Congratz, Winner Of Fiction Contest!

Original Fanfiction By : Arselly Morlin (@Orin_Park)

Don’t Forget to leave a comment~

Ur words are precious for us as the author of this story 🙂

***

“Golden Elf from Alfheim”

 Ini adalah sebuah kisah di masa jutaan tahun yang lalu. Ketika Dewa masih memegang peranan tertinggi dalam peradaban. Ketika makhluk-makhluk kegelapan masih berkecolok di Underworld. Ketika Pegasus, Phoenix, dan Unicorn masih hidup berdampingan. Sebuah masa saat jagad raya dikuasai oleh tiga bumi yang berbeda. Olympus, Roome, dan…Yggdrasil

Yggdrasil?? Ya, inilah Yggdrasil, Pohon kehidupan Skadinavia. Sebuah mitologi Kuno dari bangsa Nordik. Dimana bumi digambarkan sebagai sebuah cakram datar yang bertumpu pada cabang-cabang pohon kehidupan, dan terbagi menjadi 9 wilayah dibawah akar-akarnya..

• Asgard, dunia para Aesir atau golongan Dewa-Dewa tinggi dan yang paling berkuasa. Dunia ini dikuasai oleh Odin, penguasa Yggdrasil. Ia bersahabat dekat dengan Dewa Jupiter penguasa Roome dan juga Zeus penguasa Olympus.

• Vanaheim, dunia para Vanir atau golongan Dewa-Dewi kecil. Letaknya berdekatan dengan Asgard di lingkungan para Dewa.

• Valkyrie, dunia para Vreya. Mereka adalah para pengawal dan abdi setia bagi Dewa Dewi Yggdrasil.

• Alfheim, dunia para elf atau ras peri kecil pengatur kesuburan.

• Midgard, dunia manusia sebagai dunia makhluk yang tidak abadi

• Jotunheimr, dunia para Jotun atau para raksasa yang dikuasai oleh Loki, seorang ratu iblis yang akan menghadapi Odin dalam Ragnarok.

• Svartálfheim, dunia para Svartalfar atau Dokkalfar yaitu kaum elf dari kegelapan

• Niddhavellir, dunia para Dwarf atau orang kerdil. Mereka tinggal di gua-gua atau di bawah tanah sebagai penambang yang mahir dan ahli membuat peralatan dan senjata dari logam

• Niflheim, dunia bawah tanah (alam kematian) yang dingin, rumah para Jotun (raksasa), dikuasai oleh Hel, anak perempuan dari Loki. Merupakan dunia Yggdrasil di cabang paling dasar dan berbatasan langsung dengan Olympus.

***

Alfheim, dunia yang begitu indah dan damai, tempat dimana para peri kesuburan tinggal. Elf. Semua makhluk-makhluk cantik kebanggaan Yggdrasil itu benar-benar penuh kelembutan, kecuali seorang gadis elf tampak sibuk membaca sebuah buku tebal di bawah pohon Lotus itu. Ia terlihat begitu serius hingga seseorang menepuk pundaknya dari belakang,

“Hey, kau tampak serius sekali, Crystal..”

Crystal menoleh malas, “Bisakah kau tidak menggangguku, Nadine? Kau bisa lakukan hal lain yang lebih berguna daripada merecokiku..”

Nadine tampak tak acuh, ia malah mengintip judul buku yang dibaca sahabatnya itu dan menyipitkan mata, “Haishh.. ‘Maid Gods of Olympus’? Kau baca buku seperti ini lagi? Ayolah Crys, kita hidup di Yggdrasil!”

“Dan?” Crystal menutup bukunya dengan kasar, merasa benar-benar terganggu, “Kau tau? Kurasa hidup di Olympus itu lebih menyenangkan!”

“Kau hanya takut hancur dan tidak siap dengan datangnya Ragnarok, Crys! Kau takut Dunia Alfheim kita ini musnah..” Nadine tersenyum, ia mengambil buku bersampul daun prem itu dari dekapan Crystal, “Belajarlah untuk menerima takdir, Crys. Sejak awal kita memang ada untuk Yggdrasil, bukan Olympus..”

“Kau.. Cerewet!!” Crystal merebut kembali buku kesayangannya sambil melirik Nadine dengan tatapan dingin, membuat gadis itu mendengus kecil.

Crystal yang tampak jengah kemudian beranjak dan mulai mengepakkan sayap kecil di punggungnya. Tapi sebelum terbang meninggalkan tempat itu, ia menoleh lagi menatap Nadine, “DAN INGAT!! Crystal ChocoElf, tidak takut pada apa pun!”

Sementara di atas pohon Lotus lain yang tak jauh dari sana, tampak seorang pria dengan jubah abu-abu gelap dan sepasang sayap hitam di belakang punggung. Seorang Svartarval atau Dark elf. Ia hanya kebetulan duduk disana, dan tak sengaja mengamati sosok Crystal sejak beberapa jam lalu,

“Crystal ChocoElf? Heumh.. Tidak semanis namanya..”

***

“Ragnarok akan segera tiba!!” Gadis elf di Alfheim terdengar panik menyampaikan kabar itu pada salah seorang sahabatnya.

“Apa maksudmu, Mary?”

Mary menarik nafas panjang, “Kau ingat ramalan para Vanir 300 tahun lalu tentang tanda-tanda Ragnarok, Alice?”

Gadis elf yang ternyata bernama Alice itu berfikir sejenak sebelum kemudian mengangguk, “Lahirnya Jormungand, Fenrir dan Hel. Tiga ‘iblis’ yang merupakan anak dari Loki dan Angerboda. Lalu Tewasnya Balder, saudara Dewa petir Thor..”

“Jormungand, Fenrir dan Hel. Loki telah melahirkan ketiga iblis itu!” jelas Mary dengan penekanan yang amat hati-hati, tapi tetap saja membuat Alice tersentak kaget.

Tidak, bukan hanya Alice. Seorang elf yang tengah menguping dibalik Jamur redquim juga terlihat kaget dan membulatkan matanya. Ketakutannya selama ini akhirnya terbukti. Ragnarok akan segera tiba? Perang antara Aesir dengan para makhluk kegelapan yang mengerikan itu? Dan Kehancuran akan melanda seluruh dunia dalam Yggdrasil? Ini jelas berita yang amat buruk..

