{KyuNara Scene} The Truth (+ WGM #7 PREVIEW)

Haejin_Lee : Nara-ya, besok ke apartment Ririn Onnie, yuk?
Haejin_Lee : Nara-yaaa~
PING!
PING!
Nara_Kwan : Ne~ Ne~ Ne~ jam berapa?
Haejin_Lee : Ya! Kau ini kebiasaan, lama sekali membalas chat’ku~ (>M<)
Nara_Kwan : Aku sedang tidak mood memegang handphone. Eror terus. Sepertinya aku harus ganti handphone (⌣́_⌣̀)
Haejin_Lee : tanganmu memang minus seperti Poppa. Aiya, jinjja~( -_-“)
Nara_Kwan : (-____-). Besok jam berapa, unnie?
Haejin_Lee : sehabis aku selesai syuting saja, sekitar jam 8 pagi. Lagipula katanya Ririn onnie ingin membicarakan mengenai liburan kita bertiga
Nara_Kwan : Jam 8?! Yahh.. (-̩̩̩-͡ ̗–̩̩̩͡ )
Haejin_Lee : Waeyo?
Nara_Kwan : Ada janji dengan Dongho~ promo 0330nya kan sudah selesai d(-_-)b
Haejin_Lee : BATALKAN!
Nara_Kwan : (TT^TT) Onniee~
Haejin_Lee : Kulaporkan pada Kyuhyun, baru tahu rasa kau! o(‾^‾)o
Nara_Kwan : （￣□￣；）Ck~ ara~ ara~ yasudah, besok aku kesana, jam 8. Puas, Lee Haejin-ssi?
Haejin_Lee : Johta~ ~(˘▾˘~) ~(˘▾˘)~ (~˘▾˘)~
Nara_Kwan : Ck~ (¬_¬)–o(✗_✗)
Haejin_Lee : aku syuting lagi (～o￣▽￣)
Nara_Kwan : Onnie, jangan berani sentuh Joongki Oppa. Atau nanti ku (“`з´)_┌┛(‾з‾)ː̖́ kau~
‎​

“Aissh~”, Nara menutup aplikasi BlackBerry Messenger di handphonenya kemudian menaruh Blackberry Bold berwarna putih miliknya itu diatas meja belajar. Ia segera menyenderkan tubuhnya ke bangku empuk yang tengah ia duduki dan tangannya memijat-mijat tengkuk lehernya yang terasa agak kaku karena semenjak 2 jam yang lalu ia terus-terusan berkutat dengan soal di buku TOEFL yang tadi siang ia beli bersama Soohyun dan Jiyoung.

Untuk meneruskan proses seleksinya di Seoul University, para calon mahasiswa harus mengikuti test TOEFL untuk menentukan level kemampuan mereka. Maka dari itu Nara terpaksa berhadapan dengan buku tebal itu, padahal sesungguhnya keinginannya untuk meneruskan level Final Fantasy’nya itu jauh lebih besar dibandingkan untuk sekedar melihat cover buku TOEFL ini. (⌣́_⌣̀)

“Aiyaa~”, rengeknya sambil menjatuhkan kepalanya diatas meja. “Kenapa aku bodoh sekali, sih?”, tanyanya seakan mengutuk dirinya sendiri. “Masa’ iya aku sudah melupakan semua materinya?”

Semenjak 2 jam yang lalu, Nara berhasil menyelesaikan 3 paket latihan di buku tebal itu. Namun hasil dari ketiga latihan itu sama sekali belum ada yang pantas ia sebut sebagai ‘sempurna’. Hal itu tentu saja memalukan untuknya, mengingat bahwa Nara pernah tinggal selama 7 tahun di Los Angeles dan pasti orang lain akan menganga saat dia tak bisa mengerjakan soal itu dengan sempurna.

“Dari 15 soal, hanya betul 10? Aishh, jinjja~”, rutuknya sambil mengetuk-ngetukkan pulpennya ke atas lembaran buku yang ada dihadapannya. “Haaah~”, dia mendesah lagi dengan nafas yang berat. “Sulitnya jadi mahasiswi!”, keluhnya lagi.

Karena tak tahu apa lagi yang harus dia lakukan ditambah dengan otaknya yang terasa akan meledak jika harus menghadapi soal-soal itu, akhirnya Nara memutuskan untuk berhenti belajar dan memilih untuk bersantai di kasur empuk miliknya. “Argh~ sudahlah, pasrah saja (Ｔ▽Ｔ)”, ucapnya ringan, seakan mencoba untuk menghibur dirinya sendiri.

Kini Nara tengah bersandar di kepala ranjang bersprei putih miliknya dan pandangannya telah terfokus lurus ke layar TV plasma yang terpasang di dinding kamarnya. Tangannya sesekali memencet tombol channel, mencoba mencari acara menarik untuk ditonton olehnya. Akhirnya pilihannya terhenti di salah satu channel luar negeri yang tengah menayangkan film “The Lord Of The Ring”.

Beberapa menit berlalu, pandangan mata Nara mulai meredup dan pada akhirnya dia menguap kecil. Biarpun Nara amat tertarik dengan genre film fantasi seperti ini tapi dia sudah menonton film ini nyaris puluhan kali dan itu membuat Nara sedikit bosan. “Hoammmph~”, dia mengerang kecil sambil mengusap matanya yang terasa perih karena ‘dipaksa’ bekerja terus-terusan.

“Jam 9.30 malam?”, ucapnya lirih saat ia mengecek jam dinding di kamarnya. “Hari ini waktu berjalan sangat lambat, ya?”, erangnya sambil menggaruk pipinya dengan heran. Rasanya seharian ini bumi tidak berada pada peredaran rotasi yang seharusnya, entahlah..semuanya terasa amat sangat lambat. Atau itu hanya perasaannya saja? (∪ ◡ ∪)

Setelah mematikan TV, Nara memutuskan untuk tidur. Toh besok dia masih harus memikirkan registrasi ulang untuk ke Seoul University. Masih ada banyak persyaratan yang harus dia lengkapi dan itu harus Nara lakukan seorang diri, tanpa bantuan siapapun. Karena hanya dia sendiri yang ada di rumah megah ini, tak ada yang lain.

“Aigoo~”, Nara menepuk pipinya dengan cepat dan menggumam yakin, “Ayolah, Kwan Nara! Kau gadis yang tangguh! Kau sudah dewasa! Kau bisa melakukan segalanya seorang diri! Hwaiting~”.

Selanjutnya ia mulai mematikan beberapa lampu besar dikamarnya dan hanya lampu di meja belajarnya saja yang dibiarkan menyala. Ia mulai berbaring dan mencari posisi yang nyaman untuknya namun tiba-tiba matanya terpaku ke 2 buah handphone miliknya, Blackberry Bold putih dan LG Lollipop merahnya.

Sudah hampir seminggu ini handphone LG Lollipop miliknya sama sekali tak berdering biarpun hanya untuk sekali. Yah, bukan karena alasan tak ada yang sudi untuk menelfonnya, tapi karena handphone itu hanya Nara khususkan untuk satu nomor. Nomor handphone pria itu. Hanya dia.

Kini tangan Nara meraih LG Lollipop miliknya itu dan mengetikkan satu SMS :

To : Master Of Evil
Jangan tidur terlalu larut dan jangan makan junk food terus-terusan.

Kau tahu? Badanmu sudah menyerupai hulk (¬_¬)

SENT

Okay, Nara tak berharap bahwa pria itu akan membalas SMS darinya. Ia sama sekali tak berharap banyak. Entah sejak kapan, Nara sudah lelah berharap untuknya.

Baru saja saat Nara akan memejamkan matanya, tiba-tiba ia teringat akan satu hal. “Aiyaa..”, serunya sambil menepuk dahinya dengan kencang, “Aku harus memberitahunya!”

Tangannya kini mengambil handphone Blackberry Bold putihnya dan segera mengetikkan 1 SMS :

To : Dongho
Mianhae, sepertinya besok aku tak bisa menemanimu mencari kado untuk Umma’mu, Dongho-ya (⌣́_⌣̀)

SENT

Tak sampai hitungan menit, handphone Nara bergetar kecil, menandakan ada SMS yang masuk.

From : Dongho
Waeyooo? (-̩̩̩-͡ ̗–̩̩̩͡) padahal aku sudah minta ijin ke para hyungdeul untuk besok (Ｔ^Ｔ)

To : Dongho
Aaa, jinjjayo?（￣□￣;） Baiklah, mungkin aku bisa menemanimu sehabis menyelesaikan urusanku dahulu.

Gwenchanha? (●＾ω＾●)

SENT

From : Dongho
Arasseo. Nanti kujemput kau, ya 🙂

Nara menghembuskan nafasnya dengan berat saat dia telah mengirimkan SMS itu.

Bukankah seharusnya SMS ini dilakukan oleh orang yang tengah berpacaran? Apakah wajar jika orang yang sedang berpacaran itu hanya sekedar saling menanyakan kabar dengan kalimat singkat dan hanya dijawab dengan “Ne” atau “Arasseo”?

Nara merasa kesal pada Kyuhyun, itu benar.
Nara merasa lelah dengan Kyuhyun, itu sudah pasti.
Sejujurnya, sosok tangguh yang diperlihatkan oleh Nara selama ini bukanlah sifat sesungguhnya.
Nara bukan gadis yang secuek itu.

Dia tetap menginginkan Kyuhyun bisa memperlakukannya seperti para pria yang memperlakukan kekasihnya dengan penuh sayang. Sungguh, Nara benar-benar iri setiap kali melihat Haejin – Donghae yang selalu menyempatkan waktu untuk saling menelfon atau melihat Ririn – Siwon yang saling mengucapkan ‘selamat pagi~’ di tiap awal hari yang mereka lalui.

Sedangkan Nara?

Nara mengirimkan satu SMS untuk Kyuhyun di hari Minggu dan mungkin akan dibalasnya pada hari Kamis mendatang. Itupun hanya dibalas oleh kata-kata yang amat singkat darinya. “Ne” atau “Jangan khawatir..”

Maka dari itu, jangan salahkan ia jika kini ia merasa lebih nyaman bersama Dongho. Setidaknya Dongho selalu bisa menyediakan waktu untuknya dan siap berada di situ kapanpun Nara membutuhkannya. Biarpun Nara tahu bahwa Dongho sibuk dengan berbagai kegiatan promosi albumnya tapi ia selalu bisa membalas SMS Nara dengan cepat, setidaknya Nara tak harus menunggu waktu sampai 4 hari untuk mendapatkan balasan darinya.

