”

“Ririn dan Haejin belum memberitahu kabar apapun lagi tentangnya. Mereka berdua sudah menyuruh Nara untuk datang ke apartment Ririn dan menanyakan semuanya lebih lanjut, tapi sampai sekarang Nara belum datang kesana”, jelas Siwon dan makin membuat Kyuhyun menjadi lifeless.

“Kau..tak diberitahu apapun darinya?”, tanya Donghae memastikan. Kyuhyun menggeleng pelan, “Dia tak mengatakan apapun..”, jawabnya lirih.

Tiba-tiba saja Henry membuka suaranya ditengah keheningan ruang ganti itu, “kenapa kau tak mencoba menelfonnya dan menanyakan yang sesungguhnya terjadi?”, ucapan Henry itu bagaikan ide terang dan hampir semua member mengangguk menyetujui idenya.

Namun Kyuhyun malah menggeleng lemah dan mengembalikan iphone itu ke tangan Donghae, “Tidak perlu..”, jawabnya singkat. “Dia tak memberitahuku secara langsung, itu tandanya ia tak mau berhubungan lagi denganku.”

“Jadi untuk apa aku memaksanya untuk menjelaskan persoalan ini padaku?”, ucapannya itu langsung membuat semua member melengos jengkel dengan sifat keras kepala maknae mereka ini. Sungmin mencoba melunakkan pendapat Kyuhyun, “Tapi Kyuhyun-ah, setidaknya kau tahu alasan yang sesungguhnya, ‘kan?”

“Alasan yang sesungguhnya?”, Kyuhyun mengulang perkataan Sungmin sebari menatap pantulan dirinya dari cermin rias di depannya. “Alasan?”

“Tentu saja karena ia membenciku. Memangnya apa lagi?”

 ***

TBC

Okay, to be continued :3

setelah dipikir-pikir, kayaknya di tiap intermission tuh nyeritain tentang selca apa yang Kyuhyun – Nara rekam & 1 orang yang Nara pamitin :3

abis sama Dongho, kira-kira Nara mau pamit sama siapa lagi di intermission berikutnya? 😀 kkk~

tentang twitter  itu, bakal diceritain di next chapt tentang gimana & kapan Nara ngeupdatenya. Just wait and see 🙂

dan WGM 7 itu berarti chapt pas selca Kyuhyun Nara itu ditayangin di TV, jadi untuk sementara..baru intermissionnya yang ditayangin.

Intinya intermission ini sama aja kayak behind the scene’nya 😀

As usual, comment & like are love 😀

(p.s : mari mengobrol bersama di komen 😀

insya Allah sekarang qu bakal nyoba balesin komen dari readers ^^, mumpung masih liburan, kkk~ :3)

thank you 😀