“Kau terlihat tegang, Crystal ChocoElf..”

Crystal menengok, sedikit memicingkan mata melihat siapa yang menegurnya. Ia menatap tajam pria di hadapannya itu dari ujung kaki hingga ujung kepala, “Cihh.. sedang apa Dark elf berada di Alfheim?”

“Kau selalu bawa buku itu kemana-mana?” Dark elf itu malah balik bertanya sambil menatap buku tebal di tangan Crystal, “Ckk.. benar-benar kuno!”

“Itu bukan urusanmu!”

“Itu Hak-ku untuk mencampuri urusan apa pun yang aku mau..”

“Segera kembali ke Svartálfheim, sebelum aku mengusirmu!” tuding Crystal sambil mengacungkan telunjuknya ke depan muka Dark elf itu.

“Tidak ada seorang pun yang bisa mengusir Marcus Starcraft..” Dark elf yang ternyata bernama Marcus Starcraft itu tersenyum sinis dan menyentak telunjuk Crystal dari depan wajahnya,

“KAU….”

“Hey, Crystal.. Jangan cari masalah dengan sahabatku!” seorang elf lain terbang turun untuk melerai keduanya.

“APA?? Kau bersahabat dengan seorang Dark elf dan membawanya ke Alfheim? Apa kau sudah gila, Aiden?” cecar Crystal sambil menatap enggan pada salah satu Casanova kaum elf itu.

Aiden terkekeh kecil, “Ayolah Crys, Marcus ini hanya..”

“Crystal ChocoElf, aku bisa melihat ketakutanmu!!” potong Marcus tiba-tiba, ia bisa merasakan sesuatu yang mengganjal di pikiran gadis itu.

Crystal tersenyum dingin, menoleh pada Marcus, “Aku tidak akan membiarkan Alfheim hancur hanya karena Ragnarok! Ingat itu!”

“Kalian bicara apa sih?” Bingung Aiden, tapi tak ada satu pun yang peduli.

Marcus maju 3 langkah, membuat Crystal berjengit bingung, “Olympus?” gumamnya kemudian, seolah dapat membaca mata gadis di hadapannya itu, “Heumh, menarik. Aku tidak tau apa yang akan kau lakukan disana, tapi..”

“Aku bisa melakukannya sendiri!!” tukas Crystal, balik menerka pikiran pria di depannya. Gadis itu lalu mendorong tubuh Marcus agar menjauh, kemudian ia sendiri berbalik terbang dan mengepakkan sayapnya kearah selatan.

Aiden tersenyum jahil, “Kau menyukainya?”

“Elf yang ketus seperti itu? Yang benar saja…”

***

Crystal ChocoElf melangkah keluar dari dinginnya air danau malam ini. Ia mengambil sehelai kain putih di atas batu dan membalutkan kain itu pada tubuh telanjangnya yang masih basah kuyup. Dan beberapa detik kemudian ia sudah duduk di tepi api unggun kecil yang dibuatnya sendiri. Gadis itu mengeluarkan sebuah gulungan kertas kecil dari kantung kulitnya..

‘Satu dari 3 senjata terkuat di Olympus adalah Perisai Agheis. Perisai yang dipegang oleh Athena ini dapat menahan segala macam runtuhan dan guncangan..’

Crystal menatap sobekan kertas lusuh itu lagi lamat-lamat. Bagian yang dulu sengaja di sobeknya dari halaman buku ‘The Power of Olympus. Dari sobekan kecil itulah ia yakin, bahwa ada sesuatu yang dapat menyelamatkan Alfheim dari kehancuran akibat Ragnarok. Dan sesuatu itu tentu saja adalah..

“Perisai Agheis milik Dewi Perang Olympus. Kau mau mencurinya?”

“DEMI CHRONUS DAN RHEA!! Kau itu maniak ya? Sedang mengincarku?” Crystal memekik kaget dan buru-buru menutupi tubuhnya dengan kedua tangan begitu mendapati sosok Marcus yang sudah duduk di sampingnya sambil membakar ikan.

“Dark elf mesum!! Jangan-jangan kau juga mengintipku saat sedang mandi di danau tadi ya?” Crystal buru-buru memakai bajunya sambil terus memaki.

Marcus buru-buru menggetok kepala Crystal dengan ranting kayu di tangannya, “HEY! HEY! HEY! Sadar dirilah, Crys! Kau itu sama sekali tidak sexy! Dada rata, pinggul mirip penggilasan, pantat datar, paha..”

“KAU BENAR-BENAR CARI MATI YA??”

Marcus dengan sigap mencekal lengan Crystal yang hendak memukulnya, kemudian balik memiting tangan gadis itu, “Jadi kau ingin ke Olympus untuk meminta bantuan dari Athena? Dan menerobos semua gerbang dalam Dunia Yggdrasil? Apa kau bisa? Kau yakin tau jalannya tanpa bantuanku?”

Crystal menyentak kuat dan berhasil melepaskan tangannya dari Dark elf itu, “Aku hanya perlu melewati Midgard, Jotunheimr, Svartálfheim, Niddhavellir, dan Niflheim. Kurasa tidak terlalu sulit, dan kau justru akan membuatku repot..”

“Kau akan menyesal karena menolak bantuan Marcus Starcraft!”

“Aku sudah cukup baik dengan berjalan sendiri!”

Marcus mengamati dengan teliti setiap gerak-gerik Crystal yang berjalan mundur menuju sisi pinggir danau, “Cihh.. Percaya diri sekali kau..”

“Tentu..” Crystal menekan sebuah batu berbentuk segitiga yang tertutup rerumputan. Terdengar suara gerakan bergeser dari kulit bumi. Lalu beberapa saat kemudian, terbukalah sebuah terowongan kecil yang mengarah ke dunia bawah di sisi pinggir danau..

‘Crrressshhhhh….’