Okay, mungkin hal itu terdengar amat childish.

Mungkin bagi kalian yang mendengarnya, kalian akan menganggap bahwa Nara sangatlah kekanakkan karena tak bisa memaklumi kesibukan Kyuhyun..

Mungkin kalian akan menganggap bahwa Nara telah bertindak jahat karena telah berpikiran seperti ini disaat Kyuhyun tak ada disampingnya..

Mungkin kalian menganggap bahwa cinta Nara untuknya bisa terkikis hanya karena alasan jarak yang memisahkan mereka berdua..

Mungkin kalian menganggap Kyuhyun sungguh malang karena menjadikan gadis labil ini sebagai kekasihnya sedangkan banyak ratusan atau bahkan ribuan gadis yang mengantri hanya untuk bersalaman dengan Kyuhyun..

Tapi bagaimana jika kalian yang kini berada di posisi Nara sekarang?
Apa yang akan kalian pikirkan?

Jangan berpura-pura dengan mengatakan bahwa kalian akan menerima hal itu dengan lapang dada dan mencoba memaklumi kesibukannya. Tidak, itu benar-benar mustahil. Mungkin pada awalnya kalian bisa berpikir untuk memakluminya, tapi lama kelamaan hanya akan ada rasa muak yang seakan membuatmu menyesal pernah berada di cerita cinta ini. Itulah yang Nara alami sekarang.

Sesungguhnya kenyataan itu tak semudah segala hal yang terjadi dalam sebuah cerita. Di dalam cerita, mereka bisa mengatakan bahwa seorang gadis akan setia menanti kedatangan kekasihnya asalkan hati mereka tetap terhubung oleh satu hal bernama cinta.

Tapi di dalam kenyataan, apakah ada hal yang absurd seperti itu?

Jack – Rose? Oh, ayolah..kisah cinta mereka dipertemukan oleh dasar perselingkuhan Rose dari tunangannya yang overprotektif. Orang-orang selalu menganggap kisah cinta mereka amatlah manis dan mengharukan, tapi bukankah ada sebuah cerita kelam dibalik kisah cinta yang manis itu? Kisah tentang pengkhianatan dan rasa sakit?

Romeo – Juliet? Ah, sama sekali tidak. Di otak Nara, itu amatlah menjijikkan. Mereka bilang bahwa Romeo rela mati untuk Juliet, begitupun sebaliknya. Tapi kenyataannya? Dibalik cerita itu ada ketidaksamaan dalam perasaan mereka berdua. Romeo menganggap Juliet sudah meninggal tapi kenyataannya tidak. Romeo menyusulnya dengan meminum racun. Juliet yang sadar dari mati surinya dan menemukan Romeo tergolek tak berdaya disisinya pun langsung histeris dan memutuskan untuk menyusulnya.

Apakah itu yang disebut dengan ‘cinta sejati’?
Cinta sejati Jack – Rose yang dimulai dari hubungan terlarang..
Cinta Romeo – Juliet yang terjadi akibat salah paham dan tindakan gegabah dari keduanya..

Nara tak butuh kisah cinta sehidup semati.
Nara tak butuh kisah cinta semanis madu.

Nara hanya menginginkan kisah cinta yang selayaknya dirasakan oleh remaja seusianya. Perhatian saja sudah cukup, karena ia tahu bahwa Kyuhyun tak akan pernah membawanya ke taman bermain dan menggandeng tangannya dengan leluasa. Nara paham akan hal itu, amat paham.

“Ah, keurae..Sungminnie Oppa“, ucapnya lirih sambil kembali mengambil Blackberry Boldnya dan mengetikkan 1 SMS :

To : Ming Oppa
Oppa, maaf mengganggumu. Apa kalian sedang ada jadwal untuk hari ini?

SENT

Nara berpikir bahwa Sungmin tak akan membalas SMSnya dalam jangka waktu yang singkat karena Kyuhyunpun masih belum membalas SMS darinya. Lagipula bukankah mereka berada di satu grup sekarang? Jadi mereka pasti menjalani satu schedule bersama-sama kan?

DRRTT..DRRRTT..

“Eh?”, Nara hanya bisa menganga heran saat melihat layar handphonenya berkerlip dan menunjukkan ada satu SMS di inboxnya.

From : Ming Oppa
Aniya, gwenchanha. Kami sudah pulang schedule semenjak 3 jam yang lalu. Waeyo, Nara-ya?

To : Ming Oppa
Ah~ keuraeyo? Oppa, aku ingin bertanya sesuatu, tapi jangan beritahukan apapun padanya. Yaksokhae?

SENT

From : Ming Oppa
Tentang Kyuhyun? Dia sedang menonton TV

To : Ming Oppa
Handphone LG Lollipopnya ia simpan dimana?

SENT

From : Ming Oppa
Disampingnya. Handphone LGnya ia simpan di atas sofa. Waeyo, Nara-ya?

Disampingnya? Dan sampai sekarang dia belum membalasnya? Sebenarnya apa yang sekarang sedang dipikirkan si bodoh itu?! Sebegitu susahnya’kah untuk mengetikkan kalimat, “Mwoya?! Kau mengataiku seperti Hulk, hah? Kalau begitu, kau adalah Putri Fiona, Kwan Nara-ssi!”

Sebegitu susahnyakah bagi Kyuhyun untuk sedikit membalas perhatian darinya?

To : Ming Oppa
Gwenchanhayo, Oppa. Hanya ingin bertanya saja 🙂 Oppa, jangan terlalu kelelahan, ya. Sampaikan salamku pada member lainnya. Hwaiting~!

SENT

“God..”, Nara langsung mendesah dengan berat dan segera mematikan handphone Blackberrynya. Dia memeluk lututnya dan menundukkan kepalanya dalam-dalam, mencoba mencegah air matanya jatuh hanya demi seorang pria bodoh yang sama sekali tak memikirkannya itu.

Pandangannya beralih ke handphone LG Lollipopnya yang masih tergeletak di atas kasurnya. Pandangan matanya sama sekali tak fokus ke arah manapun. “Nara-ya, sadarlah..”, ucapnya sambil memijat keningnya yang tiba-tiba terasa berputar cepat dan membuatnya mual seketika.

Detik berikutnya, Nara bangkit dari kasurnya dan beranjak ke arah balkon kamarnya sambil membawa handphone LG lollipopnya. Dia duduk dengan bersandar ke pagar balkon, kepalanya mendongak ke atas dan memperhatikan ribuan bintang yang berkerlip indah di susunan galaksinya.

Nara sudah gila.

Sejak kapan ia mempermasalahkan mengenai hal sepele seperti ini? Geez! Ayolah, di dunia ini masih ada banyak hal yang dapat ia tangisi selain pria itu. Masih ada banyak orang kelaparan dan korban perang di seluruh dunia, tapi kenapa ia malah menangis demi pria bodoh yang selalu sok sempurna itu?

Akhirnya dia bangkit dari duduknya dan kini tengah berdiri dengan lunglai di sekeliling pagar balkon. Angin dingin mulai menghembuskan juntaian rambut panjangnya dan seakan membuat Nara merasa bahwa semakin angin itu berhembus maka mungkin saja ia bisa terdorong jatuh ke bawah dari balkon ini karena tenaganya seakan terkuras habis, hanya karena memikirkan pria itu.

Tangan kanan Nara yang tengah menggenggam handphone itu kini terjulur keluar dari batas pagar balkon, hingga kini handphone itu tergantung bebas di ruang kosong. “Jinjja..”, ucapnya lirih, “..Jangan salahkan aku, Cho Kyuhyun-ssi”.

Genggaman tangan Nara terlepas dan detik berikutnya terdengar suara yang seakan membuat hatinya mencelos dalam. Handphone itu sudah terbagi ke dua bagian, flip dan keypadnya sudah terpisah. Mungkin..sama seperti keadaan hati dan otaknya yang kini sudah tak bisa dijadikan satu sarana berpikir yang utuh.

Nara berbalik menuju kamarnya dan menghela nafas sejenak sebelum akhirnya menutup jendela balkonnya itu rapat-rapat. “Aku bisa. Aku bisa tanpanya..”

Karena Kwan Nara adalah gadis yang tangguh ‘kan?

***

Taipei

From : K.Nara
Handphone LG Lollipopnya ia simpan dimana?

Sungmin melirik ke arah Kyuhyun yang tengah duduk di sofa yang menghadap langsung ke arah TV bersama dengan Eunhyuk, Zhoumi dan Henry yang juga asyik menonton pertandingan Liga Inggris. Pertama-tama, Sungmin mengecek ke kamar Kyuhyun dan membongkar isi tasnya. Tapi disana hanya ada IPhone dan IPodnya. Tak ada handphone LG Lollipop disitu. Berarti satu-satunya tempat yang memungkinkan adalah..

“Kyuhyun-ah, dimana LG Lollipopmu?”, tanya Sungmin singkat dan segera dijawab oleh tangan Kyuhyun yang terangkat ke atas, ada benda mungil berwarna biru di dalam genggamannya.

Sungmin mengangguk paham dan segera membalas SMS dari Nara.

To : K.Nara
Disampingnya. Handphone LGnya ia simpan di atas sofa. Waeyo, Nara-ya?

SENT

Sejujurnya, Sungmin sudah merasakan hal yang kurang mengenakkan saat Nara menanyakan hal ini. Apalagi selama ini hanya Sungminlah satu-satunya member yang biasa Nara jadikan sebagai tempat curhatnya mengenai Kyuhyun. Dan Sungmin merasa bahwa ada yang aneh dengan pertanyaan dari gadis itu.

Sungmin langsung berderap ke depan sofa dan mengambil handphone LG Lollipop biru milik Kyuhyun itu tanpa basa-basi. Kyuhyun sedikit heran dengan kelakuannya, “Hyung, apa yang kau lakukan?”, tanyanya sambil berusaha mengambil handphonenya dari tangan Sungmin.

“Nara mengsms’mu ‘kan?”, tanya Sungmin sambil membuka folder inbox dan melihat nama Nara tertera disana. Kyuhyun mendengus kecil dan langsung terlihat malas membahas hal itu, “Dia melapor lagi padamu, hyung? Cish, gadis manja..”

Sungmin memperhatikan isi sms itu, “Kau sudah membuka sms’nya? Tapi kenapa tak kau balas, hah?”, tanya Sungmin dengan agak geram. Eunhyuk dan Henry yang ada di samping mereka berdua pun kini terlihat sedikit ketakutan saat melihat aura peperangan dari keduanya. Sedangkan Zhoumi lebih memilih untuk mundur dari tempat itu dan beranjak menuju kamarnya. Ryeowook yang tadi asyik bereksperimen di dapur, tiba-tibe sudah datang menghampiri mereka semua dengan wajah heran, “Waeyo?”, tanyanya dengan wajah polos.

Zhoumi keluar dari kamar dan langsung menarik tangan Ryeowook untuk ikut masuk kedalam kamar dengannya, “Jangan berisik, Li Xiu. Kau tak boleh jadi korban pertumpahan darah itu”, bisik Zhoumi sambil tetap mendorong tubuh Ryeowook.

“Hyung, aku malas membahasnya. Lagipula isi SMS nya itu tak ada satupun yang berisi hal yang harus kujawab ‘kan? Ayolah, hyung..jangan membesar-besarkan masalah ini”, ucapnya dengan nada jengah. Memang akhir-akhir ini mood Kyuhyun sedang dalam keadaan drop, dan jika Sungmin terus-terusan mendesaknya seperti ini maka ia yakin bahwa mungkin saja emosinya bisa meledak sebentar lagi.

DRRTT..DRRTT..

From : K.Nara
Gwenchanhayo, Oppa. Hanya ingin bertanya saja 🙂 Oppa, jangan terlalu kelelahan, ya. Sampaikan salamku pada member lainnya. Hwaiting~!

Sungmin sadar bahwa berbicara dengan Kyuhyun itu hanya akan membuang waktunya karena maknaenya itu pasti akan tetap kukuh pada pendiriannya. Maka ia lebih memilih untuk menelfon Nara dan mencegahnya supaya gadis itu tidak berbuat gegabah. Biarpun kelihatannya tegar, tapi Sungmin paham bahwa Nara itu gadis yang sangat rapuh jiwanya. Setidaknya itulah yang dapat ia simpulkan setelah menjadi ‘kakak angkatnya’ selama 3 tahun ini.

Namun saat ia telah menelfonnya, yang ia dapatkan hanyalah suara sapaan operator yang mengatakan bahwa handphone Nara sudah tidak aktif.

Gadis itu..sudah kembali terjatuh.

***
Keesokan harinya, Seoul, 5AM KST

“Eung~”, Nara mengusap matanya perlahan saat mendengar suara derap yang bergema di dalam rumahnya. “Mwoya?”, desisnya lirih sambil berusaha bangkit dari tidurnya sebari mengumpulkan kesadaran jiwanya yang telah melanglang buana ke dunia mimpi.

Nara masih duduk di pinggir kasurnya dan menguap lebar sambil sesekali menggaruk kepalanya hingga membuat tatanan rambutnya semakin berantakan. Telinganya masih mendengar suara derap itu, tapi rasanya ia terlalu malas untuk mengecek apa yang sedang terjadi di bawah. Namun karena sedikit khawatir bahwa ada pencuri yang masuk ke dalam rumahnya, akhirnya Nara memastikannya dengan beranjak bangun dengan lunglai dari kasurnya.

“Guk..Guk!”, tepat saat Nara membuka pintu kamarnya, tiba-tiba Nara melihat seekor anjing mungil berwarna coklat yang langsung naik ke pelukannya dengan manja. Nara sedikit terhenyak saat menyadari keberadaan anjing itu, “CC?!”, tanyanya tak percaya.

CC, anjing berwarna coklat peliharannya itu sudah ia titipkan semenjak 3 tahun lalu di Jepang pada Ayah dan Ibunya karena Nara tak yakin bisa mengurusnya dengan baik seorang diri. Tapi kenapa anjing ini ada disini?! Bagaimana caranya dia bisa datang dari Jepang ke Korea?

“Nah, taruh disitu. Iya, disitu”, suara halus namun berkesan tegas itu langsung terdengar jelas di telinga Nara. Nara hanya bisa menganga lebar saat memikirkan sosok seseorang yang memiliki nada suara seperti itu.

Dengan masih menggendong CC, Nara langsung berderap menuruni tangga menuju lantai 1 dan langsung terkejut saat melihat puluhan box besar dengan berbagai label merk terkenal itu sudah berada di ruang tamunya, ditambah lagi dengan 3 buah koper bermerk Gucci, brand kesukaan dari orang yang sangat Nara kenali. “MOMMY?!”, teriak Nara sambil menuruni tangga dan segera berderap menuju sosok wanita itu.

Wanita yang dipanggil Mommy oleh Nara itu langsung menoleh cepat dan tersenyum lebar sambil merentangkan tangannya lebar-lebar, “Aigoo~ anakku sudah dewasa”, ucapnya senang sambil mengeratkan pelukannya pada tubuh Nara yang juga tengah memeluknya dengan erat dan seakan tak ingin melepaskannya.

Nara langsung terisak hebat saat ia berada di pelukan ibunya, rasanya seakan-akan dia menemukan kembali tempat penuh kehangatan yang paling ia butuhkan saat ini. Apalagi setelah kejadian kemarin, rasanya Nara mulai depresi. Untungnya kini Ibunya datang, seakan-akan dialah jawaban dari semua doanya pada Tuhan.

“Kau merindukanku, hm?”, tanyanya sambil mengelus kepala Nara dengan lembut. Nara mengangguk di dalam dekapan Ibunya, “Sangat..”, jawabnya sambil mengangguk kecil.

“Nona mungil?”, tiba-tiba suara bernada berat itu terdengar dari arah pintu depan. Nara langsung melongok cepat dan senyum langsung terkembang di bibirnya, “Joomin Ahjusshi!!”, teriaknya semangat sebari berlari untuk memeluknya.

(Sedikit kisi-kisi tentang keluarga Nara, bisa dibaca di [KyuNara Scene] Irreplaceable)

Lee Joomin, kepala pelayan dari keluarga Kwan itu memang sudah mengabdi pada mereka semenjak generasi pendahulu keluarga Nara sekarang. Jadi wajar saja jika Nara menganggapnya sebagai pamannya sendiri. “Ahjusshi, bogoshipoyo!!”, rajuknya manja sambil tetap memeluk pinggang Joomin dengan manja. Joomin tertawa kecil dan menepuk punggung Nara dengan akrab, “Sudah lama saya tidak bertemu dengan Nona Mungil. Anda sudah dewasa”, ucapnya dengan sedikit rasa haru karena melihat pertumbuhan Nara.

Nara menggembungkan pipinya dengan ekspresi sebal, “Ahjusshi~ aku sudah dewasa, jadi berhenti memanggilku Nona Mungil lagi”, ucapnya. Joomin langsung menggeleng, “Andwaemida. Saya sudah mengabdi pada keluarga Kwan semenjak generasi kakek anda, Nona Mungil. Bagi saya, anda tetaplah Nona Mungil dan beliau adalah Nona Soohyun”, balasnya sambil menunjuk ke arah Ibu Nara dengan penuh rasa segan.

“Mwoya?! Nona Soohyun? Cish~ Ahjusshi, Mommy itu sudah tua. Jika kau terus-terusan memanggilnya Nona, maka sampai kapan Mommy akan sadar bahwa dia itu sudah tua? Ayolah, Ahjusshi..kadangkala kejujuran itu sangat diperluka..AAWWW!!”, keluhan Nara itu langsung terputus saat sepatu high heels dengan merk ternama itu mendarat mulus di kepalanya.

Nara langsung menoleh kebelakang dan mendelik tajam ke arah Ibunya, “MOMMY!!”, teriaknya kesal sedangkan Soohyun hanya terkekeh kecil. “Lainkali jika ingin membicarakan orang lain, maka kecilkan suaramu, Ra-ya”, ucapnya santai.

“Ck~”, Nara mendecak kesal sambil mengelus kepalanya. “Lemparan sepatu Mommy memang paling akurat sedunia”, desisnya pelan saat menyadari bahwa jarak mereka berdua terpaut sekitar 10 meter. ƪ(‾ε‾“)ʃ.

Jadi sekarang kalian tahu darimana Nara mewarisi bakat ‘sepatu terbang’nya? ~(‾⌣‾~) (~‾⌣‾)~

Setelah perbincangan tak tentu arah, akhirnya kini Nara dan Ibunya, Soohyun, tengah menikmati sandwich daging asap yang telah disiapkan oleh Joomin. Nara mengunyah potongan terakhir sandwich itu dengan nikmat, “Woaaah~”, ucapnya puas saat isi piringnya telah tandas. “Aku kangen makanan yang layak seperti ini~”, lanjutnya sambil mengelap mulutnya dengan tissue.

Soohyun menatap anaknya itu dengan prihatin, “Memang selama ini kau sarapan dengan apa, Ra-ya?”.

“Ramyeon?”, jawabnya ringan dan tertawa saat melihat Ibunya menganga tak percaya, “Ahaha~ Mommy, look at yourself. Oh my God, of course not. Aku masih bisa makan sereal ‘kan? Paling-paling aku makan ramyeon saat keadaan mendesak saja. Yah, contohnya akhir bulan~”, jelasnya mencoba meyakinkan Ibunya itu.

Soohyun menghela nafas lega, “Mommy kira kau benar-benar makan ramyeon terus-terusan”, katanya dan dibalas dengan cengiran dari bibir Nara.

“Where’s Daddy?”, tanya Nara singkat dan membuat Soohyun agak kelimpungan saat mengunyah sandwichnya. Nara menyipitkan matanya curiga saat melihat gelagat Ibunya, “Mommy, jangan bilang kau kesini karena sedang bertengkar dengan Daddy (-’_’-)?”

“Tidak~ hubungan kami tentu saja harmonis. Daddy..sibuk dengan tender’nya”, jawab Soohyun setelah bisa menenangkan dirinya dengan segelas air putih dan membuat Nara menghela nafas lega. “Mommy hanya ingin menjenguk putri Mommy satu-satunya. Apakah aku dilarang untuk melakukannya?”, tanyanya dengan nada agak berat.

Nara langsung merasakan aura tak mengenakkan mengenai kelanjutan pembicaraan ini. Jangan sampai Ibunya ini mengingat tentang kematian Kakaknya 8 tahun yang lalu, tidak..setidaknya jangan sekarang dan jangan disini. Karena Nara tak akan tahan melihat ia menangis karena mengingat Seunghwan, kakaknya. Nara pasti akan ikut menangis histeris melebihi apapun.

“Ah~ Mommy!”, ucap Nara sambil menepukkan tangannya dengan semangat, mencoba mengalihkan perhatian Soohyun. “Apa isi dari boks itu?”