Crystal merentangkan kedua tangannya menghadap Marcus, gadis itu menyeringai lebar, lalu menerjunkan dirinya kearah belakang, masuk kedalam terowongan hitam yang terlihat begitu panjang dan dalam itu, “KARENA AKU ADALAH CRYSTAL!!”

***

Terowongan panjang yang gelap itu tenyata berakhir disebuah kolam kecil di dunia Midgrad, dunia para manusia. Keadaan kota kecil bernama Crist itu tampak ramai. Banyak pedagang dan juga buruh yang berlalu lalang di jalanan batu bata usang itu. Terlihat sibuk melakukan pekerjaan masing-masing.

Crystal ChocoElf mulai melangkah menyusuri jalanan ramai kota Crist dengan amat hati-hati agar tidak terinjak kaki-kaki raksasa yang ada di sekelilingnya. Ya, karena ia adalah seorang elf, seorang peri kecil penjaga kesuburan dengan ukuran tubuh yang hanya sekecil ibu jari manusia.

‘Buuugggggghhh…’

“Akhh.. Sialan! Dasar manusia! Selalu seenaknya sendiri!!” maki Crystal saat seorang manusia menjatuhkan sekarung gandum di depannya dengan kasar.

Karung gandum itu idak mengenai tubuh Crystal memang, tapi debuman angin yang ditimbulkan telah membuat gadis elf itu terpental jatuh ke belakang, terlebih matanya juga menjadi perih karena terkena debu.

“QYU!! KAU BENAR-BENAR CURANG!!”

“Aku tidak curang, Nara sayang! Memang kau saja yang bodoh..”

“Kau bilang apa?”

“BODOH!! Nara adalah gadis bodoh yang tidak mau mengakui kekalahannya!”

“Kita bertanding Ragnarok sekali lagi, CHOQYU YANG TAMPAN!”

Perhatian Crystal tiba-tiba teralih pada sepasang manusia keras kepala yang tengah bertengkar di dalam sebuah bangunan kecil berdinding kaca. Tampaknya menarik. Pria dan gadis itu sedang beradu mulut sambil menatap sebuah layar datar yang penuh gambar warna-warni di hadapan masing-masing. Benda apa itu?

Crystal berjalan semakin mendekat, penuh rasa ingin tau, “Apa itu lukisan… yang bisa bergerak sendiri?”

“Aku yang akan memenangkan GAME ini lagi!”

“Owh, namanya Game..” gumam Crystal sambil melipat kedua tangannya.

Pria bernama ChoQyu dan gadis bernama Nara tadi lalu menengok ke samping disaat bersamaan, keduanya saling menatap dengan sorot mata yang begitu penuh dengan kilat persaingan. Tepat saat Crystal bisa melihat jelas wajah kedua manusia itu, ia langsung tersentak kaget sejak detik pertama. Kenapa mereka begitu mirip dengan dirinya dan Marcus?

“Berhenti berfikiran aneh, Crystal ChocoElf!” Crystal menepuk-nepuk pipinya sendiri saat bayangan Marcus tiba-tiba muncul di dalam otaknya, “Ini bukan sesuatu yang mengejutkan! Setiap orang memang memiliki kembarannya di dunia lain…”

“OKE! RAGNAROK DIMULAI!!” seru Nara sambil menekan tombol bulat hijau di depannya.

“RAGNAROK?” Pekik Crystal dengan penuh kekagetan. Bagaimana bisa mereka menjadikan perang kehancuran itu sebagai sebuah permain??

Mata coklatnya dengan liar mengamati setiap gambar yang muncul di layar games, dan ditemukannya sesuatu! Sebuah symbol berwarna ungu, “Symbol itu, rasanya..”

Rasanya ia tak asing dengan symbol itu. Crystal memfokuskan pikirannya. Tunggu.. itu adalah.. Symbol pohon Yggdrasil!! Tepat saat mata Crystal membelalak kaget, symbol berwarna ungu itu kemudian berputar, dan menghisap sosoknya hingga masuk kedalam layar..

“Woooowwww…..”

***

Jotunheimr menyambutnya dengan letupan letupan panas dari lahar yang mendidih. Crystal ChocoElf membuka kedua matanya dengan sedikit berat. Dengan kesadaran yang masih melayang, ia menyeka keringat yang membanjiri tubuhnya. Gadis itu tidak tau sejak kapan ia berada di dalam kuali raksasa yang begitu panas ini..

“Kuali raksasa??” Crystal tersentak. Disaat kesadarannya benar-benar sudah kembali, dilihatnya bermacam-macam sayuran dan daging segar yang ikut terpanggang bersamanya di dalam kuali itu.

‘Dwarf! Dwarf! Dwarf! Tidak ada seorang pun yang bisa kita percaya di Niddhavellir.. Dwarf! Dwarf! Dwarf! Tidak ada seorang kurcaci yang bisa dipercaya..’ terdengar suara berat yang tengah menyanyi.

“Valkmount!!”

Crystal perlahan berdiri, ia mencoba mengintip ke luar melalui celah-celah lubang kuali dengan hati-hati. Dilihatnya sosok seorang Jotun atau raksasa dengan ratusan kalajengking yang menutupi kepalanya, tengah menikmati satu baskom besar darah segar. Valkmount, kaki tangan Loki. Tepat seperti dugaannya. Dan sebentar lagi, ia akan menjadi santapan makan malam yang lezat untuk Raksasa rakus itu..

“Aku tidak sudi menjadi santapan makhluk jelek sepertimu. Camkan  itu!”

Gadis elf itu kembali mengintip ke luar, sambil mencoba berfikir tentang apa yang mungkin bisa dilakukannya saat ini. Ia mengedarkan pandangan matanya dengan liar, lalu tersenyum lebar saat mendapati sesuatu yang berada tak jauh dari tempat Valkmount. Sebuah pintu kayu dengan symbol pohon Yggdrasil..

“Jalan menuju Svartalfheim..”

Crystal ChocoElf mendongak ke atas, menyadari bahwa tempat ini adalah perut dari sebuah gunung api. Seketika, muncullah satu pemikiran dalam benaknya. Bahwa semua bebatuan yang ada adalah tanah. Semua stlaktalit adalah tanah. Dan semua gunung adalah tanah. Maka mereka bisa kembali menjadi tanah atas kehendak sang penguasa tanah Yggdrasil..

“CUKUP!! Jangan berfikiran konyol dengan meminjam kekuatan Dewi Villi dan mengahancurkan gunung api ini!”

Tegur sebuah suara yang terdengar amat dekat di telinganya, entah darimana. Tapi Crystal cukup tercengang juga dengan suara yang tiba-tiba menegurnya itu. Tidak semua orang bisa membaca pikiran Crystal ChocoElf yang rumit, “Tau apa kau?”

“Apa otakmu itu memang terlalu bebal? KAU INI SEORANG ELF, NONA CRYSTAL! Ukuranmu hanya sebesar kuku raksasa macam Valkmount! Harusnya mudah untukmu keluar dari sini dan pergi ke Svartalfheim. Terlebih, kau punya sayap..”

BENAR!! Siapa pun orang yang mengirimkan sugesti itu padanya, dia benar-benar BENAR!! Crystal diam-diam mengutuki dirinya sendiri yang bahkan tak sadar tentang itu. Detik berikutnya, ia mulai terbang rendah dan keluar dari kuali, mengepakkan sayapnya sepelan mungkin hingga tak menimbulkan suara. Terbang melewati sosok Valkmount dengan sangat hati-hati, lalu masuk melalui celah-celah pintu kayu yang merupakan jalan menuju Svartalfheim.

BERHASIL DENGAN BEGITU MUDAH!!

Ada cara segampang itu, kenapa ia harus repot memikirkan cara yang begitu rumit? Crystal mengetuk-ngetuk kepalanya sendiri, “Rasanya ada yang salah dengan otakku..”

“Ya.. otakmu memang selalu tidak beres, Crys..”

***

“ELF ITU! TANGKAP DIA!!!”

Crystal mendengar teriakan-teriakan menggema dari para Dark elf, disusul dengan suara-suara anak panah yang meluncur cepat mengenai batang pohon. Lolongan serigala dari atas bukit dan purnama yang bersinar di titik penuh, membuat malam ini benar-benar terasa menegangkan untuk seorang elf yang berada di dunia Svartalfheim..

‘Mereka sudah mulai memburuku, aku akan mati..’ pikirnya.

Crystal mempercepat larinya sekuat tenaga. Ini tidak mudah, mengingat ia adalah seorang Elf yang lebih terbiasa terbang dengan sayap. Tapi untuk saat ini, terbang akan membuat nyawanya melayang dalam hitungan detik. Awal yang menyeramkan di Svartalfheim! Ya ampun, dia tidak pernah menyangka bahwa gerombolan Dark Elf lebih menyeramkan dari Raksasa macam Valkmount. Apa Marcus juga seperti ini?

“Aku akan menemukan Elf itu dan menyerahkannya pada Yang Mulia Loki!” seorang laki-laki berseru, suaranya kasar oleh amarah.

Sudah dekat. Terlampau dekat.

LARI!! LEBIH CEPAT! Crystal mendesak dirinya sendiri. LARI! Kau harus selamat. Kau harus segera sampai ke Olympus. Kau harus meminjam perisai Agheis milik Athena. Jangan biarkan Alfheim hancur karena Ragnarok! Kau harus segera temukan Marcus, dan keluar dari sini!

“Tunggu, kenapa aku harus menemukan Marcus?”

‘DIEESSTTTT…..’

“Arggghhhh…” Crystal ChocoElf mengerang tertahan ketika merasakan sesuatu menusuk lehernya dengan cepat. Sebuah… jarum??

Penglihatannya menjadi buram dalam hitungan detik. Rasa sakit yang teramat sangat, menyebar keseluruh tubuhnya. Ia sudah tertangkap, Crystal tau benar tentang itu. Sebentar lagi ia akan mati, dan mimpi untuk menyelamatkan Alfheim dari Ragnarok terlihat semakin pudar…

—-

 Marcus Starcraft terdiam sejenak, ia mengacak-acak rambutnya sendiri dengan sedikit gusar, lalu merapatkan selimut ke tubuh gadis itu lagi. Seorang gadis elf yang tampak tertidur di hadapannya sejak beberapa waktu lalu.

“Gadis bodoh!” desisnya sembari menahan senyum, “Dunia Svartalfheim jauh lebih buruk dari yang kau pikirkan! Semua Dark elf tidak akan mentolerir elf yang menyusup kedalam dunia mereka..”

“Semua, kecuali aku..”

 —-

 Crystal Chocoelf menggeliat pelan. Perlahan ia mulai membuka kedua matanya. Tampak sebuah pemandangan yang masih samar-samar dalam penglihatannya. Apakah ini Surga? Atau malah Neraka? Tapi rasanya sedikit aneh, dan.. cahaya merah apa yang bersinar di dekatnya itu? API UNGGUN!!

Crystal tersentak, gadis itu mengucek-ngucek matanya dan beranjak bangkit, “Ini.. hutan? Jadi aku belum mati?”

 

‘The beauty You are when You open your heart and believe..

The gift of a Friend.. The gift of a Friend..’

Terdengar suara alunan lembut yang memecah kesunyian malam. Nada yang begitu sederhana diiringi petikan gitar. Kedengarnya tidak terlalu jauh. Crystal mulai mengepakkan sayapnya dan terbang mencari sumber suara, entah kenapa ia tertarik. Mungkin yang menyanyikan lagu itu adalah penyelamatnya?

“Marcus?”

Crystal membulatkan matanya begitu mendapati sosok Marcus yang tengah memainkan gitar kecilnya di bawah sebuah pohon Molfis besar. Dark elf super menyebalkan itukah yang menyelamatkannya?

“Sometimes You think You’ll be fine by yourself..

Cause a Dream is a wish when You make all alone..

It’s easy to feel like You don’t need help, but it’s harder to walk on Your own..

You’ll change inside, When You realize..”

 

“The World comes to life and everything’s bright..

From beginning to end, when You have a friend,  by your side..

That help You to find,

The beauty You are when You open your heart and believe in..

The gift of a Friend.. The gift of a Friend..”