Soohyun menoleh ke arah beberapa boks yang tadi sengaja ia bawa dari Jepang dan kemudian langsung tersenyum lebar, “Ini..”, dia bangkit dari kursi meja makan dan membuka satu boks yang berukuran sedang, “..DRESS!!”. Soohyun mengangkat sebuah gaun berwarna putih yang terlihat sangat elegan dan langsung membuat Nara menganga. “What the..”

Soohyun berpindah ke boks yang berukuran lebih kecil dan membukanya penuh semangat, “HIGH HEELS!!”, ucapnya sebari mengacungkan high heels berwarna perak mengkilat dan tak mempedulikan ekspresi wajah Nara yang terlihat memucat. “Mommy..”

“One Left! Just wait a minute~”, ucapnya sambil membuat gesture seakan menyuruh Nara untuk menunggu. Nara hanya bisa merengek dan menunjukkan ekspresi whining‘nya, “Mommy..”

“JENG JENG JENG!!”, Soohyun membuka satu kotak terakhir yang berukuran paling besar dan didalamnya langsung terpampang sebuah benda yang membuat Nara menganga lebar, “IGE MWOYA?!!”.

Di dalam kotak itu terpampang sebuah patung lilin Kyuhyun yang tengah mengenakan jas berwarna hitam dan tangannya sedang berkacak pinggang. Sungguh, jika bukan karena diberitahu oleh Ibunya, Nara akan menganggap bahwa patung lilin itu adalah Sosok Kyuhyun yang sesungguhnya karena semuaaa bagian tubuh yang ada di patung itu 100% MIRIP dengan sosok Kyuhyun yang asli! Mulai dari tinggi badan, tekstur tubuhnya, tatanan rambutnya, wangi parfumnya, bekas luka jahit ditangan kanannya, bahkan smirk dengan kesan evil itupun sangat terlihat sama dengan yang sesungguhnya.

“Mommy, apa-apaan ini?!”, tanya Nara sambil memperhatikan patung itu dengan sungguh-sungguh, masih merasa takjub.

“Hadiah”, jawab Soohyun singkat dan langsung merangkul bahu Nara dan ikut memperhatikan patung Kyuhyun. “Daddy sudah mengatakan segalanya. He’s your boyfriend, right?”, tanya Soohyun dengan nada jahil dan membuat wajah Nara memerah. “Eung~”, Nara hanya bisa mengangguk kecil menjawabnya. Aish~ biarpun kemarin ia telah membuang handphone LG Lollipop itu, tapi status mereka berdua masih sepasang kekasih ‘kan?

“Bahkan saat Mommy memesan patung ini, pematungnya pun langsung mengenalinya. Aigoo~ berarti dia sangat terkenal, ya?”, gumam Soohyun, seakan lebih ditujukan pada dirinya sendiri. Nara hanya bisa diam, memikirkan kemungkinan bahwa Ibunya akan bertanya..”Lalu kenapa kau tak mengenalkannya pada Mommy?”

Aishh~ benar-benar ditanyakan?!（￣□￣；）

“Rencananya aku akan mengenalkannya pada Mommy dan Daddy sebentar lagi, tapi ternyata kalian sudah mengetahuinya duluan. Sorry“, ucapnya sungguh-sungguh. Soohyun mengelus punggung anaknya itu dengan lembut, “It’s okay. Bisa dimaklumi. Remaja seusiamu memang memiliki banyak rahasia, tak apa”, jawabnya penuh rasa toleran.

Nara tersenyum kecut dan menatap Soohyun dengan penuh harap, “Sooorry~“, ulangnya lagi sambil mengatupkan kedua tangannya dan bergaya aegyo. Salah satu cara untuk membuat Ibunya tak tega untuk memarahinya. Dan cara itu masih ampuh, buktinya kini Soohyun hanya bisa mencubit pipi anaknya itu dengan gemas. “Arasseo. Kau dibebaskan dari hukuman”, kata Soohyun dan membuat Nara kembali memeluknya penuh sayang.

DRRRTT..DRRRTT..

Handphone Blackberry Bold milik Nara bergetar diatas meja makan, Nara segera melepaskan pelukannya dan bergegas mengecek pesan yang masuk. Ternyata dari Blackberry Messengernya.

Ririn_Park : Kalian berdua jadi ke apartemenku, tidak? (-’_’-)
Haejin_Lee : OTW~ (～o￣▽￣)
Ririn_Park : Nara-ya?

Nara melirik ke arah jam dinding yang tergantung di ruang tamu, “Setengah 8?!”, desisnya tak percaya. Sejak kapan waktu berlalu begitu cepat?

Nara_Kwan : Aku mandi dulu. ƪ(..•͡˘_˘ •͡..)ʃ

Nara bergegas naik ke lantai 2 dan segera mengambil handuk yang tergantung di belakang pintu kamarnya, “Mommy, hari ini aku mau ke rumah teman. Ada urusan”, ucapnya dari lantai 2. Soohyun menengadah saat berbicara dengan anaknya itu, “Lama?”

“Kuusahakan secepat mungkin”, sahutnya sebelum ia masuk ke dalam kamar mandi dan terdengar guyuran air dari dalamnya, sepertinya Nara sudah mulai mandi.

Sementara itu, Soohyun berjalan anggun menuju tasnya yang ia letakkan di meja makan. Dia mengambil sekeping CD yang ia letakkan di ruangan khusus di dalam tas guccinya. “Joomin..”, panggilnya dan beberapa detik kemudian, Joomin sudah berada di hadapannya. “Ya, Nona Soohyun?”

Soohyun memberikan CD itu pada Joomin dan berujar pelan, “Nara harus melihat isi dari CD ini, bagaimanapun caranya. Dan jangan sampai dia tahu bahwa ini adalah pemikiranku. Paham?”. Joomin menerima CD itu dan mengangguk patuh, “Ya, Nona. Saya mengerti”, ucapnya dan beranjak pergi meninggalkan Soohyun yang kini sedang sibuk menekan beberapa angka di handphonenya. Beberapa lama kemudian, telefon itu tersambung pada seseorang di suatu tempat, “Xao Yuan..”

“Lakukan tugasmu dan pastikan dia menonton isi dari CD itu. Kau paham, Xao Yuan?”

***

Japan, 2 weeks ago..

Soohyun yang baru saja pulang dari Paris dalam rangka memenuhi undangan fashion show dari desainer ternama yang ia kenal itu, kini sedang duduk di ruang kerja HyonSaeng, suaminya. Biarpun tinggal di rumah yang megah dan dipenuhi oleh banyak pelayan, namun Soohyun melarang pelayannya itu untuk masuk ke dalam ruang kerja Suaminya karena ruangan itu khusus selalu dibersihkan olehnya sendiri. Anggap saja sebagai sedikit rasa bakti pada suaminya.

Begitupun hari ini, Soohyun masih asyik membereskan meja kerja suaminya. Namun ada yang sedikit berbeda saat ia sedang membersihkan isi laci meja kerjanya, ada sekeping CD yang baru kali ini ia lihat.

CD itu polos, tanpa ada nama apapun diatasnya.

Karena didorong oleh rasa penasaran, akhirnya Soohyun menyetel CD itu di DVD Home Theatre yang ada disitu. Dan Soohyun hanya bisa mengernyit saat melihat tanggal pembuatan video itu, “3 Februari? Saat itu aku sedang di Bali ‘kan?”, gumamnya pelan. Berarti video di dalam CD ini dibuat saat dirinya tengah tak berada di Jepang.

Hal pertama yang bisa Soohyun lihat adalah, seorang pria yang terbaring di kasur yang ia yakini adalah salah satu kamar tamu di rumahnya. Pria itu masih muda dan biarpun ia tengah tertidur namun Soohyun bisa melihat gurat yang menunjukkan ketampanan wajahnya. Tapi pertanyaannya sekarang adalah, “siapa dia?”

Detik setelahnya, pria itu terbangun dan sepertinya kelihatan linglung untuk sejenak. Soohyun masih memperhatikan video itu dengan seksama dan matanya membulat saat melihat seorang gadis dengan baju transparan dan memperlihatkan lekuk tubuhnya dengan jelas itu berjalan ke arah sang pria.

Beberapa menit setelahnya, video itu diisi oleh perbincangan kaku antara sang pria dengan si wanita. Hingga akhirnya sang wanita dengan berani merengkuh leher sang pria dan segera mencium bibirnya dengan penuh nafsu, “Hanya untuk malam ini dan kau bisa kembali kepada kekasihmu dengan wajah tanpa dosa. Hanya untuk malam ini..”, ucap wanita itu disela ciuman mereka. Dan entah bagaimana caranya, sang pria terlihat goyah dengan pendiriannya dan akhirnya malah membalas ciuman dari wanita itu kemudian..

PPATTS!

Video itu berhenti sampai disitu. Tak ada kelanjutan dari segala hal yang terjadi di dalam situ. Soohyun masih merasa bingung, untuk apa suaminya menyimpan video seperti ini?

Namun Soohyun merasa bahwa ada semacam naluri yang bergejolak didalam dadanya saat melihat video itu. Naluri..seorang Ibu? Dan yang ada dipikirannya semenjak melihat video tadi adalah..Nara, anaknya.

Soohyun segera memanggil Joomin dari telepon paralel yang ada dirumahnya dan beberapa saat kemudian, Joomin sudah ada dihadapannya. Soohyun kembali memutarkan CD itu dan menunjukkannya pada Joomin, “Kau tahu siapa dia?”, tanyanya sambil mem-pause bagian disaat pria itu sedang terbaring dikasur.

Joomin mengangguk ragu, “Dia..Cho Kyuhyun, kekasih Nona Mungil”.

“MWO?! Anakku berpacaran dengan pria tak tahu diri seperti itu?!”, Soohyun tak bisa mempercayai pendengarannya dan seakan tak mau mempercayai bahwa Nara sudah memiliki kekasih tanpa memberitahunya. Oh, okay..mungkin untuk menyembunyikan hubungannya, Soohyun masih bisa memaklumi. Tapi kenapa harus dengan pria itu?!

“Cho Kyuhyun, personil dari Super Junior. Dialah orangnya, Nona”, lanjut Joomin dengan lirih. Soohyun berusaha mengatur emosinya dan kini beralih menatap Joomin dengan tatapan membunuhnya, persis seperti tatapan yang dimiliki oleh Nara. “Kau..segera pergi ke Korea dan ikuti segala hal yang mereka lakukan! Bahkan jika perlu, sadap semua pembicaraan mereka!”, tekannya.

Joomin menelan ludahnya dengan ragu, “Eh?”, tanyanya tak percaya dengan perintah Nonanya. “Ke Korea?”