Crystal terngaga kaget, terhenyak haru. Lagu itu untuknya! Ia paham benar tentang itu. Setiap lirik yang dinyanyikan Marcus memang terlontar untuknya. Diam-diam gadis itu terenyuh. Hati gadis elf dari Alfheim yang keras itu, entah sejak kapan tiba-tiba melunak. Mungkin Marcus benar, mungkin dia memang butuh seorang teman untuk membantunya menyelamatkan Alfheim. Crystal nyaris saja tersenyum, tapi untungnya..

“KAU SUDAH BANGUN, KEPALA BATU??” teriak Marcus.

“KAU BENAR-BENAR TIDAK ADA KERJAAN HINGGA MEMAINKAN GITAR BUTUTMU MALAM-MALAM BEGINI?” balas Crystal, gadis itu berusaha menyembunyikan senyumnya.

“Hey, kenapa malah meneriakiku? Benar-benar tidak tau balas budi. Aku sudah menyelamatkanmu dan harusnya kau berterimakasih!”

Crystal berjalan mendekat sambil melempar tatapan dingin kearah pria itu, “Jangan harap, Marcus Starcraft!!”

Marcus menghela nafas, “Oke. Berhentilah menjadi gadis keras kepala yang merasa bisa melakukan semua hal tanpa bantuan orang lain!” ia mengulurkan tangan kanannya kearah Crystal, “Ayo kita pergi!”

“Kemana?”

‘Tok.. Tok…Tok…’

Marcus mengetuk batang pohon Molfis dihadapannya itu beberapa kali. Kemudian terbukalah sebuah pintu dengan symbol pohon Yggdrasil di tengahnya. Pintu menuju dunia selanjutnya, Niddhavellir, dunia para kurcaci.

Crystal tercekat, “Bagaimana bisa?”

“Dengan menyanyikan lagu tadi..” sahut Marcus seraya menarik paksa Crystal untuk segera masuk kedalam. Tapi gadis itu tidak bergeming, seolah kaget mendengar apa yang diucapkan Marcus barusan. “Hey, kau tidak berfikir bahwa aku menyanyikan lagu itu untukmu kan??”

“TENTU SAJA TIDAK!!”

***

Marcus dan Crystal terus menutup hidung sambil berusaha keluar dari dalam sana dengan sangat hati-hati. Mereka terbang melewati makhluk-makhluk gemuk dan kotor berwarna merah jambu itu sambil menahan mual. Oke. Mereka memang di dunia Niddhavellir sekarang. Tapi kenapa tembusan pintu itu harus di tempat macam ini?

“Hoekkk…” Crystal memuntahkan semua isi perutnya saat itu juga, “adakah tempat yang lebih buruk dari kandang Babi?”

“Jangan salahkan aku!! Aku sendiri juga tidak tau bahwa tembusan terowongan itu adalah kandang Babi..” Sahut Marcus sembari menepuk-nepuk mantelnya yang kotor oleh jerami-jerami kering.

“Oke, baiklah. Yang jelas aku benar-benar…”

“Untukmu!!”

Marcus tiba-tiba mengalungkan sebuah lonceng kecil di leher Crystal sebelum gadis itu sempat menyelesaikan kalimatnya, “Eumh.. cantik..” kata-kata itu sempat membuat wajah Crystal memerah,

Marcus dengan iseng langsung menempatkan wajahnya di depan wajah gadis itu, lalu tersenyum mengejek, “Kalungnya yang cantik, bukan kau..”

“Aku juga tidak berharap kau menganggapku CANTIK!” Crystal melotot, tampak kesal dan buru-buru mendorong wajah Marcus dari hadapannya. Lalu ia beralih memainkan bandul lonceng di lehernya, “Dan.. apa ini?”

“Magic bells! Eumh.. ya, untuk memanggil peliharaanmu. Ini akan sangat membantu dalam perjalanan menuju Olympus..” sahut Marcus sambil sok sibuk memainkan lonceng miliknya sendiri. Oke, sebenarnya dia sedang memperhatikan wajah Crystal sambil senyum-senyum sendiri..

“Jangan bercanda, Marcus..” Crystal mengernyitkan dahinya, “Aku tidak punya peliharaan selain kecoak kecil yang selalu berkeliaran di dalam rumah..”

“Cerewet. Bunyikan saja..”

Crystal mendelikkan matanya dengan kesal. Ia tidak suka dikatai ‘Cerewet’ oleh siapa pun. Ia ingin segera meneriaki Marcus dan menendang pantat Dark Elf itu! Tapi keinginannya untuk mengetahui fungsi lonceng ini jauh lebih besar..

‘Kllleenggg…’

Denting loncengnya dan lonceng Marcus berbunyi dalam waktu bersamaan. Beberapa detik kemudian, langit menjadi mendung, petir menyambar-nyambar, dan muncullah seekor burung api gagah yang tampak terbang menukik ke bawah dan mendarat tepat di hadapan Marcus. Phoenix..

‘Draaappp… Drraaappp…’

Detik berikutnya terdengar ketukan langkah yang begitu cepat, sesosok hewan berlari cepat dari arah hutan. Dan dari rerimbunan pohon Blitrus itu, muncullah seekor kuda putih yang cantik dengan sebuah tanduk emas di kepalanya,

Mata Crystal berbinar, kebahagiaan yang teramat sangat terlihat memancar dari wajahnya. Itu… hewan impiannya, “UNICORN??? KYAA~~ MARCUS TERIMAKASIH!!”

“CRYSTAL CHOCOELF!! SIAPA YANG MENGINJINKAMU LOMPAT KEDALAM PELUKANKU?? KAU SANGAT BERAT!!”

—-

“Hey, kau tau gerbang menuju Niflheim?” Tanya Crystal pada beberapa kurcaci yang sibuk menambang di gua-gua mereka..

“Ya, di bawah bukit Nort..”

“Bukan. Gerbang itu ada di lembah Dandelion..”

“Hey, tuan Red Dwarf. Bisa kau katakan yang sebenarnya pada kami? Dimana gerbang menuju Nilfheim?” Tanya Marcus pada beberapa kurcaci yang tengah menebang kayu.