“SE-KA-RANG!”, ucap Soohyun dengan penuh penekanan disetiap katanya. Joomin mengangguk gugup dan bergegas keluar dari ruangan kerja HyonSaeng dan mempersiapkan barang-barangnya untuk ke Korea.

Sementara itu, Soohyun langsung menelfon suaminya dengan penuh emosi. “YA! KENAPA KAU TIDAK BILANG BAHWA ANAK KITA BERPACARAN DENGAN PRIA MESUM SEPERTI ITU, HAH?!”

Hyonsaeng hanya bisa mengernyitkan alisnya karena ucapan Soohyun yang terdengar tidak jelas, “Hah? Apa yang kau maksud, jagi? Pacar?”

“NARA! KAU KIRA ANAK KITA ITU BONEKA YANG BISA DIMILIKI SIAPA SAJA?!”

“Hahh?”, Hyonsaeng memasang wajah tak mengerti di seberang sana. (@_@) “Suaramu terputus-put..”

“POKOKNYA AKU TIDAK SETUJU NARA BERPACARAN DENGANNYAAAA!!”, setelah mengatakan hal itu, Soohyun langsung menutup telfonnya dan bergegas keluar dari ruang kerja suaminya. “JOOMIN, PERGI SEKARANG JUGA!”

Joomin terburu-buru keluar dari kamarnya sambil membawa sekoper pakaiannya yang bahkan belum sempat ia rapikan, “Ya, Nona!”

Sementara itu, di sebuah kantor pencakar langit terkenal di Jepang, Hyonsaeng masih bingung menatapi telefon di tangannya itu. Sungguh, ucapan istrinya tadi sama sekali tidak dapat ia cerna. Lagipula, apa maksudnya itu? Pacar? .__.

“Aishh~ pasti dia tadi sedang membicarakan isi telenovela yang baru ia tonton~ Ah, ya..pasti itu”, ucapnya yakin dan kembali memusatkan perhatiannya ke laptop di hadapannya.

Dapat disimpulkan, sifat genetik ‘monster’ Nara berasal dari Ibunya dan sifat genetik ‘Loading Lama’ nya itu berasal dari Ayahnya. (●*∩_∩*●)

***

Taipei

Kyuhyun menguap lama sambil mengusap matanya yang terasa pedih karena ia baru bisa tidur di jam 3 pagi. Ah, entahlah..rasanya penyakit insomnia Kyuhyun semakin bertambah parah semenjak ia berada di China. Okay, mungkin tubuhnya bisa terlihat lebih bugar dan berisi dari sebelumnya tapi tidak begitu dengan kondisi kejiwaannya. Kyuhyun semakin merasa bahwa tubuhnya ini adalah satu bagian dari robot pesuruh dan harus mengikuti semua jadwal yang telah ditetapkan oleh perusahaannya.

Namun tiba-tiba pintu kamarnya diketuk oleh seseorang dan kemudian muncullah sosok managernya, “Bangunlah. Kalian harus berlatih lirik Bijin”, ucapnya tanpa mempedulikan Kyuhyun yang terlihat memijat keningnya dengan jengah. “Cepatlah, Kyuhyun-ah”.

“Ara..”, jawab Kyuhyun lemah sambil memaksakan dirinya untuk bangun dari tempat tidurnya dan mengikuti arahan managernya yang mengajaknya ke ruang tamu, semua member SJ-M sudah berkumpul disitu (minus Zhoumi dan Henry yang sedang mengikuti jadwalnya menjadi bintang tamu di sebuah radio). Ryeowook, Siwon, Donghae, Eunhyuk dan Sungmin kini tengah duduk di ruang tamu sambil memegang selembar kertas di tangan mereka.

“Ini..pelajari liriknya”, ucap sang manager sambil memberikan selembar kertas pada Kyuhyun yang masih terlihat blank. “Tanyakan yang tak kau pahami pada mereka”, tambahnya sambil menunjuk ke member lainnya yang sibuk berbincang.

Kyuhyun mengangguk kecil dan duduk disamping Siwon yang menatapnya heran, “Kita hanya tak bertemu 3 hari tapi kenapa kau sudah seperti zombie, hah?”, tanya Siwon sambil meninju bahu Kyuhyun pelan.

Sungmin menyenggol kaki Siwon dan memberi gerakan seakan ‘Jangan-ganggu-dia-atau-kau-bisa-mati‘. Siwon mengangguk paham dan membalas ucapan Sungmin dengan memberi gerakan seakan mengunci mulutnya. Sedangkan Kyuhyun hanya mendengus kecil dan berujar pelan, “Ayo mulai”.

Ryeowook membulatkan beberapa part bagiannya, “Kyuhyun-ah, karena tak ada Yesung hyung disini..maka kau yang nyanyikan bagiannya. Oke?”, tanyanya memastikan. Kyuhyun mengangguk tak peduli.

Akhirnya mereka mulai latihan secara acapella, bagian menyanyi mereka dimulai secara berurutan. Pertama Siwon, kemudian bagian Heechul yang dinyanyikan oleh Ryeowook. Lalu tiba bagian Kyuhyun, “Tadaunadukudakeno ok ga hoshii na.. Kun nosubetega te ni haireba winner..”

Beralih ke part Yesung namun masih dinyanyikan oleh Kyuhyun, “Korekara saki..ai ni kimi rareteiru nara..”, nyanyian Kyuhyun langsung terhenti saat ia menyanyikan lirik itu. Beberapa member lainnya langsung melirik ke arah Kyuhyun dan meneguk ludah dengan takut saat menyadari pandangan nanar maknae mereka itu. Namun pandangan mereka berubah menjadi pandangan bengis ke arah Ryeowook yang tadi mengusulkan Kyuhyun untuk menggantikan part Yesung. “Wokkie..”, desis Eunhyuk sambil melemparkan gumpalan kertas kearahnya dengan gemas. Ryeowook hanya menatap ke arah mereka semua dengan tatapan : ‘aku-juga-tak-sadar-ada-Nara-di-lirik-itu’

Kyuhyun menghela nafas dengan berat dan bangkit menuju dapur, kakinya melangkah menuju kulkas kemudian mengambil segelas cola dari dalamnya. Donghae langsung berteriak mencegahnya, “Kyuhyun-ah, jangan minum cola! Nanti tenggorokanmu..”

“Jika kalian terus melarangku, lalu apa yang sebenarnya bisa kulakukan, hah?”, desisnya kecil dan kembali meneguk cola kalengan ditangannya itu. “Apa yang bisa kulakukan untuknya, hah?”.

Siwon bangkit menghampirinya dengan pandangan prihatin, “Ada apa sebenarnya, Kyuhyun-ah? Mungkin kami tidak bisa membantu banyak, tapi kami lebih tak bisa melakukan apapun jika kau sama sekali tak menceritakan masalahnya pada kami. Setidaknya biarkan kami tahu masalahmu..”

Kyuhyun menghela nafas dengan kuat, mencoba mengatur emosinya. Kemudian dia menatap Siwon dengan penuh pandangan tak berdaya, “Aku..muak, hyung. Selama 3 tahun ini, apa yang telah kuberikan untuknya selain semua status rahasianya? Kadang aku heran, mengapa dia masih mau bertahan disampingku?”, Kyuhyun menjambak rambutnya dengan tangan kanannya dan membenturkan kepalanya pelan ke arah pintu kulkas.

“Aku tak bisa membiarkan semuanya berjalan seperti ini terus-terusan..”

Siwon, Donghae, Eunhyuk, Ryeowook dan Sungmin menatap Kyuhyun dengan pandangan iba sekaligus heran. Entahlah, yang mereka tahu..selama ini Kyuhyun selalu menganggap bahwa hubungannya dengan Nara akan berjalan dengan lancar biarpun dengan segala rahasia mereka. Tapi mereka baru tahu bahwa dibalik semua ketidakpeduliannya, Kyuhyun menyimpan rasa bersalah yang teramat sangat kepada gadis itu.

“Jadi alasan kau tak membalas SMS’nya kemarin..”, lirih Sungmin sambil menatap Kyuhyun dengan nanar. Kyuhyun berjalan pelan kearah tempat sampah dan membuang kaleng cola di tangannya, “Aku ingin menjauhinya, hyung. Aku belum siap untuk melepaskannya, jadi..aku ingin menjauhinya”.

“Kyuhyun-ah..”, Donghae melipat kertas yang berisi lirik Bijin itu dan menaruhnya diatas meja di ruang tamu. “Bukankah akan lebih memalukan jika kau menjauhi dia setelah kau memberikan tekanan selama 3 tahun padanya? Maksudku..kau sudah membuatnya merasakan sakitnya menjadi seseorang yang selalu disembunyikan dan tak diakui, kau membuatnya diejek oleh teman-temannya karena mengakui bahwa dia tak memiliki pacar selama 3 tahun demi menutupi identitasmu yang adalah seorang idola dan kini..setelah semua hal yang telah dia lakukan, kau akan menjauhinya begitu saja?”

Kyuhyun mendecak kecil sebari menggaruk kepalanya dengan gusar, “Hyung, Nara bukan gadis seperti Haejin. Dia gadis yang kuat dan tegar, aku yakin dia tak akan jatuh semudah it..”

“Siapa yang mengatakan hal itu, hah?”, Sungmin menyela ucapan Kyuhyun dan kini bangkit menghampiri maknaenya itu. “Nara pernah mengatakan hal itu padamu? Apa kau pernah punya waktu untuk mendengarkan semua ceritanya? Kau berani mengatakan bahwa Nara itu gadis yang tegar hanya karena semua yang bisa kau lihat selama 3 tahun ini ‘kan?”

Eunhyuk menghampiri Sungmin yang terlihat emosi. Eunhyuk tahu bahwa Sungmin sudah menganggap Nara sebagai adiknya sendiri dan sungguh wajar jika kini ia kecewa dengan kelakuan Kyuhyun yang dengan mudah mengatakan bahwa ia ingin menjauhi Nara begitu saja. “Hyung, tahan emosimu..”

Sungmin tak mempedulikan bujukan Eunhyuk dan tetap menatap Kyuhyun dengan sengit, sungguh sebuah kesempatan yang jarang untuk melihat Kyuhyun dan Sungmin saling bersikap seperti ini.

“Kau..”, kini Sungmin menunjuk Kyuhyun tepat di depan wajahnya, “..jika kau masih berpikiran seperti itu, lebih baik kau tinggalkan dia sekarang, Kyuhyun-ah! Kubilang sekali lagi, se-ka-rang“, Sungmin mendorong bahu Kyuhyun dengan satu sentakan yang cukup kuat sehingga membuatnya langsung oleng dan menubruk rak piring. Kyuhyun hanya bisa menunduk dalam-dalam dan memijat keningnya yang tiba-tiba terasa berputar cepat sehingga membuatnya mual. Siwon merangkul bahu maknaenya itu dan membisikkan sesuatu, “Kita bicarakan hal ini nanti, akan kuajak Ririn untuk membahas apa yang harus kaulakukan”.

TING TONG!!

Bel apartement SJM berbunyi dan Ryeowook lah yang membukakannya dengan sigap. “Ah, kalian sudah pulang?”, tanya Ryeowook lega saat melihat sosok Zhoumi dan Henry yang tiba dari jadwal interview radionya.

“Ada apa ini?”, tanya Zhoumi saat melihat suasana suram di ruang tamu. Dia melihat Eunhyuk yang menepuk-nepuk bahu Sungmin yang seperti sedang mengatur nafasnya dan Siwon yang berdiri di samping Kyuhyun yang tengah menunduk dalam. “Kenapa rasanya mendung sekali disini?”, tanyanya dengan wajah tanpa dosa. Henry yang baru masuk ke dalam apartment juga langsung merasakan kesuraman yang terasa mencekam, “Ge, kita salah masuk kamar, ya?”, tanyanya polos.

“Ssst~”, Donghae menempelkan telunjuknya ke bibirnya seakan menyuruh kedua Chinese bersaudara itu untuk diam, sebelum pertanyaannya itu malah membuat suasana menjadi semakin menyeramkan. Henry dan Zhoumi langsung mengunci mulutnya rapat-rapat dan mengangguk paham.

Ryeowook kembali masuk kedalam ruangan sambil membawa satu paket yang dibungkus oleh kertas berwarna coklat, “Kyuhyun-ah, ada paket untukmu”, ucapnya sambil menaruh paket kiriman itu di meja makan yang tak jauh dari tempatnya berada. Kyuhyun mengangkat kepalanya dengan lunglai dan berujar dengan lirih, “dari siapa?”

Ryeowook mengangkat bahunya, “Entahlah. Dia bilang, ini barang penting dan kau harus segera melihatnya sebelum semuanya terlambat”, jelas Ryeowook sebari mengingat perbincangannya dengan sang kurir tadi.

Karena penasaran dengan isi paket itu, akhirnya Kyuhyun mulai melangkah ke arah meja makan itu dan membuka bungkus paket untuknya. Setelah dibuka, ternyata isinya hanya sekeping CD tanpa nama. “Eh?”, tanyanya heran, “CD?”

“Kau beli kaset yadong, hah?”, tanya Eunhyuk penasaran saat melihat CD di tangan Kyuhyun. Donghae langsung menjitak kepala Eunhyuk dengan kencang, “Ya! Yadong mwoya?”. Eunhyuk meringis pelan, “Ya! Aku juga sering membeli kaset seperti itu dan rata-rata tak ada nama apapun di kepingan CD itu, Hae-ya”, ucapnya memberikan alasan. Kyuhyun mendengus kecil dan beranjak menuju DVD player yang ada di ruang tengah apartment mereka, berniat menyetel CD itu.

Karena sedikit penasaran atas hal yang dikatakan Eunhyuk bahwa itu adalah CD yadong, maka mereka langsung berkumpul mengelilingi Kyuhyun yang tengah memegang remote control DVD player ditangannya. Kecuali Sungmin yang lebih memilih untuk menenangkan dirinya di dalam kamar.

“Yadong, ya?”, tanya Zhoumi penasaran. (●*∩_∩*●)

Eunhyuk mengangguk yakin, “100% yadong, menurutku!” ƪ(˘⌣˘)ʃ. Siwon langsung meninju kepala Eunhyuk sepenuh hati dan ketulusannya, “Ya! Berhenti membicarakan hal itu!” (“`з´)_┌┛(‾з‾)ː̖́

Kini CD itu sudah terputar dan menampilkan sebuah gambar yang sangat Kyuhyun kenali hanya dengan sepersekian detik setelah ia melihatnya. “Itu..”

“Bukankah itu kau, Kyuhyun-ah?”, tanya Siwon saat melihat Kyuhyun tengah terbaring di kasur megah yang ada di dalam tayangan video itu. Kyuhyun merasa seluruh syarafnya terganggu hingga ia tak bisa mengatakan apapun saat melihat seorang gadis tengah merengkuh kepalanya dan segera mencium bibirnya. “MWOYA?! KYUHYUN-AH?!!”, teriak semua member tak percaya. “KAU..GADIS ITU..”

“BERCIUMAN?!”

Tayangan di CD itu berhenti tepat saat Kyuhyun terlihat membalas ciuman dari gadis itu dan ikut merengkuh lehernya. Kyuhyun menatap semua adegan itu dengan nanar, “Sejak kapan..”

“YA!”, Siwon langsung menarik kerah baju yang dikenakan Kyuhyun dan mendekatkannya ke wajahnya hingga kini jarak diantara keduanya hanya terpaut beberapa centimeter saja. “Apa yang kau lakukan dengannya, hah? Sejauh mana kau melakukannya?!”. Kyuhyun menggeleng kencang, “Hyung! Aku tak serendah itu! Aku tak melakukan apapun padanya”, ucapnya sebari berusaha melepaskan cengkraman tangan Siwon dari kerah bajunya. “Aku tak akan berani mengkhianati Nara!”

“Lihat!”, Henry langsung menunjuk ke arah TV, ternyata masih ada lanjutan dari CD yang mereka setel. Beberapa kalimat terpampang di layar TV itu,

‘Kyuhyun-ssi, tenang saja. Aku bukan orang jahat. Aku tak akan menyebarkan video ini pada publik karena sama sekali tak menguntungkanku. Tapi satu hal yang kuminta sebagai imbalan untuk hal itu, Tinggalkan Nara. Saat kau telah meninggalkannya, maka pada saat itu juga aku akan menghapus semua copy CD ini dan menyimpan dokumen aslinya dengan aman. Hanya itu yang kuminta..’

Kyuhyun menganga tak percaya saat melihat kalimat demi kalimat yang ada di TV plasma di apartment mereka.  “Sialan!  Siapapun yang mengirimkan CD ini, dia mencoba untuk mengancamku, ‘hah?”, tanyanya geram.  Ryeowook menatap tanggal yang tertera di sudut kanan bawah dari video itu, “3 Februari 2011..”, ucapnya lirih dan membuat semua langsung beralih menatap Kyuhyun, “Itu hari ulang tahunmu dan kau bilang bahwa kau habis jalan-jalan saat menghilang secara tiba-tiba..”, gumamnya.

“Sebenarnya apa yang telah terjadi pada hari itu, ‘hah?”, desis Donghae dengan menahan seluruh emosinya.  Rasanya dia bisa merasakan apa yang dirasakan oleh Sungmin tadi. Bagaimanapun juga, Nara adalah teman dekat Haejin dan telah ia anggap sebagai adiknya sendiri.  Jadi, bukankah itu menyakitkan saat mengetahui bahwa adikmu dipermainkan oleh kekasihnya yang juga adalah sahabat dekatmu?!

Kyuhyun tak menjawab pertanyaan Donghae dan malah kalap menjambak rambutnya sendiri dengan penuh rasa frustasi, “ARGHH!”, teriaknya kencang, tanpa bisa dihentikan oleh siapapun.  “AKU TAHU BAHWA AKAN ADA SAATNYA HUBUNGAN INI AKAN TERBONGKAR, TAPI KENAPA HARUS DENGAN CARA SEPERTI INI, HAH?”, serunya dengan sekuat tenaga dan membuat member lainnya diam membisu karena tak tahu harus berkata apa dan bertindak bagaimana.

Siwon yang masih bingung dengan siapa yang harus ia percayai kali ini, hanya bisa berjalan pelan menuju kertas pembungkus paket berwarna coklat itu.  Ternyata ada tulisan aneh di baliknya, “Copy #2..”, ucap Siwon lirih.  Otaknya mengingat kalimat di TV tadi,

“Saat kau telah meninggalkannya, maka pada saat itu juga aku akan menghapus semua copy CD ini dan menyimpan dokumen aslinya dengan aman..”

“Semua copy CD? Lebih dari satu.  Jika ini adalah copy #2, berarti…”

***

Seoul

“Copy #1?“, ucap Ririn dan Haejin berbarengan saat mereka bertiga tengah berkumpul di apartment milik Ririn, seperti yang sudah mereka rencanakan dari kemarin.  Nara menutup pintu apartment Ririn setelah selesai menandatangani paket kiriman untuknya itu, “Aneh, kenapa paket itu malah dikirim ke alamatmu ya, Onnie?”, tanya Nara pada Ririn yang juga terlihat blank.  Nara menggaruk pipinya, makin merasa heran. “Seharusnya kan dikirim ke alamatku saja.  Kalau begini, seakan-akan pengirim itu tahu bahwa sekarang aku sedang berada di apartmentmu”, analisisnya.

Haejin menjawab dengan ringan, “Aish, gaya bicaramu sudah seperti detektif Conan saja”.  Nara hanya mendelik tajam dan membuat Haejin langsung nyengir bersalah karena telah mengejek ratu Iblis itu.

“Jadi apa yang mau kau lakukan dengan ini?”, tanya Ririn sambil menyerahkan paket itu kembali pada sang pemiliknya.  Nara membuka paket berwarna coklat itu dengan santai dan sedikit mengernyit saat mengetahui bahwa isinya adalah, “CD?”.

Haejin dan Ririn menatapnya dengan penasaran, “Eh, CD? Celana Dalam?”, tanya Haejin semangat.  Ririn langsung menjitak kepala dongsaengnya itu dengan gemas, “VCD, Haejin-ah.  Dasar otak yadong!”, serunya gemas.  Haejin hanya terkekeh kecil sedangkan Nara dengan santainya maju ke DVD player milik Ririn, “Onnie, aku pinjam ya?”, tanyanya dan dibalas dengan anggukan Ririn.

“Ah, aku lapar~”, ucap Haejin sambil mengelus perutnya.  “Onnie, aku minta cemilan ya?”, ucapnya meminta izin dan lagi-lagi Ririn hanya bisa mengangguk pasrah, “Yaa~ lakukanlah apa yang mau kalian lakukan~ Pinjam DVD, minta cemilan, mandi, makan..Silakan, deh”, katanya dengan agak tak rela.

Tai Wan Mei..