“Tentu. Tepat di pohon besar di samping kincir angin terbesar..”

“Gerbang menuju Nilfheim ada ujung menara Nibel..”

Dan sepanjang Marcus membelah langit Niddhavellir bersama Phoenix, sepanjang Crystal menapaki tanah Niddhavellir bersama Unicorn, mereka sama sekali tak mendapati Gerbang itu. Bukit Nort, Lembah Dandelion, Kincir angin, Menara Nibel, Danau Es, Kolam lumpur. Juga puluhan tempat lain yang disebut para kurcaci, itu semua hanya kebohongan!!

Marcus menyandarkan punggungnya di batang pohon, “OKE! Cukup! Hentikan ini! Mereka semua membohongi kita..”

“Apa kita akan bertanya pada Dwarf yang lain lagi??” Tanya Crystal sembari melahap roti gandumnya dan berbagi dengan Unicorn.

Marcus menyodorkan semangkuk air pada Phoenix, “Dan menemukan 1 kebenaran dari jutaan pendapat disini?”

Tiba-tiba datanglah dua ekor burung elang, seekor dengan mahkota perak dan seekor lagi dengan mahkota emas. Kedua burung itu terbang rendah dan berputar mengelilingi mereka. Marcus tersenyum, ia tau betul siapa burung-burung ini.

“Hugin dan Munin!!”

Marcus mengangguk menyahuti pekikan Phoenix dan Unicorn. Mereka bisa bicara? Ayolah.. mereka memang hewan ajaib, “Odin mengirim mereka untuk kita..”

“Mereka siapa?” bingung Crystal.

“Makanya jarang terlalu sibuk dengan Olympus! Pikirkan Alammu sendiri! Kau ini kaum Yggdrasil bukan sih??” cibir Marcus, “Mereka adalah Hugin dan Munin, sepasang elang jantan dan betina milik Dewa Odin. Hugin melambangkan ingatan, sedangkan Munin melambangkan pikiran.”

Hugin tiba-tiba hinggap di pundak Crystal, membuat mata gadis elf itu terpejam. Saat itulah Crystal bisa merasakan sebuah energy yang mengalir dalam kepalanya. Menguatkan memory. Terbayang lagi sebuah lagu yang dinyanyikan Valkmount di Jotunheimr waktu itu..

‘Dwarf! Dwarf! Dwarf! Tidak ada seorang pun yang bisa kita percaya di Niddhavellir.. Dwarf! Dwarf! Dwarf! Tidak ada seorang kurcaci yang bisa dipercaya..’

“Kau dapat sesuatu?” Tanya Unicorn..

Crystal membuka matanya lalu mengangguk cepat, “Tidak ada seorang pun yang bisa kita percaya di Niddhavellir!!”

Lalu Munin terbang mengelilingi Marcus, mata Dark Elf itu seketika terpejam. Sama seperti Crystal, ada sebuah energy yang menekan otaknya. Berfikir!!

Tidak seorang pun yang bisa kita percaya di Niddhavellir!!

Itu artinya..

Marcus membuka matanya dan segera menarik Crystal keatas Unicorn, “Baiklah! Tidak SEORANG pun!! Aku tau siapa dia!”

 —-

 “Dia??” Crystal menatap tak percaya pada sosok seekor katak di hadapannya..

Marcus segera terbang turun dari punggung Phoenix, “Frog Could, kau satu-satunya hewan di Niddhavellir?”

“Kau benar, aku satu-satunya..”

“Kau bisa bicara??” Pekik Phoenix.

Frog Could mendelik, “Ayolah burung jelek! Kau juga bisa bicara!” ketusnya dan membuat Unicorn tertawa.

Crystal menyikut lengan Marcus, “Kau bercanda kan, Idiot?”

Marcus hanya tersenyum, “Tolong tunjukan kami jalan menuju Nilfheim!”

‘KRRREEEKKKKK…..’

Batu besar di belakang Frog Could terbelah menjadi dua, membuka sebuah jalan rahasia dibawahnya. Lorong batu begitu gelap, dengan symbol pohon Yggdrasil di sisi depan dinding usamnya. Inilah jalan menuju Nilfheim! Dunia Underworld..

***

 Dunia Nilfheim seolah mempermainkan otak setiap makhluk yang ingin keluar darisana. Tak terkecuali Marcus dan Crystal yang tampak berfikir keras untuk pertama kalinya dalam hidup mereka. Bukan bingung menemukan jalan keluar menuju Olympus, sama sekali bukan. Karena gerbang itu sekarang sudah ada di depan mereka. Yang jadi masalah saat ini adalah….

“CEPAT JAWAB!! Apa yang berjalan menggunakan 4 kaki di pagi hari, dengan 2 kaki di siang hari, dan pada 3 kaki di malam hari?” gertak Sphinx

Jangan pikirkan Sphinx yang ada di Mesir! Ayolah, itu sama sekali berbeda. Sphinx disini adalah makhluk mitologi berekor singa, bersayap elang, namun berbadan dan berkepala seorang wanita. Dialah penjaga gerbang perbatasan Nilfheim Yggdrasil dengan Olympus..

“Makhluk macam apa itu? Keledai?” ketus Marcus.

Sphinx menjentikkan jarinya, “Hangus! Kalian hanya punya 2 kesempatan lagi kali ini. Jika gagal, kalian akan tetap tinggal dan kusantap mentah-mentah..”

“HEY! KAU TIDAK BILANG TENTANG 3 KESEMPATAN!!” bentak Marcus.

“Sudahlah, dia memang tak pernah memberitau itu pada siapa pun..”  bisik Unicorn sambil mendorong kakinya ke arah Marcus.

“Kau habiskan satu kesempatan kita, Marcus..” Crystal menatap kesal, “Kenapa tak sekalian saja kau jawab bahwa itu adalah seekor kuda lumping..”

Sphinx menjetikkan jariny lagi, “Hangus! Kalian hanya punya 1 kesempatan lagi kali ini. Pikirkanlah..”

“WHAT?? Aku tadi hanya..”

“GOOD JOB, Nona Crystal! Kau sangat bodoh..” Marcus ganti mencibir.