Tepat saat Haejin beranjak menuju dapur, tiba-tiba handphone Ririn berdering.  “Aishh~ dimana handphoneku?”, tanyanya sambil mengelilingkan pandangannya ke segala penjuru.  Nara menjawab singkat, “Tadi kulihat kau menaruhnya di kamar tidur, Onnie”, ucapnya sambil menekan tombol ‘Play’ di remote DVD.

Ririn menepuk keningnya dan mengangguk mengiyakan, “Benar~  Ah, Nara-ya, jangan sampai kau merusak DVDku ya?  Aku tahu tanganmu minus jika sudah memegang alat elektronik, sama seperti Ikan.  Arasseo?”, pesannya sebelum meninggalkan Nara sendirian di ruang tamu.  Nara menggumam singkat, “Arasseo~”

Setelah mencari beberapa saat, Ririn berhasil menemukan handphonenya itu diatas kasurnya yang tertutupi oleh selimut.

Hubby ❤

Calling..

Ririn langsung menjawab telefon itu dengan nada manis, “Ya, hubby?”

“Baby, kau bilang kemarin bahwa Nara akan main ke apartmentmu?  Dia ada disana sekarang?!”

“Eum, dia ada disini.  Sekarang dia sedang menonton CD yang dikirimkan padanya”

“COPY #1?!”

“Ya.  Hubby, bagaimana kau tahu tentang hal itu?”

“HENTIKAN DIA!  JANGAN SAMPAI DIA MENONTON VIDEO ITU!”

“Eh, waeyo, Hubby?”

“HENTIKAN DIA, PARK RIRIN!”, Siwon berteriak kencang dari seberang telepon dan membuat Ririn terlonjak kaget.  Biasanya Siwon akan memanggil namanya secara lengkap jika dia sedang merasa marah atau khawatir.  Dan jika sekarang dia melakukan hal itu, berarti ini adalah masalah gawat!

Ririn langsung berderap kembali ke ruang tengah dan langsung terhenyak saat melihat TVnya menayangkan gambar seorang pria yang sedang berciuman dengan gadis yang tak ia kenal.  Tapi Ririn mengenal pria itu karena wajahnya yang terekam jelas, “KYUHYUN?!”, teriak Ririn tak percaya dan langsung membuat Haejin berderap menuju ruang tengah sambil membawa potato chips di pangkuan tangannya, “Waeyo, Onnie?”, tanyanya polos namun pertanyaannya langsung terjawab saat ia melihat arah pandangan Ririn yang terfokus ke arah TV.  Sedetik kemudian, potato chips yang ada di tangan Haejin itu langsung jatuh dan membuatnya berhamburan tak beraturan, “CHO KYUHYUUUNNN?!”, teriaknya histeris.

Namun tetap ada keheningan dibalik teriakan histeris Ririn dan Haejin.  Nara menatap layar TV itu dengan tatapan nanar, sama sekali tak ada teriakan yang keluar dari bibir mungilnya, sama sekali tak ada air mata yang jatuh dari kelopak matanya.  Tapi ada yang terasa aneh di lidahnya, Nara bisa mengecap rasa asin dan bau amis yang terasa amat dekat di indra perasanya itu.  “YA TUHAN, NARA! APA YANG KAU LAKUKAN?!”, Ririn kembali berteriak saat melihat Nara tengah menggigit bagian telunjuk kanannya dengan kuat sehingga menimbulkan luka dan darah dari jarinya itu terjatuh ke lantai apartment yang berwarna putih bersih.

Nara tak bisa menjawab apa-apa saat Ririn tengah memeriksa luka di jarinya yang diakibatkan oleh ulahnya sendiri, dan Nara masih bisa mendengar sayup-sayup suara Haejin yang kelimpungan mencari kotak P3K.  Mata Nara masih tak bisa lepas dari layar TV, entah karena apa..tapi rasanya Nara terhipnotis supaya tak melewatkan setiap detik adegan dari dalam video itu.  Moment-moment disaat Kyuhyun mengkhianatinya.

Jadi ini alasan dibalik semua ketidakpeduliannya?

Jadi ini alasan dibalik sikap dinginnya akhir-akhir ini?

Nara menyadari satu hal yang tiba-tiba tertangkap oleh matanya.  Tanggal pembuatan video itu.  “3 Februari 2011..”

“Dia tak ada di dorm? Ini kan hari ulang tahunnya!”

“Sungguh!  Padahal katanya dia ingin menemuimu, Nara-ya”

“Ah, jinjjayo?  Tapi aku tak bisa menghubungi handphonenya..”

“NARA-YA!”, Ririn langsung mengalihkan wajah Nara supaya hanya tertuju padanya, bukan pada layar TV itu.  “NARA-YA! BICARALAH SESUATU!”, desaknya sambil mengguncangkan bahu maknae mereka itu.  Nara menatap wajah khawatir Ririn dan juga sosok Haejin yang datang tergopoh-gopoh sambil membawa kotak P3K. Nara berusaha tersenyum kecil, namun tenaganya seakan lenyap tak bersisa hingga akhirnya hanya menimbulkan cengiran hambar di wajahnya, “Mianhae, Onniedeul..”

Ririn dan Haejin malah terisak saat melihat cengiran Nara itu, “Ya! Menangislah, Nara-ya!  Untuk sekali ini saja, jangan berpura-pura menjadi gadis yang tegar!”, ucap Haejin sambil mengelus kepala Nara dengan lembut.  Ririn yang tak kuasa menahan tangisnya pun langsung merengkuh tubuh Nara kedalam pelukannya, “Nara-ya, aku mohon..lampiaskan segalanya sekarang. Tolong, jangan membuatku khawatir”.

Nara menghela nafas beberapa kali dan menepuk punggung Ririn pelan, “Onniedeul, aku tak apa-apa. Jinjja, jangan mengkhawatirkanku.  Aku baik-baik saja”, ucapnya juga sambil melirik ke arah Haejin yang masih terisak, “Nan gwenchanha..”

DDRRRTT..DDDRTTT..

Handphone Nara bergetar di meja ruang tamu dan layarnya berkerlip menunjukkan satu nama.

Dongho

Calling..

“Ne, Dongho-ya?“, sapa Nara dengan suara lirih.  Ririn dan Haejin menghela nafas dengan berat saat melihat gadis itu masih berusaha tampak tegar, padahal mereka berdua tahu sebagaimana sakitnya hati Nara saat melihat Kyuhyun melakukan hal itu.

“Arayo. Aku segera kebawah”, ucap Nara dan menekan tombol reject di handphone Blackberry Boldnya.  Kemudian ia beralih menatap onniedeulnya, “Dongho sudah menjemputku, aku harus menemaninya mencari hadiah untuk Ummanya.  Bagaimanapun juga, aku sudah berjanji padanya sejak jauh hari dan tak boleh kuingkari”, ucapnya ringan dan mengambil tas slempangnya.  Nara tersenyum kecil dan memeluk kedua sahabatnya itu, “Ayolah..duniaku tak akan berakhir karena pria itu ‘kan?”, tanyanya ringan dan mencubit pipi Ririn dan Haejin dengan gemas.

“Tapi Nara-ya..”, Haejin mencoba menyela ucapan Nara namun gadis itu sudah berderap menuju pintu apartement.  “Aaaa! aku tak mau dengar apapun.  Aku tak akan hancur hanya karena pria itu. Arasseo?  Oke, aku pergi dulu. Annyeong~”, ucap Nara secara beruntut dan detik berikutnya sosok Nara sudah menghilang di balik pintu berwarna coklat itu.

***

Nara menutup pintu apartment Ririn dengan cepat dan mencoba mengatur nafasnya beberapa kali supaya terlihat lebih normal.

Andai saja Haejin dan Ririn tahu bahwa Nara hampir tak bisa bernafas selama ia melihat isi dari video itu..

Andai saja mereka tahu bahwa Nara tak bisa mengambil oksigen untuk mengisi ruang paru-parunya saat ia berusaha tersenyum lebar dan mengatakan semuanya baik-baik saja..

Andai saja kalian tahu bahwa Nara ingin mati saat dia mengatakan bahwa dunianya tak akan berakhir hanya karena pria itu..

Setelah nafas Nara kembali normal, akhirnya ia mulai melangkah menuju elevator yang ada di ujung koridor apartment dan tak lama kemudian pintu elevator itu terbuka.  Ada sepasang kakek-nenek yang ternyata telah terlebih dahulu berada disitu.  Karena tak mau membuat Dongho menunggu lebih lama, akhirnya Nara memaksakan diri untuk masuk ke dalam sana biarpun sesungguhnya ia benar-benar sedang ingin sendiri.

Nara hanya bisa menatap pasangan kakek-nenek itu dari belakang dan tersenyum kecut saat melihat sang nenek tertawa kecil ke arah suaminya dan membuat kakek itu langsung sibuk memperhatikan dirinya, “Waeyo?”

“Ani, kau bertambah gemuk..”

“Ani..kau bertambah gemuk, ya, Cho Kyuhyun?”

“Mwoya?!  Dulu kau protes karena aku kurus dan sekarang kau protes karena aku gemuk?!  Aish, sebenarnya apa yang kau inginkan, hah?!”

“Haha, tapi aku lebih suka kau yang seperti ini.  Dibandingkan tubuhmu yang seperti sapu lidi waktu dulu..”

Nara menggelengkan kepalanya dengan cepat dan menepuk pipinya beberapa kali untuk membuatnya kembali sadar.  Tidak, ia tidak bisa terus berada disini!  “Permisi, saya turun di lantai berikutnya..”, ucap Nara pada sang kakek dan beliau menekan lantai 4, sesuai permintaan Nara.

Nara sampai di lantai 4 dan ia memutuskan untuk turun ke lobby melalui tangga darurat saja.  Entahlah, ia tak ingin berlama-lama di dalam elevator bersama pasangan itu karena malah membuatnya mengingat pria itu.  Hingga akhirnya Nara tiba di lantai dasar dan langsung melongok ke sekeliling lobby, namun sosok Dongho tak ada dimanapun.

DDRRTTT..DDRRRTTT..

Handphone Nara bergetar di dalam tasnya.

Ming Oppa

Calling..

Ah, sungguh sangat tepat!  Nara membutuhkan Sungmin untuk menceritakan segalanya!  Bagaimana bisa dia melupakan sosok pria ini?

“Yoboseyo, Ming Opp..”

“Dengarkan aku dan jangan kau tutup telefonnya“, alih-alih mendengar suara ramah Sungmin, Nara malah mendengar suara pria yang paling tak ingin didengarnya dibandingkan apapun didunia ini.  Cho Kyuhyun.