Crystal mendelikkan matanya dengan kesal, “Tuan Marcus! Berhenti beranggapan bahwa kau lebih pintar dariku!”

“Kenyataannya memang begitu..”

“Baiklah! Dengar! Aku bodoh, dan kau Idiot! Jadi harusnya.. AKHHH!! MARCUS STARCRAFT!! JANGAN MENGINJAK KAKIKU!!”

“KAU JUGA JANGAN MENGIGIT TANGANKU!!”

“Hey, bisakah kalian diam dan segera menjawab teka-tekiku??” Pekik Sphinx yang merasa terganggu dengan keributan dua orang dihadapannya.

Marcus dan Crystal langsung menghentikan pertengkaran mereka dan menoleh. Marcus melemparkan sepatunya pada sosok Sphinx, “KAU YANG DIAM!! DASAR MAKHLUK ANEH TIDAK BERGUNA!!”

“KAMI RIBUT, INI SEMUA JUGA KARENA SALAHMU! KENAPA MENGAJUKAN PERTANYAAN ANEH MACAM ITU SIH? KAU PIKIR ITU ADA JAWABANNYA DI BUKU PELAJARAN?” maki Crystal sambil ikut menimpuk Spinx dengan sepatunya.

Sphinx yang panik langsung melindungi diri dengan sayapnya, “Hey, kalian benar-benar bodoh ya? Ini bukan pertanyaan, ini teka-teki!”

“KAU BERANI MENGATAIKU BODOH??” geram Crystal dan Marcus bersamaan. Mereka melempar tatapan membunuh pada Sphinx, dan yang keduanya lakukan kemudian adalah..

“YA!! BODOH!! LEPASKAN!! BAGAIMANA BISA KALIAN MENJAMBAK RAMBUT SEORANG SPHINX??”

Crystal melayangkan tinjunya ke perut makhluk itu, “SETIDAKNYA KAMI LEBIH PINTAR DARI MANUSIA!!”

‘AKKKKHHHhhhh…’

Beberapa detik kemudian, tiba-tiba saja Sphinx mengerang pilu. Tubuhnya hangus secara perlahan, terbakar, entah kenapa. Lalu lama kelamaan, sosok wanita pemakan daging itu lenyap menjadi abu..

Crystal berjengit bingung, “Apa yang terjadi?”

“Kalian sudah mengatakan jawabannya!” sahut Phoenix

“Heh?”

Unicorn terkekeh sambil mengangkat kedua kaki depannya. “Manusia. Seorang manusia merangkak sewaktu bayi menggunakan 2 tangan dan 2 kaki, menjadi 4 alat berjalan. Lalu mereka berjalan menggunakan 2 kaki sebagai orang dewasa. Kemudian berjalan dengan tongkat di usia tua, 2 kaki ditambah 1 tongkat, menjadi 3..”

“Pagi, siang, dan malam hanyalah sebuah khiasan dari metamorfosa kehidupan. Kalian sudah berhasil menebaknya dengan tidak sengaja..” lanjut Phoenix, “Sphinx musnah, dan jalan menuju Olympus sudah terbuka lebar.. TARAA…” burung api itu merentangkan sayapnya kearah sebuah jalan setapak emas di hadapan mereka..

“Tunggu…” sergah Marcus..

“Kenapa?” bingung Phoenix dan Unicorn.

Crystal dan Marcus sama-sama mengepalkan tangan mereka, “KALIAN SUDAH TAU JAWABANNYA SEJAK AWAL, TAPI DIAM SAJA??”

***

Gerbang Olympus terbuka lebar. Crystal dan Marcus, kedua elf dari Dunia Yggdrasil itu turun dari tunggangan Unicorn dan Phoenix, lalu melangkah pelan menyusuri tiap jalan yang dilapisi kerikil-kerikil emas itu. Hingga sampai di perbatasan di sungai Ernets, keduanya mengepakkan sayap dan terbang hingga sampai di menara utama, tempat singgasana para penguasa..

“Crystal dan Marcus menghadap pada Zeus sang penguasa Olympus..” keduanya membungkuk memberi hormat.

Zeus tersenyum, “Berdiri!”

“Ini untuk pertama kalinya kami kehadiran tamu Yggdrasil dari bangsa Elf. Ada tujuan apa kalian kemari?” Tanya Poseidon kemudian.

Crystal menelan ludah. Rasanya masih tidak percaya, bahwa sekarang ia berada di hadapan para penguasa Olympus yang begitu dikaguminya, “Ragnarok akan segera tiba dan Dunia Yggdrasil akan segera musnah..”

Hera berjalan mendekat dan mengapit lengan suaminya, Zeus, “Kami tidak bisa melindungi Yggdrasil..”

“Tidak bisa juga menghentikan terjadinya Ragnarok. Karena itu adalah takdir para Dewa Yggdrasil..” tambah Helios,

Marcus dan Crystal mengangguk paham, “Maka cukup lindungilah Alfheim, dunia kami.. dari kehancuran Ragnarok..”

Zeus menunduk bingung, kemudian berbisik sebentar pada Poseidon, “Tapi..”

“Kami mohon..” Crystal tiba-tiba bersimpuh, lalu bersujud di hadapan 12 dewa dewi Olympus itu. Marcus mengikutinya.

Para penguasa Olympus tercekat. Ada semburat cahaya emas yang menyelubungi tubuh Crystal saat gadis itu bersujud di depan mereka. Ada setetes air bening yang merembes membasahi karpet emas mereka. Air mata pertama dari seorang Elf. Dia kah Golden Elf dari Alfheim??

“Berjanjilah pada diri kalian sendiri untuk menjaga Alfheim dengan semua kekuatan yang kalian punya..” sahut sang penguasa Olympus tiba-tiba.

Crystal mendongak, gadis elf itu menangis, “Zeus..”

Zeus mengangguk, ia menoleh pada sosok putrinya yang sedari tadi duduk di sisi barat singgasana, “Athena.. Lindungi Alfheim dengan perisai Agheismu..”

“Aku akan melindungi Alfheim..” Athena berdiri dan tersenyum,

Tiba-tiba seseorang datang, terbang masuk menerobos jendela pilar. Hermes, sang pembawa kabar, “Balder terbunuh!! Kalian hanya punya waktu 8700 detik lagi untuk melindungi Dunia Alfheim sebelum Ragnarok dimulai..”

Athena mengangguk paham lalu bersiul nyaring. Dan dari atas langit, muncullah tiga ekor Pegasus berwarna hitam. Dewi Perang Olympus itu menoleh pada Crystal dan Marcus, “Naik!!”

***

“AKKHHHHH…..”

Athena terus berusaha menahan gelombang dahsyat dari peperangan Ragnarok dengan perisainya, sekuat tenaga melindungi dunia para Elf. Saat ini, dimana kedelapan dunia lain di Yggdrasil mulai hancur berkeping-keping, Alfheim masih terus bertahan dengan kokohnya..

“Siapa pun bantu aku!!” Seru Athena kemudian. Gelombang dan reruntuhan dari langit tiba-tiba bertambah kuat. Tombak dan pedang-pedang penuh darah mulai berjatuhan dari langit.

Jutaan Elf hanya menjerit panik tanpa bisa melakukan apa-apa. Crystal hendak maju membantu Athena menahan perisai, tapi Marcus mencegahnya, “Kau tetap disini! Biar aku yang melakukannya!!”

Marcus maju menerjang kuatnya angin, lalu membantu Athena menahan Perisai Agheis. Tekanan Ragnarok semakin kuat. Tanpa Marcus sadari, hidung dan matanya mulai mengeluarkan darah. Ia terlalu memaksakan diri. Tapi Dark elf itu tidak peduli. Ia harus bertahan!! Sebentar lagi! Sebentar lagi agar Alfheim benar-benar akan aman. Sebentar lagi, agar Crystal bisa tersenyum tenang tanpa ketakutan..

Demi Crystal ChocoElf…

‘JDDDDERRRRR……!!!!!!’

Dan suara kilat Dewa Thor itu mengakhiri segalanya, mengakhiri Ragnarok di Yggdrasil! Selesai! Semua Elf bersorak girang dan mengangkat sosok Crystal ke udara sebagai sosok ‘Golden Elf’ mereka. Sementara Marcus tersenyum, ia menoleh ke belakang, dan begitu bahagia melihat sosok Crystal yang akhirnya tersenyum lepas..

‘BRUUUUGGGGHHH…’

“MARCUSSSS!!!!” pekik Crystal, gadis itu tampak panik dan segera terbang turun menghampiri sosok Marcus yang tiba-tiba ambruk. Hidung dan matanya mengeluarkan darah. Tak ada lagi nafas yang tersimpan dalam sosok Dark Elf itu..

Crystal ChocoElf terisak ringkih begitu menyadari semuanya. Gadis elf itu menangis tertahan sambil merengkuh Marcus kedalam dekapannya. Marcus Starcraft. Seseorang yang tiba-tiba muncul dalam hidupnya. Seseorang yang tiba-tiba merebut hatinya dalam waktu singkat. Seseorang yang mampu memenuhi pikirannya dalam sekejap walau ia tak pernah mau mengakui itu..

Crystal mencoba tegar, ia mengecup kening Marcus dengan air mata yang terus mengalir membasahi wajahnya, “Mungkin tidak akan ada yang berubah. Tapi pasti ada yang terasa berbeda setelah kau pergi..”

Seekor burung api tiba-tiba datang sambil membawa sebuah gulungan kertas dan menjatuhkannya di pangkuan Crystal. Phoenix menyampaikan sebuah surat singkat yang pernah ditulis Marcus untuknya…

Walau Ares mengangkat troyanya dan memulai perang Sakpra..

Walau Demeter mengancam tak lagi suburkan bumi..

Walau Dionyssus memabukkan dunia dengan araknya..

Walau Poseidon mengangkat Trindetinya mengguncang laut..

 

Aku akan tetap mengaku mencintaimu dengan setia..

Seperti cinta Hades pada Persephone..

Aku akan tetap mengaku mencintaimu dengan apa adanya

Seperti cinta Aphrodite pada Hephetus

 

Aku akan tetap mengaku mencintaimu dengan kesungguhan

Seperti cinta para Titans pad Dewa Dewi Olympus yang mereka lahirkan..

Dan aku juga akan tetap menjaga cintaku untukmu hingga tiba titik mati.

Seperti Athena yang menjaga perisai Agheisnya..

 

Namun terlepas dari itu semua,

Aku mencoba mencintaimu dengan caraku sendiri,

Membiarkan rasanya terus mengalir, seperti sungai Ernest di puncak gunung Olympus.

Sambil sedikit berharap untuk membuat akhir kisah ini menjadi manis, semanis nectar atau ambrosia yang diberikan Chronus dan Rhea pada keturunan mereka..

‘Tess… Tesss…’

Crystal mendongak, ia memang menangis, tapi itu bukan suara air matanya. Itu adalah air mata Phoenix yang menetes jatuh di wajah Marcus. Air mata kesetiaan dari seorang sahabat yang menemani perjalannya..

“Phoenix’s Tears…”

Tiba-tiba sebuah cahaya perak menyelubungi tubuh marcus. Sebuah nyawa telah kembali. Air mata Phoenix adalah ramuan kehidupan bagi semua orang. Jemari-jemari Marcus perlahan mulai bergerak, dan tak lama kemudian Dark Elf itu mulai kembali membuka matanya..

“YEAAAAHHH!!!” sorakan riuh kegembiraan elf bergema di seluruh Alfheim.

Crystal merasakan kebahagiaan yang teramat sangat saat ini. Ia menyeka keringat yang mengucur dari dahi Marcus, kemudian tersenyum lembut menatap pria itu, “Hey, inikah akhir yang manis itu? Seperti nectar dan ambrosia?”

Marcus hanya balas tersenyum kecil, energinya belum benar-benar pulih, bahkan untuk mengucap satu patah kata pun. Perlahan jemarinya terulur ke wajah Crystal, mengusap cairan bening yang beberapa kali masih menerobos keluar dari sepasang mata coklat gadis itu.

“Marcus Starcraft, aku menyayangimu..”

___==END==___