Nara menghela nafas dengan kesal dan baru saja akan menekan tombol reject saat suara itu menyela lagi, “Sudah kubilang, dengarkan aku dan jangan pernah berpikir untuk menutup telefonnya, Kwan Nara-ssi“, ucapnya dengan suara beratnya dan sedikit membuat pendirian Nara menjadi goyah. Bagaimana bisa dia tahu bahwa Nara berencana untuk menutup telefonnya? “Tolong dengarkan aku..”

“10 detik”, ucap Nara singkat dan sedikit membuat Kyuhyun kebingungan diseberang sana. “Hah?”

“9..”

“8..”

Dan Kyuhyun baru menyadari jika waktunya hanya tinggal 8 detik.  Oh, bukan! Tapi, “7..”

“Aku tahu kau sudah menontonnya..”

“6..”

“Tapi itu semua tak seperti yang kau pikirkan!”

“5..”

“Dan juga..”

“4..”

“…”

“3..”

“…”

“2..”

“Kurasa aku tak perlu menjelaskan apapun padamu, karena aku yakin kau percaya padaku“

“1..”

“Aku selalu percaya padamu, dan sekarang..tolong kau percaya padaku.  Itu saja, cukup.“

TREK!

Nara menekan tombol reject di handphonenya tepat saat Kyuhyun menyelesaikan ucapannya.  Nara benar-benar merasa matanya menjadi panas dan pandangannya tak fokus kearah manapun.  Sekarang apa yang harus dia lakukan?  Mana yang harus ia percayai?

DDINN..DDIINN..

Suara klakson motor itu langsung menyadarkan Nara dari lamunannya dan Nara melihat sosok yang sangat dikenalnya itu sudah berada diatas motor sport berwarna hitam, sedang tersenyum ke arahnya.  “Maaf lama menunggu”, ucapnya sambil membuka kaca helmnya dan menampakkan eyesmilenya yang terlihat jelas.

Nara tersenyum kecil dan beranjak mendekatinya kemudian mengambil helm yang diangsurkan oleh Dongho.  “Ayo naik..”

Nara naik ke jok motornya namun dia masih belum memakai helmnya biarpun motor sport milik Dongho sudah melaju meninggalkan kawasan apartment Ririn.  Akhirnya Dongho menghentikan motornya itu disebuah persimpangan jalan yang cukup sepi dan mematikan mesin motornya.  Ia sengaja memilih tempat itu supaya tak ada seorangpun yang menyadari bahwa kini dirinya tengah membonceng seorang gadis yang telah diberi label ‘Istri Kyuhyun’ oleh masyarakat luas.

Dongho membuka kaca helmnya lagi dan menoleh ke arah Nara dengan heran, “Ya~ kau mau membuatku mati dengan tuduhan membawa kabur istri orang, hah?  Ayo pakai helm’mu, Nara-y..”

“Dongho-ya..”, Nara menyela ucapan Dongho dan membuatnya sedikit mengernyitkan alis saat melihat tatapan gadis di hadapannya ini benar-benar kosong dan tak fokus pada apapun.  “Berbaliklah kedepan”, pinta Nara.

“Heh?  Memang ada ap..”

“Tolong”, ucap Nara dengan lirih.  Dongho akhirnya mencoba menahan rasa penasarannya dan kembali berbalik kedepan, memunggungi Nara.  “Sudah?”, tanyanya memastikan.

Namun tanpa aba-aba dan tanpa meminta persetujuannya, Nara langsung memeluk pinggang Dongho dari belakang dan membenamkan wajahnya ke punggung pria itu.  “Maaf, untuk beberapa menit saja..aku butuh tempat untuk bersandar”, ucapnya lirih.  Dongho tak mengatakan apa-apa dan tetap membiarkan gadis itu memeluknya erat.

Beberapa saat, suasana hanya diisi oleh keheningan tapi lama-kelamaan Dongho bisa mendengar isak tangis dari arah belakangnya.  Ia mengecek dari kaca spion dan melihat bahu Nara bergetar pelan dan ia masih menangis dalam diam, sama sekali tak mengucapkan satu patah katapun. Dongho mendecak pelan sambil tetap melihat bayangan Nara dari kaca spion motornya. “Siapa pria bodoh yang bisa membuatnya menangis seperti ini?”

Dongho menepuk-nepuk tangan Nara yang masih melingkar di pinggangnya dan menghela nafas perlahan sebelum melakukan satu hal untuk sekedar menghibur gadis itu.  Menyanyikan bagian nyanyiannya di dalam lagu 0330.

eokkaega chuk neureojyeo inneun neo (You, drooping your shoulders)

hansumman ttang kkeojige swineun neo (You, taking a rest on the ground)

dapdaphan gaseumman tangtang chineun neo (You, hitting your chest in frustration)

duson moa haneurege gido haneun neo (You, praying to the heavens with your hands clasped)

ilgeorago moseubi naneun sangsangi ga (I think of you getting up)

uri da itja jiuja nappeun gieokdeureul da (Let’s forget and erase all our bad memories.)

(I’m sorry)

neoga eotteolji ara (How would you ?)

mianhadan mal bakke hal su eomneun na ( I cannot say anything besides ‘I’m sorry’.)

“Otthe?”, tanya Dongho sambil sedikit menoleh ke belakang, menanyakan pendapat Nara tentang ‘performance kilatnya’ tadi.  Tak ada jawaban apapun dari arah belakangnya, “Nara-ya..”, panggilnya pelan, namun masih belum ada respon.  Dongho kembali mengecek dari kaca spion dan melihat mata Nara terpejam rapat sambil mendengkur pelan. “Aissh~”, rutuknya gemas saat menyadari posisi Nara yang masih bersandar di punggungnya sambil tetap memeluk pinggangnya, “Bagaimana kau bisa tidur dengan posisi seperti ini, heh?”

Namun alih-alih membangunkan Nara, Dongho malah semakin mengeratkan pelukan Nara dipinggangnya.  Sebelah tangannya mengelus kepala Nara yang terkulai di punggungnya.  “Tidurlah yang nyenyak, Kwan Nara Sunbae..”

***

Taipei

Sungmin menatap Kyuhyun yang menjauhkan speaker handphone itu dari telinganya, “Sudah?”, tanyanya memastikan.

Beberapa waktu yang lalu, Kyuhyun telah menjelaskan semua fakta yang terjadi pada saat itu kepada para member dan ternyata memang tak mudah.  Siwon dan Donghae masih belum terlalu percaya 100%, tapi setidaknya mereka sudah tak begitu emosi seperti saat pertama mereka melihat video itu.

Kyuhyun menutup flip handphone milik Sungmin dan menarik nafas dengan dalam.  “Semoga dia bisa percaya dan mengerti..”.  Sungmin mengambil handphonenya dari tangan Kyuhyun dan berujar pelan, “Kalau begitu, kau harus mencoba untuk mengerti dia, Kyuhyun-ah”.  Kini ia memasukkan handphonenya ke dalam saku celana, “Asal kau tahu, Nara bukan gadis sekuat yang kau pikirkan”.

Kyuhyun mengernyitkan alisnya, “Hyung, sebenarnya sudah sejauh mana kau mengenal Nara?”, tanyanya curiga.

Sungmin menjawab dengan ringan, “Aku sudah mengenalnya luar dalam.  Lalu kenapa?”, jawabnya ringan dan beranjak meninggalkan Kyuhyun yang hanya menganga lebar, “JEONGMALYO?! LUAR DALAM?! SUNGMIN HYUNG!!”

***

Seoul, MBC’S Building

“Sudah tidak bisa ditolerir lagi”, ucap salah satu staff We Got Married sambil memperlihatkan sebuah grafik yang tergambar di  layar proyektor ruang Meeting MBC.  “Lihat, pemirsa meminta episode baru dari Kyuhyun dan Nara.  Tapi kenyataannya kita tak bisa menemukan jadwal yang tepat untuk keduanya.  Pemirsa meminta kejelasan”, tambahnya.

Salah satu staff senior lainnya langsung menyela, “Meminta kejelasan, maksudmu?”

“Jadwal tayang mereka sama sekali tak tentu karena kini keduanya benar-benar sibuk namun kita tidak memberhentikannya.  Itu mengundang protes dari penggemar Kwon-Gain dan YongSeo.  Kita tidak boleh menggantungkan episode mereka lagi”, jelas staff lainnya dengan berapi.

Salah seorang PD We Got Married itu mengacungkan tangannya, “Aku ingin memberi ide”, ucapnya pelan dan membuat perhatian semua orang di ruangan meeting itu langsung tertuju padanya.  PD itu menelan ludah dengan gugup sebelum memulai pembicaraannya, “Lebih baik kita buat episode penentuan dari Kyuhyun dan Nara.  Dari episode itu, kita akan melihat rating akhirnya.  Jika banyak yang menonton, maka akan kita lanjutkan tapi jika tidak, yahh..untuk apa dilanjutkan?  Toh tujuan awal kita adalah mengejar rating, bukan?”

“Okay..”, ucap staff lainnya, “..kalau begitu, mari kita buat episode penentuan.  Sekarang, ada yang bisa menyarankan segmen baru dalam part Kyuhyun-Nara?  Karena seperti yang kita tahu jika mereka sekarang terpisah jarak yang sangat jauh, Korea-China”.

PD tadi kembali mengacungkan tangannya, “Untuk hal itu..aku sudah memikirkan caranya”, ucapnya bangga dan mengeluarkan sesuatu dari dalam tas ranselnya.  “Nah..”

“Ini dia cara yang akan digunakan untuk episode penentuan Kyuhyun – Nara”, serunya semangat sambil menunjuk kedua benda yang ia letakkan di meja ruang meeting itu.

2 buah handycam.

“Eh?  Handycam?”

***

TBC

Oke, Chapt ini gaaajeee sangat XD

tapi part ini bukan dibikin karena u lagi galau atau apa, gak kok 🙂

emang dari awal tuh qu mau bikin adegannya kayak gini, haha!

Ada yang nyangka Soohyun itu –> Soohyun temen Nara?

Ups, SALAH! XD Soohyun kemaren itu tuh Ummanya Nara~ 🙂

hoho, mian yaa episode kemaren malah main tebak2an. haha XD

jadi chapt ini saaaangat berhubungan sama KyuNara Scene – Irreplaceable 🙂

semoga readers masih pada inget ceritanya. hehe~ ^__^

As usual, komen + like are L.O.V.E Girl~ *maen drum bareng minhyuk* XD